"Baiklah. Saya setuju untuk melakukan perjanjian ini selama enam bulan ke depan."Kalimat panjang yang keluar dari mulut Raja itu, benar benar seperti sebuah angin segar yang memberikan begitu banyak kebahagiaan pada Stella.Stella mendekatkan wajahnya ke arah Raja. "Apa Anda bisa mengulang lagi kalimat tersebut Tuan Raja Sanjaya?" Stella sepertinya memang belum puas untuk menggoda Raja. Meski dia sudah mendengar dengan jelas apa yang keluar dari mulut pria itu, nyatanya dia masih ingin kalimayt itu kembali diulang. Tanpa Stela tahu, kalimat tersebut begitu sulit untuk dikatakan oleh seorang Raja. Bahkan tadi Raja harus mengungkapkan begitu banyak keberanian untuk bisa mengatakan hal itu. Sebagai seorang dewasa, tentu Raja sebenarnya sangat paham dengan jebakan Batman yang dibuat oleh wanita cantik itu. Tetapi kembali demi sebuah kepuasan dan kemajuan usahanya, tentu bukanlah suatu cara yang salah untuk menentukan hal itu."Kita bisa melakukan perjanjian untuk menjadi sepasang kekas
"Ra, kamu lagi repot nggak?" Stella menelepon Rara yang saat ini tengah berada di kantor."Hey Stella yang cantik, memangnya ada apa sih? Kok kayaknya kamu bersemangat banget sih? Buat aku jadi penasaran saja,"ucap Rara sambil menadatangani dokumen yang baru saja dibawa oleh Linda."Asyik ... Berarti kamu nggak sibuk dong dan bisa mendengar curhatan aku?" Dari suara nya saja, memang sudah dapat di dengar jika Stella begitu bahagia."Curhat? Lagi kenapa nih?" Rara malah seperti menggoda sahabatnya itu. "Apa kamu mau kita bertemu?" Sebagai seorang sahabat tentu Rara pun memberi perhatian."Nggak." Segera di balik kemudi itu Stella menjawab. "Aku ini sedang dalam perjalanan ke luar kota. Ada syuting iklan yang begitu mendadak."Setelah tadi bertemu dengan Raja dan mengahasilkan sebuah persetujuan yang begitu membuatnya bahagia, Stella sebenarnya memang ingin langsung menemui Rara, tetapi ternyata sang manager memberikan panggilan sebuah pekerjaan besar yang langsung disanggupi oleh Stell
"Wah terima kasih sudah datang ya Sayang." Saat ini Stella sedang melakukan pemotretan untuk iklan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugasnya sebagai seorang brand ambassador. Begitu bahagia dia karena ternyata Raja bisa datang. Setelah perjanjian yang dibuat satu Minggu yang lalu itu, baru kali ini lah keduanya bertemu lagi. Selama itu hampir tak ada kontak sama sekali. Ah bukan tak ada, tetapi lebih tepatnya seperti tak ada respon dari Raja. Stella setiap hari bahkan mengirimkan pesan kepada Raja, hanya saja tak ada balasan yang positif. Tetapi meski begitu Stella terus tak pernah patah arang. Dia tetap berjuang demi mendapatkan hati pria pujaan hati."Yup. Aku memang harus datang hari ini." Wajah datar Raja kini dihiasi dengan senyuman manis.Stella yang nampak begitu bahagia pun langsung memeluk pria pujaan hati nya itu. "Hemm ... Bilang saja kalau kamu kesini karena kangen sama aku kan?" Stella mulai bergelayut manja di lengan Raja.Sontak saja apa yang dilakukan ole
"Terima kasih sudah datang Linda. Ayo kapan ini kamu menyusul?" ucap Rara pada sang sekretaris pribadi dengan wajah yang ramah."Emm ..." Linda diam sejenak sambil mengigit bibir bawahnya. "Say berharap bisa secepatnya Nyonya," ucap Linda sambil tersipu malu."Kejarlah cintamu dan jangan hanya diam, karena dengan kediaman kamu, dia tak akan pernah mengerti." Rara kembali memberikan nasehat. "Sebelum terlambat dan hanya penyesalan saja yang akhirnya didapat."Linda tersenyum tipis, dalam hati dia sebenarnya juga membenarkan ucapan sang bos. "Saya tidak berani Nyonya. Hanya akan menunggu jika memang Tuhan mentakdirkan kami menjadi jodoh."Rara mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Hampir satu tahun dia bersama dengan Linda, membuatnya juga jadi begitu paham dengan sifat sang asisten pribadi. Tertutup, pasif dan juga pemalu. Bahkan kadang Rara merasa jika Linda itu menyimpan begitu banyak misteri. Hanya saja Rara merasa tak berhak mengetahui lebih jauh lagi."Baiklah. Saya doakan
"Kalau memang keputusan kamu sudah bulat, tentu tak ada yang bisa memaksanya." Rara tentu akhirnya hanya bisa pasrah karena Stella pun berkeras hati. "Semoga apa yang kamu impikan segera terwujud."Stella kemudian memeluk Rara dengan mata yang mulai berembun. "Doa kamu begitu berarti untukku."Meski memiliki keinginan yang begitu besar, tetapi Stella tetaplah seorang manusia biasa. Dalam hati sebenarnya dia juga begitu rapuh. Butuh sandaran yang terus bisa memberikan semangat.Ingin pergi, tetapi rasanya juga begitu berat. Karena cinta yang dia rasakan pada Raja bukanlah cinta biasa. Pencarian Stella selama ini nyatanya, berujung pada tuan muda Sanjaya itu."Yakinlah pada hatimu. Tetapi ingat, Stella. Jika tak lagi memungkinkan, Kamu harus berhenti. Tuhan lebih paham apa yang Kita butuhkan.""Nona Rara ... Selamat ya." Suara melengking itu, membuat Stella yang ingin menangis langsung berbalik arah."Jeny!" Rara langsung bisa menebak siapa wanita yang saat ini sedang berdiri di belakan
"Sepertinya ada harapan tambahan nih buat kamu, Stell." Rara menyikut lengan Stella saat Jeny baru saja pergi.Stella nampak me hembuskan nafasnya dengan lembut, sepertinya artis cantik itu begitu lega. "Yup! Sepertinya alam dan juga Tuhan terus mendukung agar aku dan juga Raja bisa bersatu. Benar kan Ra?" Ada raut kegembiraan di wajah cantik itu.Rara menganggukkan kepalanya. "Iya Sayang. Berarti kamu harus lebih semangat lagi ya. Tetapi apa kamu akan mengatakan juga pada Jeny tentang perjanjian itu?" Rasa penasaran itu menggelitik hati Rara. Stella menaruh telunjuknya di dagu, artis yang cantik itu sedang berpikir. "Tidak. Sepertinya aku nggak akan mengatakan sandiwara ini pada Jeny. Seperti kamu yang dulu menyembunyikan semuanya dari Satria." Stella Kemudian berucap sambil mengendipkan matanya. Yang kemudian dibalas Rara dengan senyum saja.Mau tak mau, sebenarnya mungkin Stella sedikit banyak terinspirasi dari perjalanan cinta antar Rara dan Arjuna. Kedua pasangan sahabat itu k
"Aduh maaf banget ya Kak. Ini tadi si Thea agak rewel, minta mimik susu terus," ucap Jeny sembari mencium pipi kanan dan kiri Stella. "Jadinya telat deh.""Nggak apa-apa ko. Baru saja aku juga nyampe sini dua menit yang lalu. Berarti kamu nggak terlambat." Stella bersuara dengan wajah yang nampak sumringah.Sebenarnya saat ini Stella sedang berbohong. Dia telah menunggu Jeny di cafe itu kurang lebih selama satu jam. Awal janji jam sepuluh pag dan sekarang sudah pukul sebelas lebih. Stella yang begitu sibuk malah membatalkan salah satu agendanya untuk bertemu dengan seorang klien baru. Demi untuk bisa berbincang dengan Jeny. Saat menghadiri pesta ulang tahun Rara kemarin, memang Jeny mengundang Stella untuk sekedar nongkrong berdua. Karena memang adiknya Raja itu begitu mengidolakan Stella.Jeny tersenyum sambil menunjukkan deretan gigi rapi dan putihnya yang begitu menawan. "Untunglah kalau begitu. Aku takut Kak Stella menunggu lama ini." Jeny kemudian mengambil tempat duduk tepat di
"Tenang saja Kak. Aku akan terus membantu Kak Stella. Karena sepertinya tak ada wanita yang begitu tulus mencintai Kak Raja selain Kak Stella."Ada rasa bahagia terlihat di wajah Stella. Ada orang yang mendukungnya adalah sesuatu anugerah. Tetapi dia juga takut jika mungkin Jeny hanya mengujinya, karena mereka juga baru saja kenal."Semoga seperti itu ya Jen. Aku hanya bisa berusaha untuk mendapatkan cinta Raja saja. Apa aku boleh tahu tentang masa lalu Raja?" Stella merasa telah bertanya pada tempatnya.Jeny mendengus kasar."Kak Raja adalah pria yang sangat pasif sejak dulu. Karena hal itu dia jadi jarang mengenal lawan jenis. Selama ini dia hanya pacaran sekali saja sih." Jeny menjelaskan tentang sedikit masa lalu sang kakak.Stella bisa mengambil kesimpulan dari cerita Jeny itu. Memang sifat dasar dan juga sedikit trauma yang akhirnya membuat Raja bersikap acuh."Tetapi meski acuh dan nampak malu malu, tetapi sebenarnya dia seorang pria yang penyayang. Selama ini aku bahkan tak pe