Selamat pagi, semangat semua. seperti Rara yang sedang semangat memberi pelajaran untuk Nizam.
"Wanita yang sedari tadi menerima cacian kalian dan juga tuduhan tak berdasar dari Nona Jeny Sanjaya memang adik saya, Rara Marina Wijaya."Semua tamu yang hadir pun kembali riuh, tetapi mereka tak berani bersuara keras."Apa benar wanita itu adalah adik Satria Wijaya?""Mungkinkah ini adik yang selama ini Tuan Satria sembunyikan?"Sementara itu kelompok Nizam pun nampak semakin pias. Jeny melongo dan langsung menatap Nizam seakan meminta penjelasan, tetapi Nizam pun tak mengerti dan hanya menggelengkan kepala. 'Satria pasti hanya membual, nggak mungkin banget si Rara yang buluk itu adiknya.'Nizam tahu benar jika mantan istrinya itu hanya orang miskin. Memang setahu Nizam, Rara memiliki seorang kakak yang dia pun belum pernah bertemu, tetapi tentu saja Nizam yakin jika itu bukan Satria.Tapi … atas dasar apa dia begitu yakin? Nizam sendiri yang tidak tertarik untuk tahu keluarga Rara. Hanya karena wanita itu tampak sederhana, makanya Nizam percaya Rara adalah orang miskin. Jadi … se
“Mau aku yang urus dia atau kamu sendiri?”Ternyata dalam diamnya itu, Arjuna sejak tadi sudah tak sabar untuk memberikan pelajaran pada Nizam. Sosok pria yang telah Rara korbankan lahir dan batinnya selama hampir lima tahun terakhir.Bahkan, jika saja dulu Rara mau menerima bantuannya untuk memberi pelajaran pada keluarga mantan suaminya itu, mungkin saat ini Nizam sudah tak lagi bisa menampakkan diri pada dunia.Menatap wajah Nizam yang saat ini nampak terbengong seperti orang bodoh, membuat Arjuna semakin geram saja.Satria mendengus. “Aku Kakak Rara, kamu siapa? Jangan ikut campur.” Ada kecemburuan tersendiri saat Satria mendengar Arjuna mengatakan hal itu kepadanya. Dari beberapa minggu lalu, sahabatnya itu tampak mencurigakan, seakan berusaha terlihat keren di depan adiknya. Sekarang, ingin mengambil kesempatan untuk terlihat keren di depan Rara lagi? Enak saja!Seakan tahu pikiran Satria, Arjuna hanya mengangkat kedua bahu sembari menjawab dalam hati, 'Siapa yang tahu aku akan
"Jeny!" Nizam dengan sigap menghampiri Jeny, "Kamu nggak apa-apa kan?" Wajah pria itu juga nampak khawatir. Nizam begitu kaget melihat perlakuan Raja pada adiknya, karena yang selamà ini dia tahu adalah Raja begitu sayang pada Jeny.Jeny menepiskan tangan Nizam dengan napas yang memburu. Rasa sakit di pipi karena tamparan itu seperti tak ingin dirasakan oleh Jeny, karena dia begitu emosi bercampur malu saat ini.Bukannya sadar, tetapi Jeny malah menuding Raja. "Kakak berani menampar aku? Aku akan melaporkan hal ini pada Papa dan Mama!" Nampak jika saat ini gadis muda itu tidak lagi bisa berpikir sehat.Rara pun sebenarnya kaget dengan perlakuan Raja itu, tetapi kemudian dia tahu jika hal itu digunakan agar Jeny sadar. Gadis itu memang keras kepala, bahkan setelah ditampar pun dia masih terus tak bisa sadar.Tak beda dengan yang lain, saat itu Sarah pun begitu kaget. Dia sampai melongo sembari memegang pipinya, seakan dia lah yang mendapatkan tamparan itu. "Laporkan kalau memang kamu
"Saya harap pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal dengan kekacauan yang dia ciptakan."Wajah Nizam langsung pias saat itu, karena saat ini dia seperti menjadi bintang. 'Gila. Apa berarti setelah ini aku yang akan jadi bulan-bulanan disini?'Karena saling bingungnya, saat ini Nizam ingin lari dan keluar dari area pesta mewah yang baginya bahkan tak lebih dari neraka. Hanya saja Nizam begitu sadar bahwa itu adalah hal yang mustahil. Saat ini dia menjadi tersangka utama, yang tak mungkin akan bisa lolos hingga persidangan ini usai. Nizam bisa membayangkan jika dia bahkan ingin mencoba beranjak, mungkin para anak buah Satria akan langsung menyeretnya kembali. 'B-bagaimana ini!?' ucap Nizam dalam hati sambil bergidik ngeri.Satria begitu geram melihat Nizam yang malah nampak kikuk dan pias, begitu jijik karena pria yang selama ini menjadi suami dari adiknya ternyata hanya berkemampuan sejauh ini!‘Menggelikan!’Kalaupun sekarang dia dipojokkan, tapi bukan Nizam namanya jika menyerah
Rara langsung menghampiri Arjuna. “Kak Juna, Kakak bicara apa sih?” Arjuna hanya tersenyum tipis, membuat seisi ruangan shok dengan ekspresi lembut yang ditampilkan pria dingin itu.“Aku memang menyukaimu, kenapa harus berbohong?” tanya Arjuna membuat Rara tercengang. “Akan tetapi, kamu menjauhiku sebagai hasilnya, bukan?”Ucapan Arjuna membuat Rara mengerjapkan mata. Pria tersebut jelas tengah mengungkit hal di mana belakangan ini Rara selalu menghindarinya. Akan tetapi, kenapa mengungkitnya sekarang?!Tanpa diduga Rara, seisi ruangan malah terbelalak dan kaget dengan pernyataan Arjuna.“Menjauhi Tuan Arjuna karena pria itu menyukainya? Bukankah itu berarti … tidak ada perselingkuhan yang terjadi?”“Benar juga, kalau ditolak, selingkuh dari mana?”Melihat opini ruangan kembali berganti, Nizam langsung menuding Arjuna. “Apa bukti yang kamu miliki!?”Di saat ini, Arjuna menatap dingin Nizam. “Bagaimana denganmu sendiri? Apa bukti yang kamu miliki bahwa ada hubungan gelap di antara kam
‘Demi harta dan kedudukan, bahkan dua saudara pun rela menjatuhkan satu sama lain.’Rara kembali tersenyum tipis melihat pertengkaran Nizam dan Sarah itu, pertengkaran yang hanya mempermalukan diri mereka sendiri saja. Yang intinya hanya untuk menyelamatkan diri masing-masing, alias cari aman.“Dasar pria mokondo!”“Kamu yang penggoda pria! Dasar murahan kamu, Kak!"Nafas Sarah nampak memburu, tak menyangka jika sang adik malah mengatakan hal yang tak pantas untuknya. "Dasar adik nggak tahu sopan santun! Atas dasar apa kamu bilang aku murahan?" Suara Sarah semakin melengking saat itu. "Kamu yang lebih murahan dari pada aku. Membuang Rara begitu saja demi mendekati Jeny yang kaya raya!" Permasalahan itu, akhirnya kembali merembet juga pada Jeny.Nizam diam sesaat, dia mengambil nafas dan merasa jika tuduhannya pada Rara tadi sudah tak mungkin lagi untuk diteruskan, karena perkataan Sarah, sepertinya semua orang sudah bisa menebak jika itu hanya akal-akalan Nizam saja."Aku normal!" Niz
“Lepaskan aku! Kalian akan menyesal! Menyesal!!”Masih terdengar teriakan Sarah dan juga Nizam saat itu. Tetapi sudah tak Ada yang menghiraukan, mereka semua malah senang dengan kepergian para pembuat onar itu.Selagi dua pembuat onar itu diseret keluar, salah seorang bawahan Raja kembali dengan wajah yang nampak khawatir."Tuan Raja! Kabar buruk!” ucap pria itu dengan nafas yang naik turun.Raja mengerutkan kening. “Ada apa?”“Nona Jeny pingsan, Tuan!”"Apa?!" Tanpa membuang waktu lagi, Raja langsung berlari keluar dari ruangan. Betapa pun dia marah dan kecewa kepada Jeny, tapi pria itu masih sayang dengan sang adik dan mengkhawatirkannya.Melihat kepergian Raja, Rara juga tampak tidak tenang. Ada kekhawatiran terjadi sesuatu kepada Jeny karena dirinya. Alhasil, dia pun berkata, “Aku keluar dulu.” "Aku juga." Ternyata Satria pun ingin ikut, karena dia malah khawatir dengan Rara. "Tidak perlu, Kak." Rara langsung mencegah. "Kakak harus tetap di sini dan mewakili aku meminta maaf pa
"Eh Bu Endang, nggak mau juga beli tas kayak saya ini?" Seorang teman sedang menunjukan tas berwarna coklat yang dia tentang pada Endang. "Ini branded loh."Endang saat ini sedang sibuk arisan dengan teman-teman barunya."Aduh, Bu Fika. Tas kayak gitu saya sudah punya di rumah," kata Endang dengan wajah sombongnya. "Hanya memang hari nggak saya pakai, masih di cuci di tempat loundry!"Endang memang saat ini menjadi sombong dan arogan setelah mengetahui jika Jeny begitu bucin pada Nizam. "Wah ... beneran itu Bu?" Salah satu teman yang lain menjadi penasaran, karena tas yang dimaksud adalah tas branded dengan harga sekitar satu jutaan. "Itu mahal loh."Endang terkekeh, "Ya beneran dong, Bu. Saya punya yang kayak gitu dua buah. Kemarin langsung dibelikan oleh calon anak saya gitu loh." Endang begitu percaya diri. "Nggak hanya tas sih, tapi banyak pakaian dan sepatu yang branded dengan harga fantastis! Kalian saja mungkin nggak punya kan?"Ibunda Nizam itu begitu arogan, karena mengira Ni