Yosua menekan kata sandi apartemennya sebelum masuk ke dalam. Tatapannya jatuh pada sosok wanita yang duduk di sofa ruang tamu, memakai kaus hitam kebesarannya sambil mengotak-atik remote TV dengan wajah cemberut.
Dia tersenyum saat mendekatinya dan menariknya duduk ke pangkuannya.
“Kenapa kau cemberut, apa yang membuatmu tidak senang?” Dia memeluknya dan menghirup aroma di lehernya dalam-dalam.
Hanya empat jam dia pergi, Yosua sudah sangat merindukannya.
Raelina memberontak dalam pelukannya. Tetapi lengan Yosua seperti penjepit besi dan tidak melepaskannya. Raelina memukul dada bidang pria itu marah.
“Kau mengunciku dalam apartemen ini dan tidak meninggalkan apa pun untuk kumakan.”
Yosua merasa bersalah ketika mendengar suara gemuruh dari perutnya. Namun juga diam-diam merasa senang melihatnya terkunci dalam apartemennya dan tidak ke
“Apa kau hamil?”Uhuk!Raelina tersedak nasi mendengar celetuk tiba-tiba Stella.“Minum ini.” Stella memberikan segelas air putih dan memandangnya dengan jijik melihat butiran nasi dari mulut Raelina menyembur ke mana-mana.Raelina meminum air putih pemberian Stella dan melirik ke sekitar kantin dengan khawatir. Beruntung hanya mereka berdua di meja itu.“Apa yang membuatmu berpikir aku hamil?” Dia bertanya dengan suara rendah.“Tidakkah kau menyadari kau sangat menyebalkan akhir-akhir ini? Kau jadi sangat sensitif dan marah-marah beberapa hari ini.”Raelina cemberut. Tentu saja dia sangat sensitif dan marah. Setelah kejadian di supermarket, Yosua tidak lagi mengunjunginya atau memberi kabar selama seminggu ini. Dia tidak tahu apakah Yosua sudah kembali ketentaraan atau tidak. Dia kesal kare
“Ibu, aku tidak akan mengejar masalah lima tahun yang lalu saat kau menyebabkan keguguran istriku saat aku tidak ada. Dan memaksa Raelina untuk menceraikanku dan menelantarkannya di negara asing. Karena kau masih ibuku.” Rahang Yosua mengeras.Raut wajah Hendry berubah. Dia membelalak menatap istrinya tidak percaya. “Bukankah kau bilang Raelina ingin bercerai karena dia ingin melanjutkan studinya? Mengapa kegugurannya ada hubungannya denganmu?” Dia bertanya galak.Dia tahu istrinya tidak menyukai Raelina. Tetapi dia tidak bisa mentolerir Wina menghilangkan nyawa tidak bersalah. Apalagi darah daging keluarga Rajjata.Wina panik melihat ekspresi menakutkan suaminya. “Itu tidak mungkin! Meskipun aku tidak menyukai Raelina, tidak berarti aku membenci cucuku sendiri. Itu salah wanita itu karena lemah!”“Ibu, kau memprovokasinya di masa kehamilann
Di kawasan pinggir pantai, sebuah upacara pernikahan megah tengah diadakan di hotel bintang lima. Altar pengantin dibuat menyerupai gapura bunga. Rangkaian bunga Lily berbagai macam warna menghiasi sudut-sudut ruangan.Tidak sedikit namun juga tidak banyak tamu-tamu yang diundang ke pernikahan Raelina dan Yosua. Beberapa rekan-rekan dekat Raelina yang diundang. Selebihnya kerabat dan kenalan keluarga Rajjata diundang. Rata-rata berasal dari kalangan militer. Beberapa memakai seragam dinas militer yang serius membuat suasana tampak khidmat. Semua tamu tersebar, mengobrol selagi menunggu acara dimulai.Rekan-rekan Raelina tidak bisa menutup mulut mereka melihat beberapa pejabat penting hadir di pernikahan.“Aku bertanya-tanya, apa Raelina menikahi seorang anak presiden? Wow, apa itu Gubernur Negara kita?” Erik tidak bisa menahan decak kagum melihat sosok Gubernur secara langsung, tengah mengobrol dengan ayah mertua Raelina.“Keluarga
Pesta pernikahan telah berakhir, dua pengantin sudah diantar ke kamar pengantin untuk beradu kasih. Dalam kamar remang-remang, suasana tampak romantis dan agak panas dengan taburan kelopak bunga mawar merah dan lilin redup.Cahaya muram memperlihatkan bayangkan di dinding dua orang yang bergerak di atas ranjang.“Ah ... Pelan-pelan ....” rintih sang wanita.“Aku sudah pelan-pelan ....”“Tapi tetap sakit.”“Aku sudah lembut ....” Yosua berkata dengan wajah mulai berkeringat. Jubah tidurnya terbuka hingga memperlihatkan dadanya yang berotot.Ekspresinya tampak terbakar memandang sosok menggairah istrinya dalam balutan lingerie seksi. Gaunnya sudah terangkat seperempat paha, memperlihatkan kulit paha yang halus.Yosua merasakan tenggorokannya kering Raelina tersipu. “Apa yang kau lihat, cepat pijat kakiku.”Yosua menelan ludah dengan ekspresi pahit. Malam pengantinnya harus dihabiskan untuk memijat kaki istrinya yang
Raelina terbangun merasakan tenggorokannya kering. Dia mengerjap menatap lampu tidur di samping ranjang. Dia tidak ingat tertidur di atas ranjang.Raelina ingin bangun tetapi lingkaran tangan besi memeluknya begitu erat dari belakang hingga dia tidak bisa bergerak.Ekspresi Raelina muram saat dia memberontak. “Lepaskan aku!”“Sttts, jangan bergerak kasar. Kau akan menyakiti bayi kita.” Suara serak Yosua terdengar dari belakang. Dia memeluk erat tubuh Raelina untuk menghentikannya memberontak, tanpa menekan perutnya.“Apa pedulimu! Bukankah kau akan tetap meninggalkan kami!” Raelina tidak bisa menahan keluhannya dan mulai menangis.“Kita baru saja menikah, mengapa militer tidak memiliki hati nurani menugaskanmu yang baru saja menikah.”“Raelina, kita sudah menikah lima tahun yang lalu.” Yosua memberitahunya dengan sabar.“Bagaimana itu bisa sama! Apa saat itu kita benar-
Melalui kaca mata penglihatan malam, Yosua tidak kesulitan melihat dalam kegelapan. Tapi yang menyulitkannya, para teroris menggunakan senapan serbu mematikan, menembak sembarangan ke segala penjuru.Bang!Yosua merunduk ketika tembakan mengenai kusen jendela samping kepalanya. Dia berbalik menggunakan senapan semi-otomatis, menembak musuh terdekat dalam jangkauan penglihatannya.“Kapten!” Seorang prajurit merayap menghindari hujan peluru, mendekati tempat Yosua.“Bagaimana keadaannya?” Yosua bertanya tanpa menurunkan kewaspadaannya.“Sandera sudah dibawa ke tempat aman dan helikopter sudah menunggu di atas. Kita harus segera pergi dari tempat ini, bom yang kami tanam akan meledak dalam waktu lima menit.” Prajurit muda itu melihat jam militernya, menghitung waktu.Yosua mengangguk paham dan segera menggunakan sistem komunikasinya untuk memerintahkan anak buahnya mundur.Satu per-satu anak buah Yosua
Malam semakin larut, dalam kesunyian, sosok wanita berdiri beranda yang pucat tanpa peduli angin dingin menerpa tubuhnya yang ringkih.Tuk menunggu seseorang di jalan pulang.“Kakak ....” Zeron membatu memandang punggung lembut namun rapuh, menantang deru angin di kegelapan malam.Raelina memeluk dirinya sambil menoleh menatap sang adik dengan senyum di wajahnya yang pucat.“Kenapa kau belum tidur?”Zeron tidak menjawab, menatap lurus kedalaman mata wanita itu.“Bagaimana dengan Kakak? Sudah larut, jangan menunggu lagi. Dia ... Tidak akan kembali.” Suaranya melemah di akhir kalimatnya.Raut wajah Raelina hanya tersenyum, namun bibirnya yang membiru bergetar, melengkungkan senyum getir.“Aku tahu.” Suaranya serak, terdengar memaksakan mengeluarkan suara yang tersendat di ujung tenggorokan.Tapi dia tidak percaya.Tidak masalah orang lain menganggap Yosua tidak akan kembali, karena dia percaya Yosua akan menepati janjinya.
Hai, para readerku. Bagaimana kabar kalian? Semoga kalian sehat selalu🙏😊Apa kalian suka dengan cerita "My Ex-Husband Is A"?Tidak puas dengan edingnya?Apa kalian ingin sekuel cerita Raelina dan Yosua?Tolong tulis pendapat kalian di kolom komentar ya😊🙏😘Aku ada rencana buat season 2. Tapi aku masih belum pasti nulis season kedua, karena aku ingin melihat minat pembacaku pada cerita season dua.Jadi aku ingin minta pendapat kalian di kolom, please🙏😊Jangan lupa juga mampir ke ceritaku yg kedua ya judulnya, "Istri Jahat Presdir" ceritanya tak kalah baper dg novel My Ex-Husband Is A Soldier.Sekian, terima kasih.Salam sayang dari Author Queen Moon😘