"Aku tidak suka kau dekat-dekat dengannya.""Kami tidak sengaja bertemu."Nathalie mendesah pelan. "Lagipula, kenapa kau tidak memberitahuku jika kau akan datang?" "Aku berniat memberi kejutan padamu. Namun, sepertinya malah aku yang terkejut." Nathalie terkekeh pelan. Membiarkan pria di sebelahnya mendengkus."Apa yang kau tertawakan?" "Kau tentu saja. Siapa lagi?" Sekali lagi, Kai berdecak pelan. Mengabaikan Nathalie dan kembali mengalihkan pandangan pada jalanan yang sedikit padat."Ngomong-ngomong, kenapa dia ada di sana?" Kai akhirnya menanyakan hal yang sejak tadi memenuhi isi kepala. "Dia menjadi Redaktur Pelaksana baru di NDN, Kai.""Jadi, kau akan bertemu dengannya setiap hari?" Nathalie tidak melakukan apapun selain menarik napas panjang."Ya ... begitulah." Kai terdiam. Larut dalam pikirannya sendiri. Membayangkan bagaimana jadinya jika Nathalie dan Leon bertemu setiap waktu nanti. "Kenapa wajahmu masam begitu? Kau tidak mempercayaiku?" tanya Nathalie sembari menole
"Apa-apaan ini?!"Kai tidak dapat menahan diri untuk tidak menaikkan nada suara kala melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya. "Ming Shan, apa yang kau lakukan?!"Sama sekali tidak menyangka, saat pertama kali memasuki ruangannya, Kai dikejutkan dengan sosok seseorang yang ia kenal. Wanita yang ayahnya jodohkan dengannya- Ming Shan, sekaligus orang yang tiba-tiba akan menjadi sekretaris barunya sekarang.Meski Kai tahu dirinya dan Ming Shan sudah tumbuh bersama sejak kecil. Namun, untuk hal seperti ini, Kai tidak dapat menahan diri lagi. "P-paman Yuan mengatakan padaku mulai sekarang aku yang akan menjadi sekretaris mu." Ming Shan berucap dengan nada rendah sembari menunduk dalam.Sementara Kai tidak dapat berkata-kata. Ia hanya menghembuskan napasnya kasar.Ayahnya benar-benar keterlaluan. "Aku tahu kau tidak menyukai ini. Namun, aku tidak bisa menolak perintah Paman Yuan, Kai. Aku harap kau mengerti." Ming Shan meremas ujung roknya tanpa berani menatap Kai. Hal yang terl
Hari-hari berlalu seperti biasa tanpa ada masalah yang menyertai hubungan mereka. Kai bersyukur karena Nathalie berpikiran dengan luas dan mengesampingkan perasaan pribadi dengan pekerjaan. Sehingga keadaan mereka baik-baik saja terlepas apapun yang terjadi. Wanita itu sangat mengerti dirinya lebih dari siapapun. Dan Kai harap hal itu tidak akan pernah berakhir.Namun, sampai sekarang Kai tidak pernah tahu apakah Nathalie benar-benar terluka atau tidak. Wanita itu selalu memperlihatkan wajah baik-baik saja ketika ada bersamanya. Seolah semua yang telah ia katakan pada wanita itu tak lebih dari sebuah angin lalu. Seperti sekarang, dirinya yang tengah diam memandangi wanita itu merapikan diri di depan cermin. Menyisir rambut panjangnya perlahan. Nathalie melirik dari pantulan cermin tersebut, di mana Kai yang sedang bersandar di pintu dengan kedua tangan yang terlipat. Wajah pria itu masih seperti biasa, datar tanpa ekspresi. "Kau tidak pergi, Kai?" tanya Nathalie saat pria itu kemud
Sejak tadi siang, Kai sama sekali tidak mengatakan apapun pada Ming Shan. Mungkin hanya berkata beberapa hal kecil yang sekiranya penting. Lebih dari itu, tidak. Dan karena hal itu, Ming Shan menjadi cemas jika Kai tidak ingin lagi berbicara padanya.Wanita itu tahu apa yang membuat Kai bersikap demikian. Namun, ia tidak berani mengungkit kejadian tadi siang yang hanya akan membuat Kai bersikap semakin dingin padanya. Sampai jam pulang tiba. Kai langsung melengos pergi tanpa mengatakan sepatah kata pada Ming Shan. Meninggalkan wanita itu sendirian. Di dalam perjalanan pulang, Kai tidak henti-hentinya memikirkan apa yang telah ia lakukan pada Nathalie. Ia tidak tahu bagaimana cara memperlakukan wanita itu setelah ini. Setelah mampir sejenak untuk membelikan beberapa bawaan untuk Nathalie. Kai kembali melajukan mobil menuju kediamannya. Dengan langkah kakinya yang lebar ia menapaki lantai dengan cepat. Hingga sampailah di depan kamar Nathalie yang Kai yakin pemilik kamar ini ada di d
"Jangan meninggalkanku. Semua masalah yang terjadi. Kita hadapi bersama, kan?" Netra kelam Kai tertuju lurus pada Nathalie. Sementara wanita itu masih terdiam. Sampai suara Kai kembali menyapa indra pendengarnya."Thalia?" Bibir tipis yang semula tertutup rapat itu terbuka perlahan. "Ya ...." Nathalie tersenyum. Mengalungkan kedua tangannya pada leher pria itu dan semakin menyembunyikan wajahnya. Nathalie membisu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada Kai setelah ini. Hubungan mereka tidak selalu berjalan dengan mudah, Nathalie tahu itu. Namun, perkataan Yuan Nuan juga tidak bisa sepenuhnya hilang dari kepala. Semuanya terasa semakin berat saat Nathalie kembali memikirkannya. "Ada apa?" Kai kembali bertanya. Kerutan samar di keningnya terlihat kala ia mendapati Nathalie yang sama sekali tidak bergerak dan mempertahankan posisinya sekarang."Biarkan seperti ini dulu," pinta wanita itu tanpa melonggarkan kedua tangannya yang membuat Kai tersenyum tipis. Sekaligus menerka-ne
Nathalie terduduk dalam diam sembari mengamati cangkir berisi Vanilla Late di hadapannya. Sesekali menghela napas. Sejak sepuluh menit yang lalu, ia sama sekali tidak menyentuh minumannya dan membuat seseorang yang duduk di hadapannya mengernyit."Ada apa?" tanyanya. Dan Nathalie balas menggeleng. Tersenyum tipis."Apa ada yang kau pikirkan?" tanya wanita di hadapannya itu sekali lagi. Dan kali ini Nathalie merespon dengan mengangkat wajah. Melihat ke arah Irine yang menaikkan salah satu alis menunggu jawabannya. "Aku tidak tahu." Nathalie menghela napas pendek. Menyandarkan punggungnya dengan pelan."Apakah kau bertengkar dengan Kai?" "Tidak." Nathalie menjawab cepat. "Lalu, apakah kau ... sedang kecewa dengan pria itu?""Itu juga tidak." Nathalie mengernyit. Tidak mengerti mengapa arah pembicaraan sahabatnya itu terus mengarah pada Kai. "Bukankah dia memiliki sekretaris baru?" "Berita menyebar dengan cepat, ya." Nathalie memasang wajah masam mengetahui orang sekelas Irine mas
"Apa kau sama sekali tidak ingin melepaskan ku?" Nathalie menggeleng. Masih saja membenamkan wajahnya pada dada pria itu sembari menghirup wangi Kai dalam-dalam. Menyimpan aroma tersebut sebanyak mungkin dalam dirinya. Lain halnya dengan Kai. Pria itu tidak dapat menahan senyum mematikannya dan kemudian mengangkat Nathalie untuk membawa wanita itu ke ruang tengah. Mendudukkan diri di sana. Malam masih panjang. Waktu mereka sangat banyak untuk digunakan hanya dengan berdiam saja. "Apa pekerjaanmu hari ini melelahkan?" Kai bertanya sembari mengusap surai cokelat Nathalie dengan lembut."Sangat melelahkan." Kai terkekeh saat ia mendengar hembusan napas kasar yang baru saja Nathalie keluarkan. "Tidak tertarik untuk mengundurkan diri sana dan bekerja di tempat lain?" Nathalie menaikkan pandangannya bertepatan dengan saat Kai yang baru saja menunduk. Kedua mata mereka bersinggungan beberapa saat. Sebelum kemudian Nathalie membuka bibir. "Misalnya?" "Menjadi sekretarisku." "Bukankah
22.10 WIB.Kai baru saja sampai di rumahnya dan segera memarkirkan mobil. Berjalan masuk dan mengernyit kala melihat lampu ruang tamu masih menyala. "Apa yang dia lakukan di ruang tamu semalam ini?" tanya Kai saat ia menebak ada seseorang di ruangan tersebut.Namun, saat membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam. Alangkah kagetnya Kai saat mendapati orang lain yang ada di sana. "Ming Shan? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kai sembari mendekat pada wanita itu. "Di mana Nathalie." Ming Shan tidak mengira jika pertama kali Kai akan langsung mencari wanita itu. "Nathalie ... dia ...." Bibir Ming Shan terasa kelu untuk berkata. Antara ingin mengatakannya atau tidak. Dan ketakutan yang akan ia hadapi ketika Kai mengetahui Nathalie tidak berada di sini lagi. "Aku tanya di mana Nathalie." Kai kembali berbicara dengan nada yang berbeda. Menjadi lebih dingin."Dia ... dia kembali ke rumahnya yang dulu." "Apa kau bilang?!""Dia tidak ada di sini, Kai. Dia kembali ke rumahnya." Kai ti