Ruangan CEO Hyden hari ini tampak sedikit berbeda. Meskipun terlihat tenang seperti biasanya. Namun, kali ini aura di sekitar ruangan ini begitu pekat tampak lebih dingin. Bahkan, suhu AC yang ada di sudut ruangan ini tak bisa menyaingi aura yang dipancarkan dari satu-satunya pria yang duduk di kursi pimpinan tertinggi. Kai menyesali ucapannya semalam. Meksi ia sudah mencoba keras untuk mengontrol diri, entah mengapa tiba-tiba saja pertahanannya runtuh hanya dalam beberapa kata yang Nathalie ucapkan. Ia terlanjur mengatakan perkataan yang mungkin akan membuat hubungannya dengan Nathalie semakin memburuk. Mungkin karena ia terlalu lelah sepulang kerja dan mendapati hal yang mengejutkan di luar pemikirannya. Tak sengaja ia mengucapkan perkataan menyakitkan yang bahkan belum pernah ia ucapkan sebelumnya. Lamunan Kai seketika buyar ketika pintu ruangannya terketuk. Dan mempersilahkan Ming Shan masuk membawa beberapa pekerjaan untuknya. Kai menghela napas panjang. Meminta wanita itu
Esok paginya, Kai langsung terbang menuju China. Sebelumnya, ia telah memastikan pada Irine jika Nathalie benar-benar membatalkan makan malam mereka saat itu dan Nathalie tidak memberitahukan alasannya. Setelah sampai di Beijing, Kai tanpa pikir panjang langsung menuju mansion ayahnya dengan langkah lebar. Menemukan beberapa penjaga yang berada di sekitar mansion tersebut. "Ayah ada di dalam?" "Ya, Tuan. Dia sedang menikmati teh dan membaca koran di gazebo." Seorang pelayan tua yang sudah mengabdikan dua puluh tahunnya di mansion ini menunjukkan Kai arah jalan."Aku akan ke sana sendiri," ujar Kai yang menghentikan pelayan tersebut. Lalu mengangguk dan membiarkan Kai pergi seorang diri. Pandangan mata Kai langsung tertuju pada pria tua yang saat ini sedang duduk membelakanginya. Seperti yang dikatakan Bibi Liu, ayahnya tengah menikmati teh di sana. "Ada apa?" Yuan Nuan berkata tanpa menoleh. Menyadari jika ada seseorang yang berdiri di belakangnya kini. "Ada yang ingin aku bicar
"Kau yang membuatnya menangis?" Kai menarik kuat-kuat kerah Leon dengan satu tangannya. Dahinya terlipat sampai ia mendengar satu kata yang diucapkan pria itu."Ya. Aku yang membuatnya menangis." Detik berikutnya, pukulan yang baru saja Kai layangkan itu sampai di wajah Leon. Membuat pria itu melangkah mundur. Memegangi hidungnya yang perih. Ternyata darah segar keluar dari sana. Leon menyeringai kecil. Kai tak tanggung-tanggung dengan kekuatan pukulan yang pria itu berikan. Saat Kai akan kembali meraih Leon. Nathalie segera menarik tangan Kai dan mendorong pria itu menjauh dari Leon. "Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau lakukan?!" Ekspresi Kai masih tidak berubah. Dipenuhi emosi, terlebih saat ia melihat bagaimana tatapan Leon padanya sekarang. "Dia menyakitimu!" Plak!Wajah Kai tertoleh ke samping. Pria itu merasakan panas mulai menjalar di sekitar pipi kirinya saat Nathalie baru saja menampar. Dan Kai baru saja menyadari jika dirinya dikendalikan oleh emosi tadi. "
Saat pertama kali membuka pintu, Nathalie benar-benar dikagetkan dengan keberadaan seseorang di depan rumahnya. Pria itu berdiri di samping mobil sembari mengecek jam yang ada di tangan kiri. Kemudian menoleh saat suara pintu terbuka terdengar. Pria itu tersenyum pada Nathalie dan kemudian berjalan mendekat. "Ayo. Aku akan mengantarmu bekerja," kata Kai sambil membukakan sebelah pintu mobilnya untuk Nathalie. Wanita itu tersenyum tipis, sebelum kemudian masuk. Di perjalanan pun, Nathalie tidak banyak berbicara. Ia hanya diam mengamati jalanan dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Berpikir apakah dirinya pantas diperlakukan seperti ini oleh Kai? Meski ia telah mengatakan tidak tersinggung dengan apa yang Yuan Nuan katakan. Namun, bukan berarti dirinya mengabaikan ucapan dari ayah Kai itu. Yuan Nuan telah memperingati dirinya secara langsung. Baik dari ucapan maupun tindakan, dia tidak akan pernah menyetujui jika Kai bersamanya. Sebelum Yuan Nuan mengatakannya, Nathalie sebenarnya
Nathalie melenguh pelan. Mendengar suara ponselnya yang berdering, ia langsung membuka mata meski sebenarnya masih mengantuk. Sebelah tangannya meraba meja di sebelah tempat tidurnya dan mencari-cari sumber bunyi tersebut. Menyingkirkan lengan besar Kai yang melingkari perutnya. Nathalie melirik sebentar, pria itu masih belum membuka mata. Tampaknya Kai sangat lelah karena pekerjaannya yang menguras waktu dan tenaga. Nathalie tak langsung mengangkat telepon tersebut. Melainkan melihat nama penelepon sembari mengucek sudut matanya. Sebelum akhirnya manik cokelat cerah itu tercengang. Dan buru-buru keluar dari kamarnya untuk mengangkat telepon. "Halo, Paman?" Nathalie berujar pelan. "Aku dengar dari Ming Shan, Kai tidak pernah kembali ke rumah sejak dia datang ke sana." Nathalie berubah diam. Pembahasan ini lagi. Padahal Nathalie berusaha untuk tidak lagi mengungkitnya. Namun, tetap saja ia tidak akan pernah bisa menghindari topik ini. "Apakah dia ada di tempatmu?" Sekali lagi Yua
Tiga hari berlalu dengan cepat. Saat ini, Nathalie tengah makan siang bersama dengan Kai. Menikmati makanannya dengan tenang, Nathalie melirik Kai sesaat. Namun, langsung tertangkap oleh sepasang manik kelam di hadapannya itu. Kai tersenyum tipis mendapati wanita itu yang buru-buru mengalihkan pandangan. Di akhir pekan ini, Kai hanya ingin menghabiskan waktunya bersama dengan wanita itu saja. Melakukan apapun bersama dengan Nathalie. "Ingin menunggang kuda?" tanya Kai. Yang langsung dijawab gelengan kepala oleh Nathalie. "Aku takut." Kai terkekeh pelan. "Lalu, bermain golf?" Nathalie juga menggeleng. Ia sedang tidak ingin bermain dengan bola sekarang. Namun, ada satu hal yang ingin ia lakukan sejak beberapa hari lalu."Bagaimana dengan berenang?" "Ide bagus." Kai menyetujui dengan cepat. Sesaat, Nathalie baru tersadar jika Ming Shan masih ada di rumah Kai. "Ah, tidak jadi, Kai. Lain kali saja." Nathalie tersenyum tipis sembari melanjutkan makannya. Sedangkan Kai yang tengah m
"Kau serius dengan perkataan mu?" Setelah terdiam beberapa menit, Kai baru mengeluarkan suara. Ia terlalu kaget dengan apa yang baru saja Nathalie katakan. Pandangannya lurus menatap wanita itu di mana Nathalie tak berani menatap kedua matanya. Kai mendesah pelan. "Kau benar-benar ingin putus denganku?" tanya Kai sekali lagi. Masih menunggu wanita itu untuk kembali membuka bibir. Dan Nathalie memilih untuk mengangguk. Ia yakin dengan keputusannya sekarang. Setelah mempertimbangkan banyak hal dan melihat dari segala sisi, Nathalie yakin jika yang ia lakukan saat ini tepat. Ia tidak pantas untuk bersama dengan Kai. Dan selamanya tetap akan begitu."Apa itu karena ucapan ku beberapa waktu lalu? Kau tahu aku tidak mengatakan ingin berpisah denganmu benar-benar, kan?" Kai tidak percaya. Terlebih ketika Nathalie sama sekali tidak memandangnya. Wanita itu hanya menunduk dalam. Menghindari kontak mata dengannya."Bukan karena hal itu, Kai." Nathalie menghela napas. "Aku melakukan ini at
Hans meneguk ludah saat ia memasuki ruangan CEO dengan dokumen yang ada di pelukannya. Merasakan aura dingin menyebar memenuhi ruangan ini hingga tak memberikan celah. Padahal, baru beberapa langkah kakinya masuk. Namun, hawa menyeramkan yang ada di sekitar sini terasa begitu menusuk untuknya. Cepat-cepat Hans mengusir semua rasa tidak enaknya dan berjalan mendekati seseorang yang ingin ia temui. Seorang pria yang ternyata kini tengah berdiri membelakangi Hans dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam celana.Lagi-lagi Hans membatin, apa yang membuat atasannya itu begitu betah mengamati kota di bawah sana dengan tanpa berkutik. Seolah perhatian Kai sudah diambil penuh."Tuan ..." panggil Hans. Dan pria tinggi yang menjulang tak jauh dari Hans itu hanya bergumam pelan."Hn?" "Ini adalah proposal dari-" "Taruh saja di mejaku." Kai memotong ucapan Hans. Kemudian berbalik untuk memandang sekretarisnya itu tanpa ekspresi. "Berikan semua pekerjaan yang harus ku kerjakan hari ini." Ma