Hari kedua Andini bekerja ia sudah mulai terbiasa dengan suasana kantor yang sebelumnya belum pernah ia lakoni.
Namun Andini bukan tidak memiliki kemampuan. Waktu kuliah Andini dikenal sebagai mahasiswi yang cukup cerdas walau agak keras kepala. Kecerdasan Andini membuat ia disayang oleh para dosen-dosennya. Andini yang cantik membuat banyak dosen-dosennya jatuh hati. Namun Andini muda saat itu lebih mengedepankan cinta suci kepada kekasihnya yang sudah ia pacari sejak masih duduk dibangku SMK. Cinta yang katanya suci itu telah menodai hidup Andini. Ia hamil disaat menunggu hari wisudanya. Celakanya kekasihnya itu menghilang karena secara ekonomi ia belum mampu menghidupi seorang istri dan calon anak diperut Andini. Orang tua Andini yang kecewa kepada putrinya lalu memaksa Andini untuk menikah dengan Dendi. Andini yang sudah pasrah dengan hidupnya berusaha menerima Dendi dan mencintai Dendi sebagai mana mestinya. Namun sayang Dendi pergi mengejar masa lalunya pada Kasandr“Kamu harus percaya pada aku San, aku tidak merayu Andini.” Dendi bersembunyi dibalik tembok berbicara lewat telepon dengan Kasandra. Sekali-kali ia memandang sekeliling memastikan tidak ada orang yang mendengar suaranya.Sejak kehadiran Andini, Kasandra dan Dendi tidak punya peluang lagi untuk bertemu langsung. Mereka harus bicara lewat chat atau telepon. Tidak bisa lagi makan siang bersama, apalagi bobok bareng berdua. Kehadiran Andini dirumah dan dikantor bagaikan seorang satpam yang sengaja diletakkan Devano untuk mengawasi mereka dua puluh empat jam.“Aku melihat dan mendengar dengan mata kepalaku sendiri Den. Tidak perlu berbohong kepadaku.” Jawab Kasandra merajuk.“San, percayalah padaku, aku hanya mencintaimu.” Ucap Dendi lembut dan memohon. Sedangkan Kasandra mulai terisak.“Sekarang apa yang harus aku lakukan Den, suamiku sudah tidak acuh kepadaku. Mungkin Dev sudah mendapat aduan dari Andini. Dan sekarang kamu
Kasandra menunggu kedatangan Dendi disebuah rumah makan yang sudah mereka sepakati untuk bertemu melalui pembicaraan telepon tadi.Untuk menghindari kecurigaan, Kasandra menyetir mobilnya sendiri dan Dendi akan menyusul dengan menggunakan taksi online.(Aku sudah direstoran)Sebuah chat dikirim Kasandra kepada Dendi. Dendi bergegas menyudahi pembicaraannya dengan seorang klien yang cukup penting diperusahaan itu. Klien itu bermaksud untuk mengkonsultasikan design bangunan yang akan dibangun sebagai hadiah sebuah event yang cukup besar.“Berhubung ini sudah masuk jam istirahat siang, kita bisa melanjutkan pembicaraan nanti sehabis jam istirahat.” Ujar Dendi sambil memberikan senyuman manis kepada kliennya itu. Lalu Dendi mengisyaratkan dengan gerakannya bahwa ia akan segera meninggalkan meja kerjanya.Lelaki yang menjadi lawan bicara Dendi mengerutkan keningnya. Sikap Dendi dinilainya sangat tidak pantas dilakukan oleh seorang arsitektur perusahaan tempat i
Karena begitu berat tekanan yang dirasakan oleh Kasandra, membuat ia drop dan tubuhnya semakin kurus. Ia jadi tidak berselera makan dan lebih banyak mengurung diri dikamarnya setelah pulang dari kantornya. Apalagi Devano kini lebih banyak menghabiskan waktu di Surabaya mengurus bisnisnya dari pada menemani dirinya yang tengah hamil empat bulan.Dan bukan itu saja, Dendi lelaki selingkuhannya yang merupakan mantan kekasihnya itu, kini tidak leluasa lagi ia temui. Jangankan untuk mengadu dan mengeluh apalagi bercinta, berbincang sepatah atau dua patah kata saja sudah memancing perhatian Andini yang bagaikan seorang pengawas yang selalu memperhatikan gerak-gerik mereka berdua. Kasandra kini hidup bagaikan didalam sebuah neraka. Dan itu karena kesalahan dirinya sendiri. Kasandra juga menyadari semua itu adalah memang total salahnya.Kasandra yakin kalau Devano telah mencium aroma perselingkuhan dirinya dengan Dendi. Mungkin itulah sebabnya ia kini bersikap acuh namun tetap men
“Pagi Bu Andini !”“Oh selamat pagi Pak Danu !” Jawab Andini sopan kepada Danu yang bertemu dengannya saat ia baru akan memasuki ruang kerjanya.“Mari, silahkan masuk Pak !” Sambung Andini mempersilahkan Danu memasuki ruangannya setelah ia memutar hendel pintu dan membuka lebar untuk Danu.Senior tua yang masih gagah itu mengibaskan jasnya dan masuk kedalam ruangan Andini. Ia langsung menduduki sofa berwarna coklat muda yang memang diperuntukkan untuk menerima tamu.Andini ikut mengambil tempat disalah satu sofa dan dengan sikap siap mendengarkan wejangan dari Danu.“Ada apa kiranya Bapak mencari saya pagi-pagi begini ? Apakah saya melakukan kesalahan ?” Dua pertanyaan diucapkan Andini sekaligus.Wajah tua Danu tersenyum senang mendengar pertanyaan yang ia harapkan itu. Menurut Danu, pertanyaan jenis itu hanya akan dilontarkan oleh seseorang yang berusaha untuk selalu bertindak benar dan menghindari kesala
"Hah, Kasandra pendarahan ?!!” Devano begitu terkejut mendapat kabar dari Andini yang sedang menelponnya saat itu. Devano baru saja masuk kekantornya di Surabaya.“Iya Dev, kamu harus segera pulang ke Jakarta secepatnya !” Ujar Andini dengan suara cemas.“Tolong carikan rumah sakit dan pelayanan yang terbaik kepada Kasandra. Untuk masalah ini aku percayakan kepadamu dan Dendi !” Perintah Devano diujung telepon dengan suara tegas namun dingin.“Maksudmu apa Dev ? Apa kamu tidak akan pulang dalam kondisi yang gawat darurat seperti ini ?” Andini membelalakkan matanya begitu mendengar Devano malah menugaskan dirinya dan Dendi untuk mengurus Kasandra.“Aku akan menghubungi dokter yang menangani Kasandra, dan kalian berdua tetaplah dirumah sakit menjaga Kasandra. Aku mohon !” Ucap Devano entah apa maksudnya.“Baiklah kalau begitu.” Jawab Andini lemah tidak mau berdebat lagi.Sementara itu
“Bapak Devano dan rombongan ada diruang VIP Bu. Mari saya antarkan.” Seorang pelayan restoran tempat Devano menjamu para manejernya, mengantarkan Dr. Silva kesebuah ruangan yang terletak dibagian dalam restoran itu.Pintu terbuka dan Dr. Silva melihat Devano baru selesai bersantap siang dan sedang bercengkrama riang dengan para karyawannya. Guyonan segar meluncur disambut gelak tawa yang bersahutan.Tawa mereka terhenti seketika begitu melihat seorang pelayan mendampingi seorang wanita cantik yang kini tengah berdiri diambang pintu. Semua mata memandang kepada Dr. Silva yang kini berjalan mendekati Devano bos mereka yang tidak menyadari kehadiran Dr. Silva. Ia terus saja mengobrol sambil tertawa dengan sebatang rokok bermain dijarinya.“Dev !”Bagaikan mendengar petir Devano terkejut mendengar suara Dr. Silva begitu dekat ditelinganya. Sontak ia menengadahkan wajahnya menatap Dr. Silva yang membawa wajah tegang keruangan itu. Suasana yang tadi riuh kini menjadi tegang da
Melihat kening istrinya dikecup lelaki lain yang tak lain adalah sahabatnya sendiri, Devano memilih meninggalkan ambang pintu itu. Dr. Silva melirik Devano yang melangkah gontai entah mau menuju kemana. Lelaki itu hanya berjalan mengikuti arah perasaannya.Perlahan Dr. Silva menutup pintu kamar perawatan Kasandra dimana wanita itu tengah bersama Dendi selingkuhannya. Tidak lama kemudian Dr. Silva mengetuk pintu itu dan menunggu beberapa saat.Tak lama kemudian Dendi membuka pintu dan Dr. Silva langsung memperkenalkan diri kepada Dendi.“Saya Silva dari Surabaya. Bolehkah saya melihat keadaan Kasandra ?”“Dari Surabaya ? Kenapa bukan Devano yang datang menjenguk istrinya ?” Tanya Dendi mengerutkan dahinya, namun ia menggeser tubuhnya kesamping ambang pintu untuk memberi jalan kepada Dr. Silva.Dr. Silva mendekati Kasandra yang terbaring lemah diatas tempat tidurnya. Jarum infus masih tertancap dipunggung tangannya sebelah kiri dan dila
“Dari hasil USG kami menemukan ada spesies lain selain janin yang berkembang didalam rahim istri anda.” Ujar dokter kandungan yang menangani penyakit Kasandra.Mata Devano membulat besar karena cukup kaget dengan ultimatum yang disampai dokter tersebut. Wajahnya sedikit membeku. Dr. Silva yang duduk disampingnya terlihat mengangguk-angguk dengan raut wajah ikut prihatin. Ia telah terlebih dulu mengetahui hal yang tidak mengenakkan ini.“Spesies ? Spesies apa itu Dok ?” Tanya Devano menatap wajah sang dokter.“Tumor !”“Hah...!!” Devano menjerit tertahan.“Jaa..jadi, apa yang harus kita lakukan Dokter ?” Tanya Devano tergagap dengan seluruh kepasrahan jiwanya.“Diperlukan tindakan operasi secepatnya. Berhubung tindakan ini mempunyai resiko cukup tinggi terhadap keselamatan ibu dan bayinya, untuk itu kami butuh anda menandatangani beberapa dokumen persetujuan, agar kami bisa melakukan tinda