Dengan perasaan getir mempelai pria itu menelan ludah. Ditepuk-tepuknya tangan pasangannya lembut. “Tenanglah, Aileen. Kalaupun ada yang harus mendapat hukuman dari Tuhan, akulah satu-satunya orang yang akan menanggungnya. Karena aku yang mengusulkan sandiwara pernikahan ini. Bukankah begitu?”Aileen menatapnya ragu. Samuel menganggukkan kepalanya tegas. Sorot matanya begitu teduh. Membuat hati Aileen berangsur-angsur tenang kembali.“Thank you, Sam,” ucap perempuan itu tulus.“For what?” tanya sang pria heran.“For…being a very good friend to me,” jawab Aileen sambil tersenyum manis.Hati Samuel luluh seketika. Aku duduk di samping bidadari yang hatinya tak kumiliki, batin pemuda itu nelangsa. Ya sudahlah. Yang penting dia bisa bahagia dan tak merasa tertekan menikah denganku.***Hari itu terasa bagaikan mimpi bagi Aileen. Dia melangkah ke altar gereja didampingi oleh Samuel yang dalam hitungan menit akan resmi menjadi suaminya di mata agama dan hukum negara ini. Ketika dia menguca
Samuel nyengir mendengarnya. Dia lalu mengangguk. Dipanggilnya salah seorang personil wedding organizer yang mengatur pernikahannya. Dimintanya orang itu untuk mencari asisten desainer gaun pengantin Aileen. Tak lama kemudian perempuan yang dinanti-nantikannya itu muncul.Sang mempelai pria langsung berkata, “Tolong bantu pegangi ekor gaun istri saya ya, Mbak. Acara resepsi sudah selesai. Kami sekarang akan pergi ke kamar pengantin. Tolong Mbak ikut kami. Istri saya butuh bantuan untuk melepas gaun pengantinnya.”Perempuan muda itu mengangguk. Dia tadi juga sudah diinstruksi oleh atasannya agar menunggu sampai pesta selesai supaya dapat langsung membawa pulang gaun pengantin yang dikenakan mempelai wanita. Gaun yang dipakai pada acara pemberkatan di gereja sudah dibawa kembali oleh asisten satunya tadi siang. Mereka memang bekerja bergiliran. Ide mengembalikan gaun pengantin wanita langsung kepada desainernya tanpa menunggu esok hari merupakan permintaan khusus dari Tina.Ibu kandung
Suaminya mengangguk mengiyakan. “Begitulah Mama. Sangat perhatian terhadap keluarganya. Memang dia cerewet dan terkesan suka mencampuri urusan orang lain. Tapi sebenarnya hal itu untuk menunjukkan kepeduliannya yang tulus. Tolong kamu agak sabar menghadapinya ya, Leen. Setidaknya Mama kan sudah membiarkan kita tinggal di rumah yang sesuai dengan keinginanmu. Itu sudah merupakan suatu pengorbanan yang besar darinya.”Aileen mengangguk setuju. Dia sendiri bukanlah orang yang terlalu perhitungan. Kalau memang pihak sana sudah mundur selangkah, dirinya pun tak keberatan untuk mengalah. Seperti halnya dengan gaun pengantin resepsi yang merupakan pilihan ibu mertuanya. Dia menurut saja memakainya demi menghindari perselisihan yang tak perlu. Demikian pula halnya dengan serba-serbi pernikahan seperti souvenir, konsep acara, menu hidangan resepsi, kue pengantin, bahkan dekorasi kamar pengantin pun dipercayakannya sepenuhnya pada ibu mertuanya tersebut.“Gimana ya reaksi Mama Tina seandainya d
Sebuah perasaan tak enak bergelayut dalam hatinya. Penthouse ini disewa oleh kedua orang tua Sam untuk memfasilitasi kami berdua mereguk malam pertama yang indah. Tapi aku minta anak mereka pergi demi menikmati malam pertama dengan pria lain!“Sam…sori. Aku…aku sungguh nggak pantas melakukan ini. Kurasa…kurasa sebaiknya kubatalkan saja pertemuanku dengan James….”Samuel langsung bangkit berdiri. Ditatapnya tajam perempuan yang telah resmi menjadi istrinya itu. Wajah cantik di hadapannya tertunduk malu. Terlihat jelas Aileen tak sanggup membalas tatapan suaminya.Pria itu berdeham pelan. Dia lalu berkata dengan hati-hati, “Kamu sudah telanjur berjanji pada pacarmu untuk bertemu di sini, kan? Bagaimana perasaannya nanti kalau pertemuan kalian tiba-tiba dibatalkan? Bisa-bisa dia curiga kita berdua ngapa-ngapain di sini.”Dia sudah tahu maksud James menemuiku di penthouse ini, keluh Aileen dalam hati. Yah, pria manapun pasti dapat menebak tujuan sepasang kekasih berduaan saja di dalam kam
Sementara itu sang pengantin pria justru menghabiskan malam pernikahannya dengan menyetir mobil mengelilingi segenap penjuru kota Surabaya. Malam telah larut. Jalanan lancar sekali. Lampu-lampu malam menerangi jalan raya dengan indahnya. Membuat hati Samuel terluka.Seharusnya ini malam pertamaku dengan Aileen Benyamin! protesnya dalam hati. Dia sudah resmi menjadi istriku. Pendamping hidupku yang sah. Tapi...tapi.... Aaarggghhh....Laki-laki itu memukul kepalanya sendiri. Dirinya merasa bodoh sekali telah membiarkan pria lain mereguk madu istrinya di malam pengantinnya. Tapi...apa yang dapat kulakukan? batinnya tak berdaya. Orang itu mengenal Aileen lebih dulu dan berhasil merebut hatinya. Dan kalaupun aku yang sekarang bersama istriku, belum tentu dia akan lebih bahagia. Selain tidak mencintaiku, Aileen juga akan mengetahui kenyataan bahwa...bahwa aku tak sanggup menunaikan kewajiban memberi nafkah batin padanya!Kepala Samuel menjadi pusing sekali. Dia lalu mengeraskan volume audio
Hari-hari selanjutnya dijalani Aileen dan Samuel apa adanya bagaikan air mengalir. Pasangan suami-istri baru itu tinggal berdua saja di rumah baru dua lantai pemberian Ruben. Mereka tinggal di kamar tidur yang terpisah di lantai dua. Semula Samuel bersikap gentleman dengan menyarankan Aileen untuk menempati kamar utama. Namun istrinya itu menolak dengan halus. Alasannya karena dia takut tidur sendirian di kamar seluas itu. Perempuan itu lebih merasa nyaman tidur di kamar yang lebih kecil. Dirinya juga berdalih tak mau kerepotan setiap hari membersihkan kamar yang berukuran besar."Kalau kelamaan bersih-bersih kamar, takutnya aku malah nggak sempat menjalankan pekerjaanku menerjemahkan novel online," timpal perempuan itu setengah bergurau. “Terus gimana pertanggungjawabanku terhadap perusahaan yang sudah mengontrakku?”Samuel tersenyum geli mendengar alasan yang tak masuk di akal itu. Dia tahu bahwa sebenarnya Aileen merasa sungkan menempati kamar utama. Bagaimanapun juga tempat ting
Untunglah selama hampir dua bulan Aileen tinggal di rumah itu, tak pernah sekalipun orang tua maupun mertuanya datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Bahkan mereka jarang sekali muncul.Justru Aileen dan Samuel yang seminggu sekali rutin datang mengunjungi mereka. Hari Sabtu siang merupakan jadwal bagi pasangan suami-istri itu berkunjung ke rumah keluarga Manasye. Lalu keesokan harinya mereka bertandang ke kediaman keluarga Benyamin.Kehidupan pasangan itu bisa dikata cukup harmonis. Jarang sekali terjadi percekcokan. Kalau salah satu pihak sedang tidak senang hati, yang lain cenderung bersikap diam demi tak memperkeruh persoalan. Tak sampai keesokan harinya, pihak yang tidak senang hati itu mulai luluh dan mengajak bicara kembali pasangannya.Bahkan Aileen lambat-laun merasa lebih dapat berkomunikasi dengan suaminya daripada kekasihnya. Kalau keinginan James tidak dipenuhi, pemuda itu langsung ngambek, tidak mempedulikan Aileen, dan ujung-ujungnya berlagak mau memesan
James menurut. Dilepaskannya tubuh ramping kekasihnya itu. Lalu pasangan muda-mudi tersebut berjalan beriringan menuju wastafel. Setelah mencuci tangan terlebih dahulu, Aileen berinisiatif mengambilkan nasi bagi James dan dirinya sendiri.Dibukanya rice cooker di atas meja makan. Diambilnya nasi lalu diletakkannya pada dua buah piring kosong. Ditanyakannya pada sang kekasih apakah porsi nasi yang diperuntukkan baginya sudah cukup.James mengangguk. Dia sudah selesai mencuci tangan. Dilihatnya piringnya sudah berisi nasi dan gurami goreng bagian kepala dan separuh badan. Sedangkan separuh badan lainnya dan bagian ekor berada di piring kekasihnya.James tersenyum. Aileen memang sangat perhatian. Perempuan itu tahu bahwa kekasihnya tidak suka bagian ekor ikan. Setiap kali makan ikan goreng maupun bakar bersama James, dia selalu mengalah dengan menyantap bagian ekor dan separuh badan ikan.Mereka berdua makan langsung dengan memakai tangan. Lahap sekali. Sambal buatan Aileen terasa sekali