Setelah melalui liburan panjang, akhirnya memasuki sekolah lagi dengan kelas barunya.
Kaila dan Aqila melihat mading karena setelah kenaikan kelas sudah pasti di acak lagi sesuai nilai ujian.
"Gue ada di kelas apa? Pokoknya jangan Ips 5 deh," Kaila sangat serius mencari namanya di 5 kertas yang terpajang itu.
Aqila mengernyit heran. "Emang kenapa kalau Ips 5? Ya bagus dong, tau gak? Itu dulu kelasnya mantan kapten basket yang udah lulus. Satu angkatan gitu sama kak Aris, namanya Aldi. Tertarik gak lo?"
Kaila cemberut. "Ya gak lah la. Gimana mau tertarik Aldi-nya aja udah lulus. Mana semangat gue."
"Eits tapi gak boleh patah semangat gitu dong. Masih ada adiknya yang satu angkatan sama kita. Gak kalah ganteng, namanya Ardy. Kalau aja kak Javas itu gak ngasih harapan apalagi pdkt-in gue udah di embat tuh. Mau gak?"
Kaila mengangguk antusias. "Kalau itu sih mau. Emang dia ada di kelas mana?"
Aqila menggeleng. "Cari aja
Di hari minggu ini, Aris mengajak Allisya jogging."Lebih seru lagi kalau ada Aqila sama Kaila kak," Allisya tak mau terjebak moment awkard apalagi romantis dengan Aris."Gak usah sya. Aku kan pingin sama kamu aja. Udah pernah juga ngajak mereka berdua makan bareng. Kenapa? Takut baper sendirian?" Aris mencolek dagu Allisya, cewek itu berpaling menyembunyikan semburat merah di pipinya.Allisya menggeleng. "Gak kok, siapa juga yang baper. Kak Aris aja gak gombalin aku."Duduk di taman setelah lari mengelilingi kompleks rumah, Allisya yang akan membeli es krim mendapat larangan keras dari Aris."Sya jangan minum es kalau habis olahraga. Air putih aja ya?"Allisya menghela nafasnya, jika perhatian Aris demi kesehatannya maka ia akan menurut."Kamu disini aja, aku beliin air minum. Jangan beli macem-macem," nasehat Aris.'Bawel sih, tapi lebih perhatian daripada Daniel. Meskipun kak Aris gak ngel
Daniel mengejar langkah Luna. Dengan sigap ia meraih tangan Luna."Luna, maafin aku ya? Aku belum siap jatuh cinta dengan kamu. Karena-""Allisya kan?" sela Luna dengan nada malasnya."Tapi aku akan berusaha buat mencinta kamu Luna," jawab Daniel dengan keseriusannya. Entah hanya sekedar kata penenang atau sebaliknya, semua itu tak bisa di tebak.Luna mengangguk, hatinya sedikit senang mendengar Daniel mengungkapkan kepastian hubungannya."Ok, buktikan kalau kamu mau mencintai aku. Ayo pulang," Luna menggamit lengan Daniel tanpa ragu, semoga saja hubungannya selalu membaik.Hujan turun rintik-rintik.Luna tersenyum melihat hujan, itu artinya Daniel akan semakin perhatian dengannya."Kita berteduh di halte aja," Daniel menarik Luna dengan berlari kecil menuju halte.Luna menggigil, ia kedinginan.'Daniel peka gak ya? Dingin banget lagi, Daniel enak pakai jaket.
Daniel mengejar langkah Luna. Dengan sigap ia meraih tangan Luna."Luna, maafin aku ya? Aku belum siap jatuh cinta dengan kamu. Karena-""Allisya kan?" sela Luna dengan nada malasnya."Tapi aku akan berusaha buat mencinta kamu Luna," jawab Daniel dengan keseriusannya. Entah hanya sekedar kata penenang atau sebaliknya, semua itu tak bisa di tebak.Luna mengangguk, hatinya sedikit senang mendengar Daniel mengungkapkan kepastian hubungannya."Ok, buktikan kalau kamu mau mencintai aku. Ayo pulang," Luna menggamit lengan Daniel tanpa ragu, semoga saja hubungannya selalu membaik.Hujan turun rintik-rintik.Luna tersenyum melihat hujan, itu artinya Daniel akan semakin perhatian dengannya."Kita berteduh di halte aja," Daniel menarik Luna dengan berlari kecil menuju halte.Luna menggigil, ia kedinginan.'Daniel peka gak ya? Dingin banget lagi, Daniel enak pakai jaket.
Setelah berkutat dengan pelajaran matematika yang berhasil membuat pusingnya seperti dia yang gak peka-peka berakhir sudah di susul bel istirahat yang menggema merdu.Kaila menguap. Ia terbangun dari tidur lamanya. "Istirahat ya? Kok gue gak di bangunin? Kalian tega banget, mau gue kelaparan?" Kaila menatap sedih Aqila dan Allisya yang sudah beranjak dari duduknya."Makannya kalau pas jamkos jangan tidur, baca novel atau kerjain tugas dari guru kek. Dasar putri salju," umpat Aqila terlanjur sayang tapi kesal. Cie.Kaila dengan malas beranjak dari duduknya."Kantin yuk. Pingin makan banyak-banyak," Kaila mengusap perutnya yang mulai keroncongan itu."Allisya tumben ikut ke kantin? Hm, sekarang gak ada yang nemenin makan. Adanya cuman kita doang," celetuk Kaila, lagipula tanpa Allisya itu seperti cinta tanpa manis, kebiasaan coklat sih.Allisya tersenyum tipis. "Ya gak papa kalau sama kalian. Lagian kak Aris
Ting!Satu pesan lagi. Luna membacanya dengan teliti."Daniel nyuruh orang buat kunci duplikatnya kafe? Lagi otw?" Luna mengetikkan dengan cepat agar anak buahnya itu segera mencegah orang suruhan Daniel sebelum sampai di kafe."Tapi sayangnya Dewi Fortuna berpihak sama aku. Tunggu saja kabar baiknya besok, Allisya. Kamu pasti akan di keluarkan dari sekolah tanpa ada rasa hormat, hahaha," Luna tertawa jahat, biarkan saja Allisya menderita menerima pembalasan dendamnya.***Beni memacu motornya dengan mengebut, ia harus sampai secepatnya. Daniel, pasti sudah menunggu di kafe itu.Tapi di tengah perjalanan, sekelompok pria menghadangnya. Dengan jumlah 8 orang membuat Beni bingung harus melawannya atau kabur."Lo mau kemana? Gak izin dulu nih sama bos kita? Ini wilayah kami.""Maaf," Beni turun dari motornya. "Jalanan ini itu bebas siapa aja mau lewat. Jalan umum, memangnya kalian berhak apa? Gue yaki
Allisya menguap, belajar satu jam lamanya membuat seluruh tubuhnya lelah."Kalau jam segini, kak Aris masih melek gak ya?" Allisya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 tepat.Dengan ragu Allisya menghubungi Aris.Masih menunggu.Panggilan di alihkan."Kak Aris sibuk apa? Memangnya jam 9 malam kak Aris masih kerja?" Allisya mengigit bibirnya, hatinya antara gelisah dan khawatir.Ting!Allisya segera melihat notifikasi itu. Dari Aris.Kak ArisMaaf sya, aku mau tidur dulu. Soalnya besok masuk kampusnya lebih awal. Kamu jangan begadang ya? Good night.09:10 pmAndaTapi kak aku pingin telepon bentar. Aku kangen sama kak Aris. Boleh gak? Janji habis telepon aku langsung tidur.09:11 pmArisMaaf sya tidur aja ya? Byee.09:12 pmAllisya menghela nafasnya. "Kenapa kak Aris tumben gak mau aku telepon? Padahal..." Allisya me
"Makasih ya Al?" Allisya merasa tenang, apalagi Alvian akan selalu menjaganya. Lain halnya dengan Aris yang sibuk dengan dunianya sendiri.Alvian mengangguk. "Iya, sama-sama. Yuk pulang," Alvian menautkan jemarinya pada tangan Allisya sangat pas dan mungil.***Alvian memang serius menjaga Allisya, terbukti cowok itu menjemput Allisya untuk ke sekolah bersama.Selena tampak terkejut dengan kehadiran Alvian. Terlihat asing."Kamu siapanya Allisya ya?" seperti biasa, Selena akan kepo dengan cowok yang dekat dengan Allisya padahal sudah ada Aris."Masa sih tante lupa saya aku? Alvian, sahabat Allisya sejak kecil yang suka main bola dan basket. Punya rumah pohon tempat dimana aku dan Allisya bermain basket disana. Memangnya Allisya belum cerita ya?"Selena baru ingat, owalah ternyata sahabat masa kecil."Kamu tambah ganteng aja. Alvian ya?" Allister duduk di sebelah Alvian, sudah beres mand
Sesampainya di rumah Allisya, sangat kebetulan sekali ada Selena dan beberapa tante-tante arisan yang asik bergosip ria.Terutama saat Allisya turun dari motor Aris. Semua itu tak luput dari perhatian Selena dan teman tante-tantenya."Itu siapanya Allisya? Pacarnya kan?""Ganteng e pean le." (Ganteng banget kamu 'le' untuk panggilan anak laki-laki)."Itu calon suaminya Allisya," ucap Selena memperkenalkan calon mantunya itu."Kapan nikah?""Setelah Allisya lulus, doain aja semuanya berjalan dengan lancar," wajah Selena terpancar kebahagiaan, apalagi Aris sudah di ketahui teman arisannya."Aaamiinn semoga lancar.""Kita doain yang terbaik aja deh Sel.""Mama, aku pulang," Allisya salim pada sang mama."Pingin deh mama cepet-cepet ya punya cu-""Mama! Aku masih sekolah. Bukan kebelet nikah," sela Allisya kesal, selalu saja mamanya itu menginginkan seorang cucu.