Belinda terengah, saat jemari Victorino tengah bermain di area pribadinya, mengirimkan gelenyar-gelenyar nikmat ke seluruh tubuhnya."Kamu mabuk, Rino ... Kamu akan menyesalinya besok. Bagaimana bisa kamu melakukan itu dengan wanita yang kamu benci ini!"Lalu Victorino tergelak ketika Belinda memalingkan wajahnya saat melihat bukti gairah pria itu, "Aku tidak sepenuhnya mabuk, My Lady ... Aku sudah jatuh tertidur kalau aku memang benar-benar mabuk," "Aku bukan Ladymu!" sangkal Belinda."Siapa bilang kamu bukan Ladyku?" tanya pria yang telah berbaring di atasnya dengan kedua lengan yang menopang tubuh kokohnya itu, sementara matanya jelas-jelas telah terbakar api gairah."Bukan, aku bukan Ladymu, tapi pelacurmu!"Pandangan Belinda tiba-tiba menggelap, lalu kembali jelas lagi saat bertatapan dengan wajah Victorino di waktu yang berbeda,"Itu yang kamu sebut jahat? Kamu juga menikmatinya Belle dan aku tahu itu!" Teriak Victorino padanya."No ... O sí. (Tidak ... Mungkin ya.)""Apa maksu
Namun alih-alih jatuh ke alam bawah sadarnya, Belinda malah terduduk sambil teriak histeris seolah tengah kesakitan, “Arrggghhh! Kepalaku sakit! Kepalaku sakit sekali!” “Belle, syukurlah kamu sudah sadar. Kepalamu sakit lagi? Aku akan panggilkan dokter dulu!” seru seseorang sambil menekan tombol darurat di tempat tidur Lolita. Suara itu … Dengan cepat Belinda melihat ke arah pemilik suara itu yang tak lain adalah Victorino. Kedua matanya seketika membola. Potongan demi potongan ingatan yang beberapa bulan ini menghilang dari dalam memorinya perlahan kembali lagi, berbaur sempurna dengan memori yang baru terbentuk beberapa bulan belakangan ini. Membuat kepala Belinda yang sedang nyeri itu semakin bertambah sakit karenanya. Belinda menepis kasar tangan Victorino yang baru saja meremas bahunya dengan sorot mata yang terlihat jelas sangat mengkhawatirkannya itu. “Ka … Kamu!” “Iya, aku. Selain kepalamu apalagi yang kamu rasakan, Belle? Untung saja kepalamu tidak terbentur tadi,” t
“Apa kau tidak mendengarnya, Rino? Jauhkan tanganmu dari tunanganku dan keluarlah!” seru Henry yang tiba-tiba saja memasuki ruang rawat Belinda. Pria itu tidak masuk seorang diri, tapi juga bersama Duke William, Felipe dan Elena. “Beraninya kau masih mengganggu cucuku saya! Keluar atau saya akan meminta petugas keamanan untuk menendangmu dari sini!” Duke William turut serta mengusir Victorino. “Maaf kalau saya lancang, Your Grace. Izinkan saya bicara dengan kekasih saya, Don Victorino. Saya akan membujuknya untuk tidak lagi mengganggu Lady Belinda lagi,” celetuk Elena dengan lembut. Membuat tidak hanya Duke William saja yang tercenganng, tapi juga Henry, Belinda dan Felipe. Dan gterutama Victorino, ia sama sekali tidak menyangka kalau elena akan mengatakan kebohongan seperti itu. Namun dari cara Elena menatapnya, ia yakin betul kalau ada rencana gadis itu dibaliknya. “Sejak kapan Rino jadi kekasihmu?” tanya Henry. Sebagai seorang kakak, ia tidak tahu kalau adiknya itu telah menj
Sejurus kemudian mereka telah sampai di tempat yang Elena berikan. Lokasi yang terpencil dan lumayan jauh dari pusat kota, dengan jaringan internet yang sangat buruk. Entah disengaja atau tidak. Jadi, siapa yang bisa melacak seseorang di daerah ini? Jelas sekali tempat ini dirancang untuk tidak dapat ditemukan. Darimana Elena mengetahui tempat ini? Victorino akan mencaritahunya nanti. Atau bahkan Erasmo telah memulai mencari tahu tentang tempat itu saat ini. Asisten pribadinya itu terlalu sigap dalam berbagai hal. "Kalian mau minum apa?" tanya Elena pada Victorino dan Erasmo yang telah duduk di sofa berwarna navy. "Tidak, terima kasih. Kami harus menjaga pikiran kami untuk tetap waras," tolak Victorino dengan lembut. Meski Elena terlihat tulus, ia tetap harus mewaspadai segala sesuatunya. Untuk saat ini, hanya orang-orangnya sajalah yang Erasmo percaya, setidaknya sampai ia tahu apa rencana Elena untuk mereka. Sementara Erasmo tengah sibuk dengan tabletnya. Mungkin saja memulai m
‘Maaf kalau saya lancang, Your Grace. Izinkan saya bicara dengan kekasih saya, Don Victorino. Saya akan membujuknya untuk tidak lagi mengganggu Lady Belinda lagi.’ Untaian kata yang keluar begitu saja dari mulut Elena terus terngiang di telinga Belinda. Bersamaan dengan pertanyaan demi pertanyaan yang selalu mengusik hari-harinya setelah pertemuan terakhirnya itu dengan Victorino. Apa mereka benar telah bertunangan? Sejak kapan? Mungkinkah keluarga Foxmoor berhasil membuat Victorino bertanggung jawab karena telah menyebabkan Elena terjatuh dari kudanya? Memang harus Belinda akui ada rasa cemburu saat mendengar ucapan Elena itu. Namun ia pun tidak yakin kalau hatinya sakit karena ia benar sedang cemburu atau karena ia hanya sedang kesal saja dengan kemunafikan yang tengah diperlihatkan Victorino itu. Kalau memang Victorino telah bertunangan dengan Elena, lalu apa maksud Victorino bersimpuh di depannya saat berharap Belinda mau memaafkannya dan kembali bersama dengannya lagi? Saat pr
Seandainya saja Henry tidak menyembunyikan apapun dari Belinda, mungkin Belinda memiliki setidaknya respek pada pria itu. Tapi alih-alih memberitahu Belinda kebenarannya, pria itu malah mendorong Duke William untuk segera menikahkan mereka hanya karena kedatangan Victorino. “Apa kamu mencintaiku?” Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Belinda, karena ia sangat ingin mengetahui isi hati Henry, dan tentu saja pria itu tidak pernah menduga kalau Belinda akan menanyakan hal itu. Tapi sepertinya Henry telah mempersiapkan jawabannya, karena tidak lama berselang pria itu langsung menjawabnya tanpa ragu-ragu lagi, “Ya, aku mencintaimu, Belle. Aku teramat sangat mencintaimu hingga aku tidak dapat membayangkan hidup tanpa kamu. Baru membayangkannya saja sudah membuat aku ingin menubrukkan diriku sendiri di depan kereta." Entah kenapa Belinda sama sekali tidak tersentuh dengan jawaban Henry. Jawaban yang sangat matang seolah teelah disiapkan sebelumnya, yang pastinya akan dapat meluluh
"Setelah aku pulih sepenuhnya dari lukaku, aku segera mencari tahu identitas wanita yang telah menolongku malam itu, wanita yang dengan berani telah mempertaruhkan nyawanya sendiri demi menyelamatkan seorang pemabuk yang tidak berguna sepertiku." "Dari rekaman CCTV aku mengetahui caramu menyelamatkanku, disaat pria lain yang melihatku dengan tatapan tidak peduli. Hanya kamu saja yang terlihat peduli padaku. Kamu membuat hatiku terenyuh, dan aku telah sangat berhutang nyawa padamu, Belle. Aku langsung jatuh cinta padamu saat itu juga." Mungkin di dalam kisah yang lain peristiwa itu dapat mengeratkan hubungan di antara mereka, tapi tidak berlaku untuk Belinda. Sebenarnya apa yang kurang dari Henry hinga sulit bagi Belinda untuk jatuh cinta pada pria itu, untuk memberikan kesempatan pada pria itu. Apalah daya jika hatinya masih saja terus bersikeras lebih memilih Victorino, pria yang telah menorehkan luka yang mendalam padanya. Seperti memakan sambal yang rasa pedasnya dapat membuat p
“Sekarang jawab yang jujur, Cecil. Apa kamu rela meninggalkan Madrid murni karena ingin ikut dengan aku, atau karena Rino yang memintamu?” tanya Belinda setelah nyaris seharian ini ia mengacuhkan Cecil. Bahkan saat Cecil mengajaknya bicara pun Belinda cenderung diam, dan sangat enggan untuk menanggapinya. Sejak ingatannya kembali, tidak ada satu pun yang bisa ia percayai lagi sekarang, termasuk juga cecil. Dan apalagi Cecil, mengingat wanita itu telah bekerja dengan Victorino jauh sebelum Belinda datang ke Palazzo itu. Bahkan keluarga Cecil telah turun temurun bekerja dengan sangat loyal pada keluarga Duques de Neville itu. Jadi tidak menutup kemungkinan kalau keberadaan Cecil di dekatnya adalah sebagai mata-mata Victorino. Ya, Belinda yakin betul itu. Victorino pasti yang meminta cecil untuk ikut dengannya ke London. Semua karena Cecil akan menjadi mata dan telinga untuk pria itu. belinda mencoba mengingat-ingat lagi, apa yang pernah ia bahas dengan Cecil sebelumnya. Adakah sesuat