Keseluruhan pesta pernikahan Belinda dan Victorino berjalan dengan lancar. Sesuai dengan agenda kerajaan, Sang Ratu pun menghadiri pesta pernikahan paling megah abad ini.Kedatangannya memang sudah bisa diprediksi berbagai kalangan, mengingat Duke William masih menjadi bagian dari kerajaan. Tidak ada Bridesmaid dan Bestman atas permintaan khusus Duke William, sesuai dengan tradisi pernikahan kerajaan.Hari itu bukan kali pertamanya Victorino bertemu dengan Sang Ratu, mereka pernah beberapa kali bertemu baik dalam acara kerajaan maupun kunjungan Sang Ratu ke Barcelona.Pun demikian dengan Belinda, sejak Duke William membawanya kembali ke London, ia telah beberapa kali bertemu dengan Sang Ratu. Baik untuk acara resmi kerajaan maupun acara lainnya."Akhirnya kamu resmi menjadi istriku, My Lady. Tidak akan ada yang dapat melukiskan betapa bahagianya aku saat ini," ucap Victorino di saat dansa pertama mereka.Ia tidak peduli dengan seberapa banyaknya pasang mata yang terarah padanya dan pe
"Kamu pasti sangat lelah dengan semua itu. Sementara aku ... Aku malah sama sekali tidak megingat tentangmu waktu itu, apalagi membantumu menyingkirkan mereka semua," desah Belinda."Menyingkirkan mereka bukanlah tugas yang berat, My Lady. Ada yang jauh lebih berat lagi dari itu.""Apa?""Mendapatkan cintamu kembali. Aku tahu di hari memori tentangku terhapus dari ingatanmu, aku telah kehilangan cintamu. Aku pasti akan mendapatkan kebencian darimu. Dan jauh di lubuk hatiku aku justru berharap ingatanmu tidak akan pernah kembali, karena aku tidak mau kamu menderita saat teringat pada keguguranmu itu.""Ya, hal itulah yang pertama kali aku sesalkan saat ingatanku kembali, Mi Rey. Tapi hal itu tidak sampai membuatku membencimu. Dan konyolnya lagi, aku masih merasakan cintaku padamu yang masih sama besarnya seperti dulu. Seharusnya aku membencimu kan? Tapi ternyata aku tidak bisa," aku Belinda bersamaan dengan alunan musik pengiring dansa mereka terhenti."Banyak yang harus kita bicarakan
Setelah sesi foto bersama dimulai, Felipe baru terlihat batang hidungnya. Entah berada di mana anak itu sejak tadi, mungkin saja berada di kamarnya atau perpustakaan, mengingat Felipe tidak menyukai keramaian."Mi Hijo, kemarilah," pinta Belinda sambil mengulurkan tangannya ke Felipe yang sudah terlihat tampan dengan stelan jas dengan warna dan model yang sama dengan yang Victorino kenakan."Apa Mamá bahagia?" tanya Felipe, kepalanya menengadah ke atas untuk menatap Belinda."Ya, teramat sangat bahagia. Bagaimana denganmu? Bahagia dengan pernikahan Mamá dan Papá?" Belinda balik bertanya dengan senyum lembut dan sedikit membungkuk agar Felipe dapat mendengarnya dengan jelas, karena suasana pesta masih terdengar riuh, meski sebagian tamu sudah kembali ke rumah mereka masing-masing.Tatapan Felipe beralih dari Belinda ke Victorino yang tengah menatapnya dengan penuh kasih. Tanpa mempedulikan masih banyaknya mata yang tertuju pada mereka, Victorino setengah berjongkok untuk menyamakan tin
Kurang dari dua jam perjalanan yang mereka habiskan untuk mencapai Praque, salah satu kota yang dinobatkan sebagai kota paling indah di dunia. Kota Seratus Menara dengan sebuah monumen UNESCO. Surga dunia yang selalu terlihat romantis di setiap musimnya.Sebuah kota kosmopolitan yang masih memiliki gaya alternatif romantis, kuno dan juga modern.Setiap kabupatennya memiliki karakteristisknya sendiri, dengan budaya masyarakatnya yang unik serta sejarah yang menarik untuk di eksplor para wisatawan, yang sekarang ini juga mampu membuat Belinda berdecak kagum karenanya."Praha berada di posisi ke empat belas kota terbesar di Eropa," bisik Victorino di telinga Belinda, sementara tangannya tiada hentinya mengusap lembut tangan Belinda, mengabaikan Felipe dan juga Cecil yang duduk di belakang mereka.Tapi sepertinya Felipe tertidur, karena sejak mereka menaiki mobil yang membawa mereka ke hotel yang telah Victorino booking, tidak terdengar sama sekali suara anak itu. Biasanya Felipe akan sel
Sesampainya di kamar, tidak mau membuang waktu lagi Victorino segera menanggalkan pakaian Belinda, lalu menyusul pakaiannya sendiri sebelum membopong istrinya itu dan merebahkannya di atas tempat tidur dengan ukuran extra king."Kamu tidak sabar sekali, Rino. Kita baru saja sampai," keluh Belinda.Meski demikian ia sama sekali tidak menepis tangan Victorino yang sedang menggerayangi tubuhnya itu, bahkan cenderung menikmatinya dan tidak ingin Victorino menghentikan kenikmatan yang tengah pria itu berikan padanya.Belinda berkali-kali memejamkan kedua matanya, dan berkali-kali juga menghela napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya membuka kedua matanya dan melihat betapa kokohnya tubuh yang sedang berada di atasnya itu, tubuh suaminya yang dipenuhi dengan otot-otot yang dihasilkan dari hidup sehat pria itu.Tidak mau berdiam diri begitu saja, ia pun turut serta menjamah tubuh kekar Victorino, menyusuri tiap lekukan otot dadaya yang keras, lalu terus turun ke bawah dan ke bawah lagi hingga
Keesokan paginya, Belinda tengah asik memandangi Petrin Park dari Balkon kamarnya saat sepasang tangan melingkari pinggangnya,"Kamu beruntung mendatangi kota ini di musim semi seperti ini, karena ribuan bunga sakura sedang bermekaran di taman itu," bisiknya dengan lembut.Tadi setelah Victorino melakukan serangan fajar padanya, pria itu bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, sementara Belinda melangkah menuju balkon ini."Apa kamu akan membawaku ke taman itu nanti, Mi Rey?" tanya Belinda dengan penuh harap.Dilihat dari kejauhan saja taman itu sudah begitu indah, bagaimana kalau ia melihatnya dari jarak dekat? Dan Belinda sangat senang menghabiskan waktunya di taman. Baik di Madrid maupun Barcelona."Ya nanti setelah kita makan pagi, aku akan membawamu ke sana," jawab Victorino."Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo kita ke bawah sekarang!" seru Belinda dengan tidak sabar sambil membalik badannya menghadap suaminya yang masih memeluknya dengan erat itu."Ke bawah? Memangnya
Dengan lengan kekar Victorino yang melingkar di pinggangnya dengan posesif, Belinda menatap nanar puing-puing reruntuhan Palazzo Victorino yang terbakar, yang Victorino bakar lebih tepatnya.Begitu besarnya pengorbanan Victorino demi bisa membalas orang-orang yang telah jahat pada Belinda dan juga Felipe, bagaimana Belinda tidak terharu karenanya.Victorino mampu menghukum mereka semua namun dengan kesan mereka semua tewas terbakar karena tidak sempat menyelamatkan diri mereka saat Palazzo itu terbakar habis.Jadi tidak ada konsekuensi hukum yang terjadi pada Victorino. Lagipula di tanah Duque de Neville, Victorino lah yang menjadi hukum itu sendiri.Apapun perintahnya, tidak ada satu orang pun yang dapat membantahnya. Kecuali Belinda tentu saja, itu pun ia harus melihat suasana hati suaminya terlebih dahulu."Sayang sekali ... " desah Belinda.Bukan hanya sekedar basa-basi saja. Belinda memang sangat menyayangkan tindakan Victorino itu, meski dengan alasan membalaskan dendam Belinda
"Kalau begitu ikut aku, ada yang ingin aku perlihatkan padamu!"Belinda membiarkan Victorino menarik lembut tangannya, pria itu berjalan dengan santai hingga Belinda tidak terburu-buru mengikuti langkah panjang kakinya."Kamu mau memperlihatkan apa lagi padaku?""Kejutan.""Astaga Rino ... Sudah banyak kejutan yang kamu berikan padaku. Kali ini apa lagi? Lemari pakaianku nyaris susah tidak dapat menampung satu pakaian lagi.""Bukan pakaian, My Lady," sanggah Victorino tanpa menghentikan langkahnya."Lalu apa? Tas? Koleksi tasku pun sudah banyak sampai-sampai ada beberapa tas yang terpaksa harus aku letakkan di luar lemari.""Kalau masalah pakaian dan tas yang berlebihan, kamu bisa meletakkan sebagian di rumah baru kita nantinya, sayangnya saat ini masih dalam tahap finishing. Tapi aku janji bulan depan kita sudah akan menempatinya.""Ya Tuhan, rumah apa lagi, Rino? Memangnya kenapa dengan rumahmu yang sekarang ini? Itu saja sudah cukup besar untuk aku.""Rumah yang akan aku hadiahkan