Bagaimana reaksi Sarah setelah mengetahui apa yang terjadi terhadap Jessy?
🏵️🏵️🏵️ “Aku benar-benar minta maaf, Pih. Aku udah mencoreng nama baik keluarga. Aku janji akan berubah lebih baik ke depannya.” Jessy langsung berlutut di depan ayahnya. Melihat pemandangan itu, Sarah makin tidak mengerti. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam keluarga suaminya. Namun, satu hal yang dia ingat tadi saat di kamar, Wisnu menitikkan air mata. Sarah ingin tahu kenapa suaminya menangis. Namun, laki-laki yang telah menikahinya tersebut tidak memberikan jawaban saat sang istri bertanya. Kini, tanpa Sarah sadari, ternyata Wisnu memperhatikan kebingungan calon ibu dari anaknya tersebut. “Kenapa wajah kamu aneh gitu?” Wisnu bertanya kepada istrinya. Pasangan suami istri tersebut kini duduk bersebelahan. “Saya bingung, Mas. Papi kenapa marah pada Mbak Jessy?” “Siapa? Coba ulangi sekali lagi.” Wisnu kembali mendengar sebutan yang digunakan Sarah untuk Jessy. “Mbak Jes … eh, maaf. Maksud saya, Jessy.” Sarah tidak ingin melihat suaminya marah. Dia pun ter
🏵️🏵️🏵️ “Sesuatu yang tidak seharusnya terjadi.” “Itu artinya, Mas melakukannya secara bergantian dengan saya dan Mbak Sandra?” Sarah pun menjauhkan jemarinya dari genggaman Wisnu. Dia segera beranjak dari sofa menuju tempat tidur. Wisnu tidak ingin ada salah paham antara apa yang terjadi sebenarnya dengan pikiran Sarah. Dia pun menghampiri wanita itu dan berusaha memberikan penjelasan. Dia berharap agar sang istri bersedia memberikan maaf. “Ini bukan seperti yang kamu pikirkan.” Wisnu berlutut di depan Sarah yang kini duduk di pinggir ranjang. “Apa yang Mas lakukan?” Sarah memegang lengan sang suami lalu meminta laki-laki itu duduk di tempat tidur. Dia tidak tega melihat Wisnu berlutut di depannya. “Saya melakukannya dulu saat baru awal pacaran dengannya. Setelah itu nggak pernah lagi. Hanya sekali.” Wisnu akhirnya mengungkapkan kebenaran yang sangat menyakitkan Sarah. “Hanya, Mas? Mas melakukan dosa besar dan menyebutnya dengan kata hanya? Saya nggak ngerti dengan jalan piki
🏵️🏵️🏵️ “Untuk apa saya marah? Kemarahan saya tidak akan mampu mengubah perasaan Mas ke Mbak Sandra. Saya hanya ingin menata hati dan berhenti berharap.” Sarah berusaha tegar mengucapkan kalimat tersebut kepada Wisnu. “Kenapa kamu ngomong seperti itu?” Wisnu pun berdiri lalu memegang kedua lengan sang istri. “Itu kenyataan, Mas. Mas juga pernah bilang kalau Mas hanya mencinta Mbak Sandra.” Sarah mengingatkan kembali apa yang dulu Wisnu katakan. Tiba-tiba terdengar nada panggilan masuk dari ponsel Wisnu. Laki-laki itu pun meraih benda pipih tersebut dari saku kemejanya. Terdapat nama Sandra di layar dan Sarah juga tahu itu. Hati wanita itu makin sakit. “Angkat aja, Mas. Kasihan Mbak Sandra menunggu.” Sarah berusaha kuat, dia mengembangkan senyuman. Wisnu pun menerima panggilan masuk dari Sandra. Ternyata wanita itu meminta Wisnu menemui dirinya di tempat favorit mereka. Sandra mengaku ingin membicarakan sesuatu hal yang sangat penting tentang hubungan mereka. Mendengar perminta
🏵️🏵️🏵️ “Aku minta maaf, Mas. Aku terpaksa mekakukan semua itu agar kamu menyadari perasaanmu terhadap Sarah dan melupakan aku.” Sandra berharap agar Wisnu mengerti maksud dan tujuannya. “Saya juga minta maaf, Bro. Kami tidak bermaksud menyakiti siapa pun. Tujuan kami hanya satu, Anda dan sang istri harmonis hingga akhir hayat.” Arman pun turut membuka suara. “Aku tetap nggak terima dengan rencana menyakitkan yang kalian lakukan. Aku membencimu, Sandra!” Wisnu belum mampu menerima apa yang telah Sandra lakukan. Laki-laki itu merasa menjadi seseorang yang telah dipermainkan. Dirinya tidak menyangka akan mendapatkan kejutan yang menyakitkan seperti ini. Wisnu pun memilih pergi dari tempat itu. Hatinya masih sakit karena merasa dibohongi oleh wanita yang dulu sangat dia cintai. Wisnu sangat menyesal telah menyakiti perasaan Sarah selama ini. Laki-laki itu berusaha untuk tidak mengungkapkan cintanya karena menunggu memutuskan hubungan dengan Sandra. Namun, kenyataan pahit yang dia
🏵️🏵️🏵️ Wisnu akhirnya tiba di depan rumah Reno. Satpam yang menjaga keamanan tempat tinggal keluarga adik sepupunya tersebut segera membukakan pintu pagar untuk Wisnu. Laki-laki itu pun langsung memasuki halaman rumah tersebut. Ternyata Reno saat ini sedang duduk bersantai sambil memainkan ponsel di teras rumahnya. Wisnu pun segera turun dari mobil lalu menghampiri sang adik sepupu. Hatinya saat ini masih menyimpan kekesalan dan kekecewaan terhadap Reno. Wisnu langsung menarik bagian leher kaus yang dikenakan Reno lalu mengepalkan tangan kanan dan mengarahkan ke wajahnya. Namun, niat untuk memberikan pukulan kepada Reno segera Wisnu urungkan. Dia tidak ingin melukai laki-laki itu. “Kenapa nggak jadi pukul, Kak?” Reno bersikap santai di depan Wisnu. “Seharusnya saya melakukan itu! Kau pantas mendapatkan pukulan dari saya!” Wisnu menaikkan suaranya. “Kakak yang dulu benar-benar berubah sekarang. Dulu nggak pernah berbuat kasar pada saudaranya.” Reno sangat menyayangkan perubahan
🏵️🏵️🏵️ “Sarah kenapa, Mih?” Wisnu tampak panik setelah bertemu keluarganya di rumah sakit. “Dia udah siuman, tapi ….” Bu Siska tidak sanggup melanjutkan kalimat yang tadi ingin dia ucapkan. “Tapi kenapa, Mih?” Wisnu pun segera menghampiri Sarah yang telah berbaring di tempat tidur ruang IGD. Bu Siska tidak kuasa menyampaikan kondisi Sarah yang sebenarnya. Sang menantu kini sangat lemah dan kesakitan setelah terjatuh dari kursi. Bu Siska sangat panik ketika melihat darah mengalir di paha hingga kaki Sarah. Bu Siska sangat sedih mendengar penjelasan asisten rumah tangganya. Bi Inah menceritakan niat Sarah yang ingin pergi dari rumah. Bu Siska tidak mengerti kenapa sang menantu memiliki rencana seperti itu. Bu Siska sangat tahu seperti apa sikap Wisnu akhir-akhir ini. Anak sulungnya tersebut telah menunjukkan perhatian kepada Sarah layaknya seorang suami terhadap sang istri. Bu Siska benar-benar bingung. “Kamu kenapa?” Wisnu menggenggam erat tangan istrinya. “Mas. Saya boleh mi
🏵️🏵️🏵️ Pak Dimas merasa bersalah karena menganggap dirinya telah menghancurkan masa depan Sarah. Dia pun akhirnya menitikkan air mata sambil memeluk sang istri. Laki-laki itu membayangkan seperti apa penderitaan Sarah yang harus berkorban demi dirinya. Ternyata Pak Wildan, Bu Siska, dan Jessy yang duduknya tidak jauh dari orang tua Sarah sangat terkejut mendengar penuturan Wisnu. Selama ini mereka tidak tahu kalau laki-laki tampan itu telah menyembunyikan rahasia yang sangat menyakitkan. Pak Wildan tampak kesal dan kecewa mendengar pengakuan sang anak, dia pun menghampiri laki-laki itu lalu menarik kemejanya dan meminta untuk berdiri. Pak Wildan dengan wajah berang menatap Wisnu, kemudian mendaratkan tamparan di pipinya. “Ternyata kamu itu nggak lebih dari seorang pengecut! Membantu sesama dengan mengharapkan imbalan yang nggak masuk akal!” Pak Wildan menaikkan suaranya. Sementara Bu Siska segera menghampiri dan menghentikan suaminya dan mengingatkan laki-laki paruh baya itu aga
🏵️🏵️🏵️ Dada Bu Ratna terasa sesak jika mengingat semua perbuatan baik dan pengorbanan Sarah terhadap keluarga. Putri sulungnya tersebut bahkan tidak dapat mewujudkan harapan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi demi orang tuanya. Wanita paruh baya itu sangat tahu kalau Sarah masih ingin menuntut ilmu di bangku kuliah. Namun, harapan itu tidak dapat terwujud karena putrinya lebih memilih mengorbankan cita-cita demi menyelamatkan nyawa Pak Dimas. Bagi Sarah, hidup sang ayah jauh lebih berharga daripada sekadar impiannya. “Maafin Ibu, Sayang, karena keinginan kamu untuk kuliah telah kandas demi keselamatan ayahmu.” Bu Ratna menyampaikan apa yang dia rasakan kala itu kepada Sarah sebelum resmi menjadi istri Wisnu. “Sarah nggak apa-apa, Buk. Sarah ikhlas melakukan ini demi Ayah. Keselamatan Ayah jauh lebih berharga.” Bu Ratna tidak kuasa menahan air matanya agar tidak kembali jatuh mengingat pengorbanan putrinya tersebut. Bu Ratna merasa tidak sanggup membayangk