"Aku tidak bisa, Alex!"Lara menahan dada Alex dengan menggunakan kedua tangannya tepat saat bibir mereka nyaris bersentuhan.Alex membuka matanya, menemukan Lara yang berpaling wajah. Dan saat Alex sadar, kedua tangan kecil yang kini ada di dadanya itu tampak gemetar.Alex mengalah dengan menarik tangannya dari wajah Lara sekaligus menarik diri darinya. Dia tahu dia terburu-buru ingin menumpahkan rasa terima kasihnya yang besar karena Lara sudah ada di sini bersamanya dan secara suka rela merawat Alex padahal dulu dia memikul luka di bahu ringkihnya ini sendirian. "Aku tidak bisa lakukan ini, Alex! Tolong jangan ...."Jeda yang dia berikan seperti sedang merajam Alex dengan rasa bersalah. Lara belum bisa menerimanya."Tolong jangan berlebihan menyentuhku secara fisik!" lanjutnya lirih.Semakin didengar, suaranya menggema dipenuhi duka.Dia sedang menjaga jarak, bukan jarak secara fisik saja melainkan jarak yang belum sepenuhnya menemukan jembatan agar mereka bertemu.Alis Alex sed
Alex tidak ingin menangis di depan anak-anak. Dia menghapus air matanya dengan cepat meski dadanya bergemuruh oleh sesal yang besar.Dia menyambut Neo dan Shenina yang berlari masuk ke dalam mobil dan menyapanya lebih dulu setelah Alex membuka masker yang menutupi wajahnya."Selamat siang, Papa!""Selamat siang, Shen."Lalu disusul oleh Neo."Selamat siang, Paman.""Selamat siang, Neo.""Paman kenapa menjemput kami? Paman sedang sakit jadi sebaiknya di rumah saja," ucapnya saat dia didudukkan Lara di kursi belakang bersama dengan Shenina dan juga Alex.Lara membiarkan anak dan bapak itu ada di kursi belakang dan saling berinteraksi sedangkan Lara memilih untuk duduk di depan bersama dengan Ron.Tidak ingin membuat Neo menunggu, Alex menjawabnya, "Paman baru saja ke dokter, Neo.""Oh, Neo pikir Paman Alex sengaja keluar.""Memangnya kalau Paman keluar itu tidak boleh?""Boleh saja. Tapi kalau dengan mama, Paman akan merepotkan mama."Lara yang di depan menahan tawa mendengar bagaimana f
Sesaat sebelum Lara mengetahui keberadaan Alex di sini, Alex ada di ruang tengah.Setelah mendapat keterangan dari Shenina bahwa Lara masih ada di dalam kamar, Alex memutuskan untuk pergi menemui Lara.Anggap saja ini sebaga latihan jalannya agar semakin lancar. Lalu dia bisa terlepas dari egrang ini.Saat dia sampai di depan kamar yang ditinggali Lara sebelum setiap malam mereka akan tidur bersama di kamar Alex, pintu kamarnya terbuka.Alex bisa melihat bagaimana cantiknya Lara sewaktu dia keluar dari kamar mandi."Ceroboh," gumam Alex menyeringai saat menyaksikan Lara menarik resleting untuk menutupi ....'Damn, itu sangat seksi, Lara.'Karena mau dipungkiri bagaimanapun, Lara itu memang sangat seksi.Bentuh tubuhnya sempurna. Mengingat sedikit lebih panjang ke belakang, Alex sudah pernah melihatnya.Sempurna.Bahkan setelah dia melahirkan dua orang anak, dia masih terlihat memukau.Bagaimana rasanya sekarang ....'Akh, sial!' Alex mengumpati dirinya sendiri karena tubuhnya rasanya
Lara menahan napasnya saat menyadari jika bibirnya tengah bertemu dengan bibir Alex.Dia tidak sempat menghindar sehingga ciuman ini terjadi.Mereka saling tatap dalam jarak yang dekat bahkan tak bersekat saat Alex menarik wajahnya dari Lara."Aku mencurinya, maaf," bisik Alex lirih, mengusap sudut bibir Lara yang baru saja dia kecup secara tiba-tiba.Alex hanya ....Dia tidak bisa menahan diri melihat Lara.Perempuan ini terlalu sempurna.Bagaimana cantiknya dia, atau caranya membuat Alex tahu bahwa dia selama ini telah menyia-nyiakan berlian yang berharga.Alex hanya ....Ingin mengucapkan banyak hal tapi semua terangkum menjadi satu.Dengan mencium Lara, hal yang ingin dia katakan dengan lantang hanyalah satu hal saja,"Aku mencintaimu, Lara."Itu adalah Lara.Bukan yang lainnya.Tubuh Lara kebas sekujur badan. Dia memaku di tempat dia duduk berhadapan dengan Alex.Memandang lurus pada lelaki itu yang memiringkan kepalanya menunggu jawaban Lara.Bibirnya terpasung, dia juga ingin m
Karel, tamu yang datang di pagi hari ini adalah Karel.Yang jelas tidak bisa diterima begitu saja oleh Alex sebagai pemilik rumah.Lara menoleh ke belakang, pada kedatangan Alex dengan langkah kakinya yang sudah sembilan puluh persen normal dengan tidak mengenakan egrang meski sedikit terpincang.Atau ....Mungkin dia lari ke sini setelah mendengar bel dari arah pintu rumahnya?Entahlah ....Lara menghela napasnya dengan sedikit dalam. Dia memejamkan matanya sejenak saat mendengar Alex yang kembali bertanya karena Karel membuatnya menunggu."Aku tanya apa yang kamu lakukan di rumahku, Karel?"Karel tidak ingin menjawab Alex. Matanya menatap Lara yang kedua bahunya jatuh."Ayo bicara, Lara!""Tidak bisa!" jawab Alex lebih dulu seraya mendekat pada Lara dan menahan tangannya agar tidak mengikuti Karel atau mengambil satu jarak mendekat pada lelaki itu.Mata benci Karel mengerling pada Alex, "Kenapa kamu yang menjawabnya? Aku sedang bicara dengan Lara.""Aku tidak suka kamu bicara dengan
Di dalam rumah lamanya, Lara melihat Neo dan Shenina yang tidur di dalam kamar mereka. Lara pergi dari rumah Alex sejak siang. Bukan sengaja kabur untuk membawa Neo dan Shenina tetapi karena dia mendapat undangan ulang tahun dari Lily, guru playgroup di mana anak-anaknya belajar.Anak Lily berumur genap tujuh tahun hari ini dan Lara tidak enak menolak karena Lily selama ini baik kepadanya.Setelah selesai dari acara, Lara membawa anak-anak pulang ke sini sekaligus melihat isi rumah yang setiap harinya dibersihkan oleh Alin, pekerja harian yang dia bayar.Rumahnya masih terawat meski sudah sekian lama Lara meninggalkannya.Setelah bermain, anak-anaknya tidur. Tidak mungkin bagi Lara membangunkan mereka atau tidur mereka akan gagal.Masalahnya sekarang hanya satu. Dia jelas tidak bisa pulang ke rumah Alex malam ini."Tapi sebenarnya itu juga bukan masalah yang besar sih. Tinggal di sini atau di sana sama saja."Tapi mungkin yang jadi masalah adalah Lara tadi tidak berpamitan pada Alex
Lara memejamkan matanya saat Alex semakin dekat dan membuat bibir mereka bertemu.Saling memagut, dan terbilang cukup lama. Kedua tangan Lara yang semula meremas dadanya sendiri itu kini berpindah karena Alex meraih kedua bilah pergelangan tangannya. Memergikannya dari Lara, membimbing agar Lara memeluk leher Alex.Lalu ciuman mereka bertambah semakin dalam. Debar jantung Lara porak-poranda. Napasnya tertahan kesulitan mengatur antara candunya bibir Alex dan mengambil udara untuknya."T-tunggu!" cegah Lara saat Alex hampir menjatuhkan bibirnya di ceruk leher Lara.Lara menahan Alex dengan menahan wajahnya menggunakan kedua tangan. Mereka saling pandang di bawah temaram cahaya lampu, yang semakin lama semakin membuncahkan Lara dalam rayuan."Kamu tidak mau?" tanya Alex memastikan.Lara memejamkan matanya dengan lemah. Memberi jawaban ambigu untuk Alex yang memiringkan kepalanya ke kiri."Beri aku jawaban, Lara.""Maksudmu, kita tidur dan melakukan ....""Iya, seperti itu."Alex paham d
Pramita, benar. Itu adalah nama yang pernah dikatakan oleh Karel kepadanya. Lara hampir lupa.Lara hanya tahu namanya saja tanpa tahu sepeti apa wujudnya. Kini saat mereka berhadapan seperti ini, Lara bisa melihatnya yang sangat cantik.Tidak akan ada yang mempermasalahkan jika Karel menikah dengannya karena dia hampir tanpa cela.Wajahnya kecil, dengan rambut hitam bergelombang yang seimbang dengan paras ayunya. Dilatar belakangi dari keluarga yang terhormat, konglomerat yang keberadaannya tidak bisa dipandang sebelah mata, jelas dia tidak terima jika Karel menolaknya.Sehingga di sinilah dia sekarang. Di hadapan Lara. Tidak perlu Lara tanya dari mana dia tahu Lara di sini. Dengan kekayaan dan uang yang dia punya, dia bahkan bisa mengetahui di mana kerajaan semut didirikan.Dan kalimat, 'Jadi Karel menolakku karena lebih memilih perempuan sepertimu' telah menunjukkan seberapa besar Pramita benci pada Lara."Maaf, jangan salah paham! Karel tidak memilihku dan tidak ada hubungan apap