Mendengar hal itu, bersemu merah pipi Angela, menahan malu karena ketahuan berbohong. Angela memilih diam. Ia lirik sekilas Leo mengulum senyum jahil. Bagaimana tidak Martin sekarang mengatakan kalau dirinya saat umur belasan tahun, pernah kabur dari rumah karena mengetahui Niel akan bertunangan. 'Ya Tuhan Daddy!' Ingin sekali Angela berteriak dan mengatakan pada daddynya untuk berhenti berbicara. Ia malu sangat malu, hendak bersembunyi sekarang atau bila perlu memindahkan wajahnya ke pantat saat ini juga. Karena daddynya kembali membuka kartu tentang kegilaan dia pada Niel. "Ya benar, aku pun heran anak kita belum move on, ckck!" Diana pun ikut mengompori.Angela merengut, memilih menundukkan kepala sambil mengerutu kecil, hari ini mommynya tampak berbeda, seakan-akan memiliki dendam pribadi padanya dan itu semua karena Leo, si dosen mesum. 'Awas saja kau, dosen mesum!' batin Angela sedang berencana menyerang Leo nanti.Sementara Leo tersenyum sumringah. Sebab tak ada rintangan un
Lagi dan lagi keheningan tercipta di antara mereka. Angela tak langsung menyahut, bergeming dengan tatapan tajam sedari tadi. Kali ini matanya sedikit menyipit, tampak berpikir keras. Sementara Leo menyungging senyum lebar. Karena yakin bila Angela pasti akan menerima tawarannya. Dengan sabar ia pun menunggu jawaban. Semenit pun berlalu, hanya terdengar rintik hujan di luar sana yang mulai perlahan-lahan berhenti. "Dear, bagaimana? Tawaranku akan membuat kau senang dan tidak merugikanmu sama sekali." Leo tidak tahan lagi manakala Angela cukup lama menanggapi. "Tidak," kata Angela, dengan tegas. Membuat Leo terperangah. Sebab wanita pujaannya ini, benar-benar keras kepala dan sulit sekali dirayu. "Astaga Dear, kau telah melukai hatiku lagi, padahal tawaran ini menguntungkanmu." Leo maju beberapa langkah hendak meraih tangan Angela. Namun, gerakannya lambat, Angela terlebih dahulu memundurkan langkah kaki. "Cih, menguntungkanmu bukan aku! Aku bisa mencari pelakunya seorang diri! B
Angela membuang muka ke samping. "Pergilah, Leo Johnstone, hujan sudah reda." Suara memelas Angela membuat Leo langsung menundukkan pandangan dan ia pun terlihat lemas. "Baiklah, kalau begitu aku pulang."Bergegas Leo turun ke bawah dan tak lupa meminta izin pada orang tua Angela. Dari atas kamar, Angela mengintip dari jendela, melihat mobil Leo meninggalkan pelataran rumahnya sekarang. 'Maaf Leo Johnstone, aku hanya ingin menjaga hatiku ini," gumam Angela pelan dengan wajah muram. ***Keesokan paginya, Angela berencana akan mendekati Whitney. Salah satu pelaku yang diduga Leo. Kebetulan hari ini mata kuliah Leo tidak ada. Angela merasa senang meski sebenarnya sedari malam menangis. Entah karena apa, mungkin karena menonton drakor, pikir Angela sesaat. "Hai Whitney, kau sudah makan?" tanya Angela kala di jam istirahat.Masih duduk di kursi, Whitney mengerutkan dahi. Karena tidak ada angin, tidak ada hujan, Angela tiba-tiba mengajaknya berbicara. "Belum, ada apa?" Whitney balik
"Pak!""Eh, iya, iya?" Karena terlalu laju, pendengaran Leo pun sedikit terganggu. Saat ini ia sedang fokus memandang ke depan, melihat sedan hitam mulai masuk ke jalan asing. Tak mau kehilangan jejak, Leo semakin mempercepat laju kendaraan. "Siapa Pak?" Sekali lagi Angela bertanya sambil menahan sakit di tangannya. Hantaman di lengan kanan atas baru terasa sekarang."Miss Hanna!"Manik hitam Angela membola, sangat terkejut bila Miss Hanna, pelaku utama, ingin bertanya, namun, ia urungkan sebab keadaan tak mendukung saat ini. Pasalnya ada mobil polisi di belakang sana mengikuti mereka. Mungkin karena batas kecepatan motor yang dikendarai tak wajar dan tidak sesuai ketentuan. Sedari tadi bunyi sirene menggema di sekitar bersamaan pula seorang polisi meminta Leo untuk menepi. Tetapi, Leo enggan menuruti. Sampai di pertigaan jalan, Leo berhasil lolos dari polisi. Kendati demikian, Angela dapat melihat di ujung sana, polisi mencari jalan lain.Angela kembali menatap ke depan, netranya m
|Markas khusus|"Kau sudah menemukan identitasnya?" Duduk di kursi dengan kepala bersender ke bantalan, Martin sesekali menyesap lentingan nikotin sambil memandang ke depan, melihat Yuri baru saja masuk ke ruangan.Sebelum menjawab, Yuri menarik napas dalam kemudian menjatuhkan diri ke atas sofa."Sudah Mister, pantas saja identitasnya susah dilacak karena ada mendiang orang tua Leo Johnstone yang melindunginya selama ini." Martin semakin mengerutkan dahi. Menunggu dengan sabar Yuri sedang membuka laptop. Semenjak kedatangan Leo ke rumahnya kemarin. Dia sedikit terusik, ingin mengusir namun dilarang Diana. Terlebih, Diana mengatakan pria tersebut menaruh rasa pada sang putri. "Dari hasil investigasiku, status Leo Johnstone sekarang adalah dosen termuda dan tercerdas di Universitas Standford, orang tuanya meninggal akibat covid beberapa tahun lalu. Keduanya sama-sama berkerja di bidang hukum, mamanya detektif, papanya komisaris polisi, tidak heran aku susah menembus database," kata Yu
Angela reflek memundurkan langkah kaki sambil matanya celingak-celinguk ke segala arah, tengah mencari celah untuk kabur. Akan tetapi, rumah yang kelihatan mungil di luar namun di dalam cukup lebar dan panjang ini, tertutup sama sekali. "Jangan Pak!" seru Angela. Leo semakin menyeringai tajam, melangkah cepat lalu menarik tangan Angela hingga mata Angela melebar kembali. "Jangan apa?""Jangan sentuh aku! Kita belum menikah, Pak!" Angela reflek menyilangkan tangan di dada dan menutup mata kala Leo menarik jaket kulitnya di bagian pundak. Panas, bayangan suara desahan video porno yang tidak sengaja dia tonton, saat mencari bukti di laptop langsung menari-nari di benaknya sekarang. "Memangnya siapa yang mau menyentuhmu?" Leo mulai tersenyum jahil. Angela bergegas membuka mata lalu berkedip-kedip, heran. "Bapak, bukankah ...." Angela memalingkan muka, melihat Leo tiba-tiba memegang tangannya, seakan-akan ingin meregangkan otot-ototnya yang dihantam mobil tadi. "Aku hanya ingin mengob
"Pak, please stop!"Angela menggeliatkan tubuh saat Leo membenamkan wajah ke bongkahan dadanya sekarang. Barusan, Leo mengangkat pakaiannya sebatas dada. Sangat geli, ada sensasi yang tak bisa yang dia jelaskan dengan kata-kata sekarang. Sejak tadi mata Angela membuka dan menutup kembali, dagunya terangkat sedikit ke atas.Leo tak menurut. Dengan lincah jari telunjuknya menarik kaitan bra di belakang. Angela langsung memekik dan reflek membuka mata. "Pak!"Leo seakan tuli. Melihat puncak gunung Angela berwarna pink dan terlihat segar seperti buah yang baru saja dipetik. Buru-buru ia menyambar gunung kembar tersebut lalu memainkan lidahnya di puncak, sambil mengarahkan matanya ke atas."Pak, oh my, ini sangat geli, hentikan! Kita belum menikah!" Napas Angela mulai terengah-engah sambil mencengkram kuat rambut Leo. Leo tiba-tiba menghentikan serangan lalu mengeluarkan tawa pelan. Sontak dahi Angela berkerut samar, tampak lemas, anggota tubuhnya mendadak mati total kini. "Maafkan aku,
Suasana terasa tegang. Di ruang tamu kediaman Martin, kumpulan manusia sama sekali tak bersuara. Angela tengah duduk di dekat Leo sambil menundukkan kepala. Sedangkan Diana menyengol lengan Martin dari tadi, berharap sang suami mau menerima Leo. Sementara si kembar triplet dan Yuri yang kebetulan ada di rumah, duduk lesehan di depan televisi sembari berpura-pura menonton. Namun, telinga mereka sejak tadi mencoba mendengarkan apa yang akan disampaikan Martin. "Sayang!" Kesabaran Diana mulai habis. Sekali lagi senggolan pelan mengenai lengan kanan Martin. Secara perlahan Martin memutar kepala ke samping. "Iya, cium dulu."Diana melototkan mata meski tak lagi muda, jiwa Martin masih seperti dulu. Si kembar triplet serempak mendelikkan mata saat mendengar perkataan daddynya barusan. "Sayang, ini bukan waktunya untuk bermanja-manja, berikan jawaban sekarang," balas Diana tegas sembari melirik Leo sekilas, yang sejak tadi melempar senyum kaku. Martin berdecak lalu mengalihkan pandangan