Si Rusli emang brengsek! Kasih info nggak jelas! Dia cuma bilang si model akan mengambil latar belakang hutan. Nggak bilang kalau lokasi foto model di villa Belanda DI TENGAH HUTAN! Sial! Ternyata untuk menuju Villa Wilhelmina begitu jauh dan medannya sulit! Hanya bisa disusuri dengan jalan kaki! Ini sih tempat tinggal Tarzan! Hutan belantara dengan ribuan tumbuhan jati dan cemara mencakari langit. Mana banyak nyamuk lagi! Tidak ada plang atau semacam penunjuk arah khusus menuju tempat yang sudah menjadi bagian cagar budaya bersejarah dilindungi pemerintah itu. Kalau tidak susah sinyal pasti tempatnya langsung ketemu dengan Google Maps! Hanya ada petunjuk arah dari orang-orang sekitar yang kebetulan berlalu lalang.
"Misi pak...maaf mau tanya." Adam mencegat seorang berjalan kepayahan dengan ikatan bongkahan kayu dipundaknya.
"Iya, Den."
"Bapak tahu tempat Villa Belanda...katanya saya harus..."
"Iya, Den." Tukang kayu itu langsung menyahut. "Maksud Aden ma
"Dengan cara ini...apa kau yakin akan berhasil?" Rudi menyalakan rokok Marlboro yang ke enam."Why, Rud? Margareta menatap tajam suaminya. "Kita sudah bahas ini panjang lebar. Kau masih saja ragu dengan cara dr. Bram? Mengulang-ulang the same questions!" Protes Margareta. "Im so tired with all of this! Kalau bukan engkau. Suamiku yang menguatkanku. Siapa lagi?!"Mendengar keramaian mereka berdua di balik dinding ruang tamu Adam terpancing untuk bersiaga memasang telinganya baik-baik. Satu pelajaran buruk dari tempatnya bekerja kini dipraktekan di rumah klien. Menguping!"Dengarkan aku, Rud. Dokter Shinta and dokter Heri mereka menyerah! Mengundurkan diri...di tengah jalan pengobatan Sofie! Dari tiga dokter yang tersisa hanya satu orang. Dokter Bram! Dia paling setia dan...sayang anak kita. Mengapa kau ragu?! Why?! tell me!" Margareta sangat kecewa dengan sikap Rudi yang meragukan metode pengobatan dr. Bram . Mata Margareta mulai memerah dan berlinang."Ak
Dimaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaasss!!!Sofie terbangun dari mimpi buruknya di atas ranjang dengan mata perih merah nanar. Matanya memburu menyapu seisi kamar mendapati dirinya sedang berada di tempat asing! Dalam udara dingin lembab bau asam pekat alkohol karbol bercampur entah obat apa menyatu dengan anyir tubuhnya. Tangan gemetarnya meremas erat selimut yang melindunginya dari hawa dingin. Kepalanya menoleh perlahan ke sana ke mari coba mengingat sebisanya namun sayang tidak ada satupun barang yang pernah dilihatnya. Ia dapati dirinya dalam kondisi kaki terikat begitu kuat di ranjang. Tampak bekas luka dan darah membeku melingkari kaki dan tangannya. Kenapa aku ada di sini?!Apa yang terjadi?! Kenapa aku terpasung seperti orang gila! Diperlakukan seperti binatang! Memang apa yang sudah aku perbuat?Dengan pandangan setengah kabur Sofie melihat siluet seorang laki-laki paruh baya menyiapkan beberapa jarum suntik yang akan diisi cairan dari dalam botol-botol
Adam bersiap mengambil gambar di belakang pintu kamar Sofie. Dua orang berseragam perawat hijau muda lengkap dengan masker rapat menutup hidung sedang memasang posisi siaga bersiap juga masuk ke kamar. Aku tidak sendiri! Beberapa kali terdengar jeritan seorang gadis melengking dari dalam kamar. Jeritan Sofie begitu memekakkan telinga. Tangan Adam berkeringat dan gemetar hebat sambil memegang kamera yang kini menunjukkan angka power baterai 35%. Berjaga dari luar kamar mereka bertiga yang sedari tadi menunggu komando masuk ke kamar itu hanya bisa mematung saling tatap. Ada kejadian apa sebenarnya di dalam?!Adam mengamati dua orang yang postur tinggi dan perawakannya lebih mirip algojo dari pada perawat. Tangan kekar keduanya sedang memegang sesuatu yang panjang...mirip tali dari bahan elastis. Di samping pintu terdapat tas terbuka berisi botol-botol kecil dan jarum suntik. Buat apa?! Sebuah tandu berkarat yang kurang terawat juga berada persis di samping perawat entah apa mak
Sofie dalam kondisi tersadar. Matanya yang memerah sedikit memudar. Racun narkotik yang disuntikan ke tubuhnya membuatnya lemah hingga tidak menyadari ada seseorang perempuan di sampingnya. Tegar menahan tangis Margareta duduk manis tersenyum sebisanya. Sekuatnya. Rudi berdiri di samping Margareta dengan tangan terlipat ingin menunjukkan sebagai laki-laki sekaligus kepala keluarga bahwa semua akan baik-baik saja. Suasana kamar begitu hening dan hanya terdengar suara serangga hutan dan bunyi printer portabel Adam mencetak ratusan foto Sofie."Sofie..." Margareta menyapa putrinya seraya memegang jemari tangannya. Genggaman itu meski lembut membuat Sofie meringis kesakitan tangannya yang penuh luka suntikan. Putrinya itu hanya memberinya tatapan kosong."Sofie...ini ayah bunda nak..." Bergantian Rudi menyapa. Margareta mulai menitikkan air mata tidak kuat melihat kondisi putrinya lemah tak berdaya. Margareta yakin penuh dengan yang diperbuat dokter Bram. Science never wro
Adam memaku begitu perlahan khawatir membangunkan gadis berbahaya yang sedari tadi buka tutup mata sayunya. Beberapa kali Adam melirik ke belakang dan memastikan semua masih terkondisikan. Sial! Beberapa kali paku kecilnya terjatuh dan jarinya terkantuk palu. Beberapa kali juga ia harus mengambil paku meluruskan kemudian memaku lagi. Aku fotografer! Bukan tukang bangunan! Dan sejak kapan seorang fotografer profesional menyediakan jasa pasang foto di dinding?! Tugasnya adalah ambil gambar terus cetak! Mau dipasang di mana? Dengan apa? Dan oleh siapa bukan urusanku! Meski baru sebulan Adam tahu betul mau perusahaan bahwa kepuasan klien dan respon positif adalah hal yang utama. Ya dengan mengerjakan ini semua aku akan dapat poin nilai plus dari pak Anwar. Semoga.Pandangan mata Sofie menembus jendela. Matahari siang begitu terik. Jutaan serbuk bunga sari beterbangan dalam gerakan slow motion. Burung merpati ramai riuh menari-nari di atas bukit. Ingin sekali dia berlari meraihnya
Di ruangan rapat Rumah Sakit Waras Medika unit Saraf dan Kesehatan Jiwa. Dokter Shinta menyampaikan pendapatnya dengan penuh kepercayaan diri."Yang saya hormati...profesor Bram dan dokter Heri. Berdasarkan beberapa hasil tes berupa tes kognitif dan tes diagnostik menggunakan CT dan MRI serta observasi medis berupa treatment dan juga riwayat medis dapat dipastikan bahwa yang diderita oleh pasien bernama Sofie Aretha Putri umur 20 tahun adalah Amnesia Anterograde. Sofie hingga hari ini terbilang tanggal 20 Januari 2019 atau dua puluh satu hari sejak kecelakaan masih mengalami gagap disleksia dan sulit membentuk ingatan baru. Pasien hanya mengingat kejadian sebelum kecelakaan terjadi dengan kondisi menyebut hingga meneriakkan nama tunangannya bernama Dimas secara histeris saat terbangun dari tidur. Secara medis amnesia jenis ini bisa bersifat permanen namun...saya bilang namun...bukan berarti tidak bisa disembuhkan..." Dokter Bram hanya geleng-geleng mendengar pemaparan d
"Fotografer itu sudah selesai?" Margareta memastikan."Sudah...""What the...why you let that fuck'n guy still up there, Rud?!" Margareta naik pitam. Tidak habis pikir bagaimana ayahnya malah membiarkan Sofie berdua dengan orang asing dalam keadaan seperti sekarang ini?!"Sofie yang memaksa, Reta...""Oh shit..." Margareta terkejut tak percaya."Apa yang bisa kita perbuat? Tell me?""Aku akan hubungi dokter Bram! Kau sudah gila, Rud!!" Margareta panik dan memutar nomor telepon kuno villa itu.Di rumah sakit Waras Medika dokter Bram menyalakan rokok terakhirnya. Dengan kaki naik di atas meja dia tuangkan minuman keras sejenis bir di atas gelas kaca favoritnya menggunakan tangan tremornya. HP nya berdering begitu nyaring namun ia hanya tertawa tak beraturan seperti orang gila. Para staf perawat dan penjaga rumah sakit tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Seorang profesor haus darah! Seorang dokter Psikopat!! Sudah berapa banyak korban be
Adam memandang gadis yang sedari tadi mengamati seraya membolak-balik buku bertuliskan Jurnal. Air mata Sofie menetes di lembut pipinya seolah memanggil ricik gerimis di luar sana. Sungguh menyedihkan. Ia tidak ingat apapun semua benda yang ada di sini. Ia berada di tempat asing dengan kondisi yang asing. Penuh luka. Luka jiwa dan raga. Dia buka tali pengikat buku tebal itu dengan lembut. Debu bau bunga dan lem kertas yang mengering menguar dari buku itu. Saat dibuka per halaman bunga-bunga yang membusuk berjatuhan. Pembusukan membuat tangkai bunga tidak lagi menempel di halaman buku. Membusuk? Berarti belum lama bunga ini dipetik dan tertempel di buku ini. Sofie keheranan. Diamatinya dalam-dalam bunga-bunga itu. Ia pegang beberapa bunga dan daun kering kemudian didekatkan di depan kelopak matanya. Matanya meniti mempelajari detail lekuk kelopak dan tangkai berusaha keras ingin tahu jenis apa ini dan seperti apa rupanya sebelum membusuk."Bbbbuunnnggaaa..." Kata Sofie. Dia me