PoV Della AmandaMalam ini aku akan bertemu dengan Mama, aku mengoleskan lipstik berwarna merah dan makeup yang flawless, dan segera bersiap untuk menemui Mama. Hans sudah menunggu dan menyiapkan mobil. Dengan outfit serba hitam dan membawa tas berwarna hitam, aku melangkah dengan percaya diri.Mobil Marsha baru saja memasuki halamanku, sahabatku itu turun dan berlari kearahku. "Dell, tunggu," cegah Marsha. "Ada apa Sha, kenapa kamu tergesa-gesa?" tanyaku keheranan.Marsha membisikkan sesuatu padaku, Hans menoleh pada kami berdua. Mungkin dia heran melihat Marsha seperti membisikkan sesuatu yang penting. Aku memberi isyarat pada Hans untuk segera berangkat, sedangkan Marsha pergi menggunakan mobilnya. ***Seorang wanita yang masih terlihat cantik di usia 47 tahun itu melambai kearahku, ia adalah Sharon, Mamaku. Mama datang terlebih dahulu dan tampak sudah menunggu diriku. Aku menghampiri meja tempat kami bertemu, Mama tampak antusias saat melihatku. Dia berdiri dan langsung mera
Pov Della Amanda"Della, sudah ikuti aturan Tantemu. Dia tahu yang terbaik untuk dirimu," ujar Mama ikut campur. Aku kesal pada mereka, seolah tak mengizinkan ku untuk mendapatkan hakku sendiri. Tante Siska wanita licik, lihat saja aku dan Marsha bisa mengalahkan nya."Mama jangan ikut campur, karena ini adalah hak Della. Kenapa Mama membela Tante Siska!" ujarku setenang mungkin, aku harus jaga emosi untuk menghadapi seorang yang licik seperti Tante Siska. "Kamu jangan salah paham, Mama hanya mengingatkanmu. Hormati orang yang lebih tua, Siska lebih berpengalaman dari pada kamu," "Della mengerti apa yang harus di lakukan Ma, mendiang Papa telah mengajarkan Della bagaimana caranya menghadapi dunia kerja dan bisnis, jadi kalian tidak perlu khawatir karena aku bukan anak kecil, ingat aku on sudah dewasa,""Kamu keras kepala Dell, susah di bilangin! Ini juga demi kebaikan kamu," tukas Tante Siska. Aku pikir, dia tak memikirkan kebaikanku melainkan mengambil keuntungan saja. "Besok Ma
PoV DellaMobilku melaju kedalam resepsi pernikahan suamiku, dengan bekas ART kami dulu yang bernama Sumi. Semua orang menghindar saat mobil yang kukendalikan memasuki tempat resepsi yang di selenggarakan di halaman rumah wanita itu, yang telah di hiasi dekor dan pelaminan. Saat sudah berada tepat di depan pelaminan, dan Brakkkk.....!!!!!! Ku-tabrak pelaminan itu, disana ada Bang Virza dan Sumi sedang menikmati menjadi raja dan ratu sehari. Sumi tampil dengan gaun berwarna putih dan kuku palsu yang cantik menghiasi jarinya. Aku keluar dari dalam mobil, Bang Virza sangat syok dengan kedatanganku dengan cara yang brutal. "Jadi Dinas kerjamu itu, menikah lagi dengan pembantu ini, kurang ajar kamu Bang..!" teriakku dan mengundang semua perhatian semua orang, dan tak lepas memandang kami. Bang Virza Pamit untuk Dinas kerja di luar kota, tapi aku telah mengendus rencana nya ini. Dani sahabat Bang Virza yang memberitahuku, jika suamiku akan menikah lagi dengan Sumi. "Della apa yang kamu
PoV Della"Della, tunggu dulu!" Bang Virza berteriak dan berlari kearahku.Tapi terlambat aku menyunggingkan senyum kemenangan dan kemudian dengan cepat masuk kedalam mobil. Dani yang menyetir, hanya untuk mengeluarkan mobilku dari tempat resepsi itu. Karena dia membawa mobil sendiri, aku juga tidak tahu jika Dani menyusulku untuk mendatangi resepsi diam-diam yang di lakukan oleh Bang Virza. Mereka itu sahabat, Dani sudah mengetahui 3 hari yang lalu saat mereka menikah siri dan hari ini akan mengadakan resepsi di kampung Sumi. **"Maafkan aku terlambat memberitahu mu Dell," ujar Dani pagi tadi. Sama saja, semua sudah terjadi. Saat pagi tadi juga aku langsung bergegas menyusul Bang Virza, hanya menggunakan piyama aku mengambil kunci mobil dan menuju kampung Sumi, karena aku pernah mengantar nya saat itu pulang kampung, hanya sekitar 2 jam untuk kesana. Saat tiba disana, tanpa pikir panjang karena kalap melihat 2 orang penghianat itu, aku melampiaskan nya dengan melajukan mobil hin
PoV DellaAku menikmati sarapan pagi ini hening, sendiri. Biasanya selalu di temani oleh Bang Virza, kami selalu sarapan bersama di saat ia akan berangkat ke kantor. Sudahlah, semua sudah sirna.Aku menuangkan susu ke dalam gelas dan siap meneguknya, namun ponselku berdering. "Dani menelfonku, ada apa?" "Della, kamu bisa ke kantor sekarang?" ujar Dani, dia memang karyawan di kantor Papa yang kini kepemilikan nya sudah menjadi milikku, karena Papa sudah meninggal satu tahun yang lalu."Apa yang terjadi?" pasti ada hal yang terjadi di kantor hingga Dani memintaku untuk datang. "Virza datang ke kantor, cuma kamu yang berhak memecatnya Dell," "Aku akan segera kesana!" Virza iya Virza, tak sudi aku memanggilnya Bang lagi. Dia memang tidak punya malu, masih berani datang ke kantor. Sebenarnya hari ini aku mempunyai rencana untuk bertemu dengan Marsha, pengacara ku. Untuk mengurus perceraian ku dengan Virza. **Semenjak menikah denganku, Virza langsung menjabat sebagai Direktur. Papa sen
PoV Della"Kurang ajar lo Dan, ikut campur terus urusan gue. Bukan nya lo udah gue pecat tadi malah ngadu sama Della!" Virza menyalahkan Dani. "Aku yang meminta nya untuk melaporkan semua yang terjadi!" Dani acuh dan memanggil keamanan."Cepat usir mereka berdua dari sini!" perintahku pada keamanan.Sumi panik tapi dia tak berdaya melawanku. "Della, kamu jangan terlalu mempercayai Dani!" teriak Virza saat di paksa untuk pergi.Virza berusaha berontak, Sumi hanya bisa mengikutinya. Tampak raut wajah wanita itu menunjukkan kekesalan.Setelah mengusir mereka aku berniat bertemu pengacaraku, untuk segera mengurus perceraian ku dengan Virza. "Della, kamu mau kemana?" tanya Dani yang saat melihatku akan pergi. "Aku ingin bertemu pengacaraku, untuk mengurus perceraian," "Kamu gak pecat aku kan Dell?" ujar Dani memastikan, karena tadi dia sudah di pecat oleh Virza."Enggaklah Dan, aku yang punya kuasa di sini," sahutku dan berlalu pergi."Terima Kasih Della," begitulah ucapan Dani yang
PoV DellaAku menyerahkan berkas semua yang di butuhkan oleh Marsha, untuk mengurus perceraianku. Aku juga menceritakan semua hal yang ku temui kemarin padanya."Kenapa aku bisa sebodoh ini," ucapku di hadapan Marsha."Berhenti merutuki dirimu seperti itu Della, mereka itu pandai bersandiwara dan mencari waktu yang tepat. Udah lupain semua kejadian kemarin, sekarang fokus dengan sidang perceraian yang akan kamu hadapi dan menata hidup kedepannya lebih baik," tukas Marsha.Dia benar, untuk apa aku merutuki diri seperti ini. Toh mereka memang licik pasti ada saja cara mereka untuk mencari celah. **Setelah menemui Marsha aku pulang kerumah, rasanya aku lelah dalam segala hal. Namun disaat ingin masuk, Virza berdiri di depan gerbang. Sepertinya dia sengaja menunggu kepulanganku. "Della...!" Virza menggedor kaca mobilku. Aku menurunkan kaca mobil. "Ada apa lagi kamu datang kesini!" "Izinkan aku masuk untuk mengambil barangku, karena masih ada barang yang tertinggal belum aku bawa," uj
PoV Della"Della apa kabar?," sapa Pak Antony saat aku dan Marsha sedang di restoran, dia rekan bisnis mendiang Papa. "Baik, Om sendiri bagaimana kabarnya?" tanyaku. Aku dan Marsha, mempersilahkan Om Antony duduk bergabung bersama kami."Kabar Om juga baik, kamu sekarang pindah rumah ya. Sudah tidak menempati rumah Papa mu lagi?" "Tidak Om, Della masih dirumah yang dulu dan tak akan pindah kemana pun. Ada apa Om bertanya seperti itu?" tanyaku penasaran."Sekarang Virza bekerja di perusahaan Om, dan dia meminjam uang untuk menDepe rumah di kawasan elit. Dia bilang itu permintaanmu agar tak bergantung pada harta mendiang Papamu," "Benarkah Virza berkata seperti itu dan mengataskan namaku?" tanyaku memastikan."Menurut penuturannya seperti itu, dia sudah bekerja 4 hari ini di perusahaan Om. Dia bilang kamu ingin dia mandiri tanpa bergantung pada hartamu, karena Om teman baik mendiang Papamu. Tentu Om terima dia," jelas Om Antony. Aku menggeleng tak percaya, dia berani menggunakan