"Kau salah paham, aku tak sengaja jatuh dan menimpa tubuhnya," ucap Austin cepat sambil membenarkan posisinya. Sedangkan maid yang tadi tertimpa tubuh Austin berdiri mematung, menunduk tak berani menatap wajah Kenny yang sudah tak berekspresi. Austin berusaha menjelaskan agar Kenny tak salah paham dengan kejadian tadi. Tapi Kenny tak mau mendengarkan penjelasan Austin, ia berjalan dengan langkah lemas melewati Austin dan juga maid. "Aku tak perduli mau kau bermesraan ataupun tidak," balas Kenny acuh. Austin mengikuti langkah Kenny, ia ingin membantu Kenny berjalan karena cara jalan Kenny yang tak seimbang. Tapi Kenny menepis tangan Austin yang sudah menempel di lengannya. "Jangan sentuh! Aku bisa jalan sendiri," ucap Kenny. Austin mengikuti langkah Kenny dari belakang, ia menyiapkan diri jika Kenny terjatuh nanti. Dan benar saja, baru beberapa langkah, tubuh Kenny limbung, hampir terjatuh ke lantai jika tak ditahan Austin. "Aku bantu," ucap Austin tanpa menerima bantahan. Austin
"Lea, dia bilang Aurel sakit dan terus memanggil daddynya," balas Austin. "Lalu apa hubungannya denganmu?" tanya Kenny. "Aurel menganggapku sabagai daddynya, aku tak tega jika melihatnya menderita seperti itu. Apakah aku boleh ke rumah Lea?" balas Austin meminta izin. Kenny terdiam sejenak. "Ya, pergilah," jawabnya. "Aku pergi sebentar, kau istiahatlah yang cukup, atau mau aku antar ke kamar dulu?" tanya Austin. "Tak perlu, aku bisa sendiri," balas Kenny tanpa menatap wajah Austin. Austin mengangguk, lalu pergi ke kamar mengambil kunci mobil juga jaket yang biasa ia kenakan. Kenny melihat langkah Austin yang tergesa-gesa itu, ada perasaan aneh saat melihat kecemasan dalam diri suaminya. Austin berlari menuju garasi mobil, lalu mengendarainya. Saat sampai di depan pintu masuk rumah, Austin melihat Kenny sudah berdiri melambaikan tangan padanya. Tentu saja Austin berhenti tepat di samping tubuh Kenny. lalu membuka kaca jendela mobilnya. "Ada apa?" tanya Austin. Kenny tak menjawa
"Sayang... lebih baik kau tidur saja agar kesehatanmu lekas pulih," timpal Lea. Lea memberikan kode pada Austin untuk tak melanjutkan percakapannya. Rupanya perkataan Austin dan Lea bersamaan hingga Aurel tak mendengar apa yang dikatakan oleh Austin. Kenny mengerutkan kening melihat sikap sahabatnya. 'Mengapa ia menghentikan ucapan Austin?' batin Kenny. "Aku mau tidur dengan Daddy, jika aku tidur pasti Daddy akan meninggalkanku lagi," balas Aurel. "Baiklah, aku akan akan menemanimu tidur," timpal Austin sambil menggendong Aurel dan merebahkannya di kasur. Lea mengajak Kenny keluar, membiarkan Austin menemani Aurel sampai tertidur. Lea juga ingin menjelaskan maksud perkataannya tadi pada Kenny, agar tak terjadi kesalahpahaman yang membuat persahabatan mereka retak. "Maaf jika aku memotong ucapan Austin, aku hanya tak ingin kondisi Aurel memburuk lagi. Kau tahu sendiri bagaimana kondisi Aurel setelah dadddynya meninggal. Selama tiga bulan, baru kali ini aku melihat Aurel ceria sepe
"Tentu saja aku ingat, maaf aku pulang larut malam seperti ini, aku tak tega meninggalkan Aurel dalam keadaan seperti itu," balas Austin. "Aku tak perduli mau kau bersamanya terus atau tidak. Aku hanya minta satu hal, jangan sampai Aurel memanggilmu dengan sebutan itu di depan umum. Aku tak ingin ada pemberitaan yang dapat menyulitkanku juga keluargaku. Harusnya kau paham itu," ucap Kenny tanpa menatap Austin, ia masih sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya. "Baiklah, maafkan aku. Aku akan lebih berhati-hati," balas Austin. Setelah menyelesaikan perkataannya, Austin masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Dibawah guyuran shower Austin memikirkan sikap Kenny yang terkesan dingin kepadanya. "Sekilas terlihat seperti cemburu, tapi aku juga melihat sikap acuhnya. Apakah akan ada cinta di dalam pernikahan ini?" gumam Austin. Austin menyelesaikan ritual mandinya, lalu keluar. Ia merebahkan diri di lantai beralaskan selimut yang sudah disiapkan Kenny un
"Tentu saja tidak, aku ingin menitipkan Aurel bersamamu. Kami tak mungkin membawa Aurel ke Madripoor," balas Lea. Kenny membolakan mata saat mendengar perkataan sahabatnya, ia pikir Lea akan menitipkan putrinya pada salah satu kerabat atau pengasuh yang ada di rumahnya. Sontak Kenny mengalihkan pandangannya, menatap Austin, menunggu jawaban apa yang akan keluar dari mulutnya. Tak berbeda jauh dengan Kenny, Austin pun terkejut dengan permintaan Lea. Austin merasa bingung, belum lagi tatapan Tuan dan Nyonya Thomson yang mengarah padanya. "Apakah kau bersedia menjaga Aurel? Aku akan sangat tenang jika Aurel berada bersamamu," tanya Lea. "Mengapa kau tak menitipkan Aurel pada kerabatmu yang lain?" balas Austin dengan pertanyaan. "Aku tak mempercayai mereka, aku takut mereka mencelakai Aurel saat aku tak ada," balas Lea dengan nada sedih. Austin masih terdiam, ia menatap Kenny meminta persetujuannya. Mau bagaimana pun persetujuan Kenny adalah yang utama. Rupanya Lea melihat arah pand
"Semakin hari cara bicaramu semakin tak berpendidikan! Menyesal aku mengizinkanmu tinggal di sini!" kesal Nyonya Thomson. "Kau pergilah, tak usah dengarkan ucapannya," sambung Nyonya Thomson. "Tunggu! Kau belum menjawab pertanyaanku, siapa anak ini? Apakah benar anak ini adalah anakmu sebelum menikahi Kenny?!" tanya Julie sambil membentak. Austin mengembuskan napas kasar, ia ingin menjawab pertanyaan Julie, tapi sudah dijawab lebih dulu oleh Nyonya Thomson. "Apakah kau bodoh? Apakah kau tak mengenali siapa anak kecil ini? Sangat jelas sekali kalau dia adalah Aurel anak Lea, kenapa kau masih bertanya?" balas Nyonya Thomson. Julie memfokuskan pandangannya, menatap lekat wajah mungil Aurel yang ada di gendongan Austin. "Pantas saja aku merasa pernah melihatnya, tapi mengapa dia bersamamu dan memanggil Daddy? Apakah kau selingkuhan Lea dan ini anak kalian?" tuduh Julie. "Tak ada gunanya meneruskan pembicaraan denganmu, kau pergilah, jangan dengarkan perkataannya," balas Nyonya Thomson
"Jangan pernah kau sentuh dia!" bentak Austin. Austin mencengkeram lengan Wilson yang sedang menahan lengan Kenny. Kekuatannya keluar membuat lengan Wilson terbakar dan mengeluarkan darah, hingga Wilson memberontak lalu melepaskan lengan Kenny. Pandangan mengerikan itu disaksikan oleh Kenny, wajah takut memandang pria bermasker yang ada di sebelahnya. Kenny memundurkan langkah sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. "S-siapa kau?!" tanya Wilson. Para pengawal yang ada di belakangnya maju hendak menolong Wilson, melihat pergerakan itu membuat Austin mengencangkan cenkeramannya hingga percikan api keluar di antara cengkeraman itu. "Jangan pernah berani melawanku atau kau akan binasa seperti keluargamu yang lain! Dan juga jangan pernah berani mendekati wanita itu lagi!" ancam Austin. Kenny merasa kasihan dengan Wilson yang sudah mengeluarkan begitu banyak darah dan keringat di dahinya. Hingga Kenny memberanikan diiri menyentuh lengan pria tak dikenal itu untuk menghentikan aks
"Aku mengajaknya ketaman yang indah, taman penuh bunga," timpal Austin menghentikan ucapan Aurel."Aku pikir ke mana," balas Lea.Kenny masuk ke dalam kamar tanpa mendengarkan celotehan mereka, hingga Austin merasa heran dengan keterdiaman Kenny. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya bahkan untuk menyapa pun tidak. Aurel dan Lea pulang ke rumah setelah lama mengobrol dengan Nyonya Thomson. Ada rasa enggan dalam diri Aurel saat meninggalkan Austin, terlihat kesedihan di wajah hingga Austin tak tega melihatnya dan langsung menggendongnya."Kenapa kau sedih seperti itu?" tanya Austin."Aku tak ingin berpisah denganmu, Dad," balas Aurel.Austin tersenyum, lalu mencium pipi gembUl gadis kecil yang ada di gendongannya. "Kita masih bisa bertemu kapan pun, kau bisa ke sini kapan pun kau inginkan," ucap Austin sambil menatap wajah Aurel."Sungguhkah, Dad? Aku boleh ke sini kapan pun aku mau?" tanya Aurel tak percaya."Tentu saja, Nenek buyut juga tak akan keberatan menerimamu di