"Kita harus ke rumah sakit sekarang, kau harus bertahan," ucap Austin dengan segala kepanikannya."Aku tidak kuat, rasanya ada yang membakar isi perutku!" teriak Kenny masih dengan kesakitannya.Tak menunggu waktu lama, Austin langsung mengangkat tubuh sang istri dan berlari ke luar kamar. Saat berada di dalam perjalanan menuju mobilnya, ia berpapasan dengan Tuan Jacob yang sedang bersantai di ruang keluarga."Apa yang terjadi?" tanya Tuan Jacob tak kalah panik dengan sang cucu."Entahlah, Kek, Perut Kenny seperti sedang terbakar. Aku harus cepat membawanya ke rumah sakit," balas Austin tanpa menghentikan langkahnya."Tunggu!" ucap Tuan Jacob menghentikan langkah Austin."Ada apa, Kek?" tanya Austin sedikit kesal Ia berpikir sang Kakek tak memahami kesulitannya saat ini."Kau bawa Kenny ke kolam renang, rendam tubuhnya di sana," perintah Tuan Jacob."Jangan bercanda, Kek! Mana mungkin aku mengabaikan rasa sakitnya dan membiarkannya berendam begitu saja di kolam renang," balas Austin k
"Dad-" ucapan Aurel terpotong karena dekapan dari tangan Lea di mulutnya. "Tuan," ucap Aurel meralat panggilannya pada Austin.Keceriaan yang tadi ia tampakkan kini berubah menjadi kesedihan, hal itu sangat ketara di wajah mungilnya. Lea tersenyum manis ke arah Austin, mengabaikan Kenny yang berada di sampingnya."Ayo kita pergi, aku sangat mengkhawatirkan keadaan Cloe," ucap Kenny sambil menarik tangan suaminya.Rasa iba pada Aurel karena kesedihan anak itu tergantikan karena sikap menyebalkan yang diampakkan oleh Lea. Austin mengikuti langkah sang istri, tapi langkah itu terhenti begitu saja karena pertanyaan yang keluar dari mulut Lea."Siapa Cloe?" "Peliharaan baruku," jawab Kenny ketus."Apakah aku boleh melihatnya juga? Aku sangat penasaran hewan seperti apa yang kau pelihara. Seingatku kau sangat tak menyukai hewan," ucap Lea lagi sambil bersedekap dada."Ikutlah, jika kau macam-macam aku akan menyuruh Cloe memangsamu," balas Kenny dengan nada kesal.Austin merasa serba salah
"Baiklah, aku yang salah. Lebih baik kita urus kepulangan mereka," ucap Austin mengalah pada istrinya.Kenny masih enggan beranjak dari posisinya, hingga akhirnya Austin meminta salah satu pengawalnya untuk mengurus segala keperluan para singa. Tak membutuhkan waktu lama, hingga akhirnya mereka pulang dengan iringan mobil yang membuat seisi kota Madripoor heboh.Bagaimana tidak? Mereka sangat terkagum-kagum dengan hewan buas yang ada di mobil khusus. Tubuh besar mereka terpampang nyata begitu saja di depan khalayak umum."Aku heran, mengapa tubuh Cloe bisa sebesar itu? Tidak seperti singa pada umumnya," tanya Kenny penasaran."Entah, aku juga tidak tahu. Mungkin dia adalah ras khusus," balas Austin."Rasanya aku ingin ke desa Tuan Aldrik lagi, di sana terasa asri dan nyaman," ucap Kenny sambil membayangkan kesejukan yang ia dapatkan dari desa tersebut. "Sebanarnya ada yang ingin aku sampaikan padamu, tapi aku ragu untuk mengatakannya," balas Austin bimbang.Sebenarnya ia tak ingin me
"Bukan seperti itu, kemarin itu hanya murni kecelakaan saja," balas Austin menutupi kebenarannya, ia tak mau Kenny mencemaskan hal lain selain kandungannya.Kenny memicingkan matanya, menatap tak percaya dengan perkataan Austin. "Benarkah?" tanya Kenny penuh selidik."Untuk apa aku berbohong?" balas Austin.Kenny mengembuskan napasnya. "Baiklah, aku percaya. Bisakah kau antarkan aku ke Ghotam?" tanya Kenny sambil tersenyum."Tidak bisa, hari ini aku sedang banyak pekerjaan. Bukankah kau juga ingin menemani Cloe?" balas Austin memperingati.Kenny mengangguk. "Kau benar, tapi aku juga mencemaskan para pekerja. Apakah mereka semua sudah ditangani dengan baik?" "Tentu saja sudah, aku tak mungkin mengabaikan kesulitan mereka," balas Austin."Yang dikatakan Austin benar, lebih baik kau tak usah memikirkan perusahaan. Fokuslah pada kehamilanmu saja," timpal Tuan Jacob.Tak ada yang terucap dari bibir manis Kenny lagi. Semuanya menyelesaikan sarapan dan pergi menuju aktivitas masing-masing.
"Biarkan aku yang memegang kendai penuh atas pebangunan hotel dan juga resort," pinta Tuan Palmer.Austin terdiam, ia memikirkan permintaan Tuan Palmer. Tatapannya penuh selidik melihat keseriusan di wajah Tuan Palmer. "Bagaimana?" tanya Tuan Palmer begitu tak mendapat balasan dari Austin."Baiklah, tapi aku akan tetap mengawasi pekerjaanmu. Jika kau melakukan kesalahan maka kau harus mundur," balas Austin."Tenang saja, aku tidak akan melakukan kesalahan sedikit pun."Rapat terus dilanjutkan dengan pembicaraan santai. Mereka memutuskan konsep resort yang akan dibangun di kota Ghotam. Ini adalah sebagian proyek kecil yang Austin tangani, hingga ia mempercayakan proyek ini pada Tuan Palmer. "Baiklah kalau seperti itu, serahkan semuanya padaku," ucap Tuan Palmer saat keputusan sudah diambil.Rapat berakhir dengan kesepakan yang dapat menguntungkan sesama. Austin keluar dari ruangan setelah berjabat tangan dengan Tuan Palmer. Ia melangkah dengan cepat menuju ruang kerjanya. "Sudah sel
"Berengsek! Kau telah menipuku, tanpa persetujuanmu pun aku mampu memutuskan kerjasama kita," maki Austin. Austin tak menyangka jika Tuan Palmer mampu mengelabuinya. Benar apa yang dikatan istrinya, Kenny. Lebih baik mereka sendiri yang mengelola proyek itu. Terlebih lagi Tuan Palmer membuat kerugian besar pada perusahaan Thomson. Material yang sudah dalam perjalan dibatalkan begitu saja oleh Tuan Palmer. Hal itu membuat kerugian besar bagi perusahaan pusat Thomson. "Maaf, kau tidak bisa memutuskan kerjasama ini. Kau sendiri yang sudah menyetujui perjanjian kita," balas Tuan Palmer. "Kau pikir aku bodoh?! Aku tak menyangka sudah bekerjasama dengan pria licik sepertimu. Kau setuju atau tidak aku yang memutuskan. Bawa pergi pekerjamu atau aku sendiri yang mengusir mereka!" ancam Austin dengan segala kemarahannya. Bukan hanya perusahaan Thomson yang mengalami kerugian, Tuan Jack dan para pekerjanya juga kehilangan pekerjaannya. Austin tidak menyukai itu, ia hanya mau para pekerjanya
"Rupanya Tuan Palmer terlalu percaya diri," gumam Austin masih menatap kekacauan di bawahnya. "Apakah kita akan turun, Tuan?" tanya salah satu pengawal yang ikut dengannya. "Tidak, kita tetap di sini," balas Austin. Austin mulai mengulurkan tangannya, lalu mengembuskan angin kencang dan menghempaskan para bawahan Tuan Palmer. Satu persatu dari mereka terhempas menjauhi pasukannya. Terlihat Peter menengadahkan wajah ke atas, melihat sang Tuan dengan kekuatannya. Peter tersenyum melihat bantuan yang datang. Ia datang tanpa persiapan. Hanya membawa sebagian pasukan bersamanya. Para bawahan Tuan Palmer menatap ngeri dengan apa yang terjadi. Helikopter yang Austin tumpangi turun perlahan setelah para musuh mengambil langkah mundur. "Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Austin begitu sudah mendarat. Tuan Jack datang dengan memegangi lengan yang sudah bersimbah darah. Langkahnya gontai menghampiri sang Tuan. "Mereka memaksa kami keluar dari proyek ini, dan menghentikan seluruh hubunga
"Tidak ada, memangnya aku dan Kakek sedang apa? Aku hanya sedang menyiapkan makanan Kakek, iya kan Kek?" balas Kenny. "Kau aneh sekali," ucap Austin, lalu duduk di meja makan bersama mereka. Kenny langsung menyiapkan makanan Austin, dan meletakkan di piringnya. Ia tersenyum melihat sang suami ada di hadapannya, tapi berbeda dengan Austin. Wajah Austin terlihat sedang memikirkan sesuatu, dan itu membuat Kenny mengerutkan keningnya. "Ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu? Apakah ada hal buruk yang terjadi?" tanya Kenny penasaran. "Hanya masalah perusahaan saja, apakah Kakek Arthur sudah memberi kabar kapan ia akan kembali?" tanya Austin. Kenny menggelengkan kepalanya. "Belum, bahkan kami tidak bisa menelponnya," balas Kenny. "Makan dulu, baru bahas yang lainnya," timpal Tuan Jacob. Austin menganggukkan kepalanya, lalu memakan makanan yang telah disiapkan oleh sang istri. Tak berbeda jauh dengan Austin, Kenny dan Tuan Jacob pun mulai memakan makanannya. Keduanya sesekali beradu pan