Share

Bab 5. Kenyataan

Jesica terkejut dengan perlakuan Martin yang tiba-tiba, karena biasanya ia tidak seperti itu dan tidak berani menyentuhnya sama sekali. Namun, wanita itu juga tidak berontak, merasakan nyaman dalam dekapan suaminya.

"Aku punya sesuatu buat kamu, tunggu sebentar," Martin melepaskan pelukannya, ia membuka laci dekat dengan tempat tidur.

Jesica bingung dengan maksud Martin, tapi ia hanya diam dan melihat apa yang sedang di cari Suaminya.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, pria itu mendekati Istrinya yang masih berdiri di depan lemari.

"Selama ini aku tidak pernah memberikan cincin pernikahan untuk kamu, maaf baru bisa memberikannya," ucap Martin, bertekuk lutut di hadapan Jesica sambil membuka kotak merah yang berisi cincin berlian.

Jesica menutup mulut tidak percaya, ia tidak menyangka kalau Martin bisa bersikap manis seperti itu. Walaupun wanita yang telah menemani Martin selama dua tahun tersebut bingung kenapa suaminya tiba-tiba bisa membeli cincin berlian.

"Martin, ini buat aku?" tanya Jesica dengan mata berkaca-kaca.

Martin menganggukan kepala. Ia mengambil cincin tersebut, meraih tangan Jesica kemudian memakaikannya di jari manis wanita itu.

Cincin tersebut sangat pas di jari manis Jesica, karena sebenarnya itu Cincin yang akan diberikan kepada Zeta. Namun, wanita tersebut meninggal terlebih dahulu, sebelum Martin memberikannya.

Alasan Martin tidak meninggalkan Jesica juga, karena wanita itu memiliki perawakan tubuh yang mirip dengannya, walaupun wajah mereka berbeda, tapi Martin sangat yakin kalau Jesica memiliki sifat yang sama dengan Zeta.

Mata Jesica masih berkaca-kaca, ia menatap cincin yang melingkar di jari manisnya penuh dengan kebahagian.

"Terima kasih Martin," Jesica untuk pertama kalinya memeluk suaminya itu.

"Sama-sama sayang," ucap Martin balas memeluk Istrinya.

Jesica mulai merasakan ada sedikit getaran di dalam hatinya, ia yang dulunya masih ragu dengan Martin. Sekarang ada perasaan yakin di dalam hatinya, kalau Martin yang sekarang bisa di andalkan.

***

Sementara itu di tempat keluarga Samuel berada, mereka semua sedang duduk bersimpuh melihat Samuel yang sedang di hajar habis-habisan sampai bermandikan darah oleh bawahan Ivan.

Mereka tidak berani sama sekali untuk menghentikan bawahan Ivan. Mereka hanya memandanginya dengan tidak berdaya.

Setelah Samuel sudah tidak sadarkan diri, baru mereka menghentikan pukulannya kepada pria yang telah berani menggoda istri tuannya.

"Dengar baik-baik, ini peringatan untuk kalian semua! Berani sekali lagi mengusik Tuan Luther, maka bukan hanya satu orang yang akan menerima hukuman, kalian semua juga akan kami habisi!" seru salah satu pengawal.

Keluarga Samuel mengangguk secara bersamaan dengan keringat dingin yang bercucuran deras di dahi mereka masing-masing.

Bawahan Martin kemudian pergi setelah memberikan peringatan.

Baru setelah mereka pergi, keluarga Samuel langsung menghampiri pria yang di gadang-gadang akan menjadi penerus keluarga tersebut.

"Cepat panggil ambulan!" teriak Ayah Samuel.

"Sam bertahanlah," Ibu Samuel menangis terisak melihat anaknya berlumuran darah di pangkuannya..

Mereka semua merasa sedih dengan apa yang terjadi kepada Samuel, tapi sayangnya keluarga Linston tidak bisa berbuat apa-apa, selain hanya pasrah.

Untung saja keluarga Linston masih diberikan ampunan. Mereka semua tahu bagaimana berkuasanya Keluarga Luther. Meskipun, tidak memiliki perusahaan yang besar, tapi kelompok Luther merupakan kelompok mafia ternama di Newland dan Souland.

Kelompok mafia lainnya tidak ada yang berani menyentuh dua negara tersebut, bahkan pejabat negara saja tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanyalah boneka dihadapan kelompok Mafia Luther.

Keluarga Linston bingung, kenapa Samuel bisa berurusan dengan kelompok mafia Luther. Padahal anaknya itu tidak mungkin tidak tahu dengan keberadaan mereka.

***

Malam harinya di kediaman Keluarga Vlar. Nampak hingar bingar di tempat tersebut, karena hari ini merupakan hari ulang tahun Pak Tua Vlar, pebisnis nomor satu di Souland.

Begitu banyak tamu undangan yang datang, mereka semua orang-orang dari kelas menengah ke atas.

Mobil mewah berjejer rapi diparkiran kediaman keluarga Vlar yang bagaikan Istana tersebut.

Semua orang yang datang ke sana mengenakan pakaian-pakaian mahal, agar tidak terlihat rendahan di mata orang lain. Hal tersebut merupakan sesuatu yang wajar untuk para kalangan atas.

Keluarga Bloody juga hadir, karena mereka salah satu keluarga kaya di negara tersebut. Walaupun hanya kalangan menengah.

Reinhard, Matias dan Sarah, mereka datang bersama dengan keluarga masing-masing.

"Sarah, mana anak dan menantu tidak bergunamu itu?" tanya Leila Istri Reinhard mengejek.

"Mana berani mereka datang kemari Kakak ipar. Mereka tahu kedatangannya hanya akan mengganggu pemandangan di sini," timpal Greysa istri Matias.

"Baguslah, setidaknya mereka bisa menjaga nama baik keluarga Bloody, lebih baik mereka tidak datang daripada menjadi bahan cemoohan di sini," ucap Reinhard sinis.

Sarah menggertakkan giginya, ia tentu saja sangat marah. Namun, wanita itu mencoba untuk tetap tenang, karena sekarang menantunya merupakan sosok yang berpengaruh di negara tersebut.

"Hina saja sepuas kalian menantuku, sebelum kalian nanti akan mati terkejut olehnya!" gumam Sarah dalam hati.

Melihat Sarah yang terdiam sambil tersenyum sinis, membuat Matias merasa heran. Padahal adiknya itu bisanya akan terpancing jika di olok-olok, tapi sekarang ia tetap tenang.

"Aku harap kamu tidak gila karena menantu tidak bergunamu itu, Sarah!" tergur Matias mengingatkan.

"Ayah, Ibu ayo kita masuk, aku sudah tidak sabar mencari jodohku di sini," Sesilia anak Reinhard tiba-tiba buka suara.

"Kamu benar, ayo masuk!" ajak Reinhard kepada keluarganya

Mereka semua pun masuk ke dalam kediaman keluarga Vlar, tanpa menunggu Martin dan Jesica.

***

Sementara itu di Mansion Dreams, tampak Martin sedang menunggu istrinya di bawah tangga sambil memainkan ponselnya.

"Martin, apa aku pantas memakai baju ini?" tegur Jesica yang baru turun dari tangga.

Martin seketika menoleh, pria itu langsung tertegun melihat penampilan Jesica dengan gaun berwarna biru yang senada dengan jas yang ia kenakan, di tambah riasan sederhana yang membuat kecantikan wanita tersebut makin terpancar jelas.

Martin tidak bisa berkata-kata, ia bagaikan melihat bidadari yang turun dari langit, sampai pria itu lupa kalau Jesica sedang bertanya padanya.

"Martin ih... apa penampilanku jelek?" Jesica merajuk manja.

Martin baru tersadar, ia tersenyum."Jelek apanya? Kamu begitu cantik malam ini sayang, aku yakin semua orang akan tertegun ketika melihatmu," pujinya setinggi langit.

"Gombal!" ucap Jesica sedikit tersipu.

Martin tersenyum, ia mengulurkan tangannya untuk membantu Istrinya itu menuruni anak tangga terakhir. "Aku tidak pernah berbohong padamu, kamu wanita tercantik di dunia ini."

"Sudah, jangan terlalu berlebihan memujiku, ayo berangkat," elak Jesica yang mulai salah tingkah.

Martin mengangguk, tanpa di suruh Jessica merangkul lengan Suaminya. Tentu saja Martin merasa senang, akhirnya ia di perlakukan layaknya seorang pria sesungguhnya.

Mereka berdua keluar dari Mansion, Ivan dan Adrian sudah menunggu mereka berdua.

Jesica terkejut ketika melihat banyak mobil mewah di luar Mansion. Martin tidak berkata apa-apa, pria itu hanya membimbingnya agar masuk ke dalam Mobil yang sudah di bukakan pintunya oleh Ivan dan Adrian.

Ketika pasangan tersebut sudah masuk ke dalam mobil. Adrian mengintruksikan bawahannya agar masuk ke dalam mobil juga.

Mobil pun langsung meninggalkan Mansion Dreams. Nampak iring-iringan mobil mewah keluar dari gerbang.

Sepanjang jalan jelas saja iring-iringan mobil mewah tersebut membuat semua orang terkagum-kagum. Mereka bertanya-tanya siapa orang yang bisa mendapatkan perlakuan mewah seperti itu?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Patra Gantu
ini pasti seru.....
goodnovel comment avatar
Tukang Copy
kita coba baca sampai akhir
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status