Saat aku memberikan kartu keanggotaanku kepadanya, Wanda mengulurkan tangannya sambil tersenyum. Saat hendak menyentuh kartu itu, tiba-tiba saja dia diam terpaku …Aku menatapnya dengan bingung dan masih memegang kartu keanggotaanku. Aku tidak mengerti apa maksud Wanda.Wanda memicingkan matanya dan tiba-tiba menatapku. Dia memperhatikan wajahku dengan saksama. “Kamu … kamu …”Aku benar-benar tidak mengerti kenapa tiba-tiba saja kelakuan Wanda menjadi aneh begini.Susan juga menjadi bingung dan berkata, “Ayo kita pergi.”Namun, Bu Wanda terlihat malu. Sudut mulutnya bergerak-gerak. Dia menatapku dan berkata sambil tersenyum, “Tolong tunggu sebentar. Aku … aku mau menelepon dulu.”Susan terlihat enggan. “Apa maksudmu? Kami masih harus menunggu lagi? Kami harus mengantre untuk beristirahat. Sekarang, mau mengembalikan kartu saja juga harus menunggu? Apa maksudmu? Memangnya kami datang kemari untuk membuang-buang waktu?”“Bukan begitu … aku, kalian tunggulah sebentar.” Ekspresi Wanda menu
Manuela tampak tidak memercayai pendengarannya sendiri. Dia menatap Wanda dengan marah dan kembali bertanya kepadanya, “Apa aku nggak salah dengar? Apa kamu yakin?”“Ya, aku yakin. Bu Gilbert, aku akan segera mengurus prosedur pembatalan keanggotaanmu.” Wanda juga tampak bersikap tegas. Dia memanggil supervisor bagian kartu dan mulai mengurus prosedurnya.“Tunggu sebentar,” teriak Manuela dengan marah. “Apa maksudmu, Wanda? Panggil bosmu untuk memberiku penjelasan.”“Maaf Bu Gilbert, jangan mempersulitku. Bos sudah memerintah seperti ini.” Ekspresi wajah Wanda terus berubah.“Apa maksud kalian? Kenapa bukan keanggotaan dia yang dibatalkan?” Amarah Manuela langsung meledak dan lupa akan citra dirinya. Beberapa wanita yang bersamanya juga terlihat cemas. “Itu benar. Kenapa malah keanggotaan kami yang dibatalkan?”Manuela melangkah maju dan menatap Wanda, seakan-akan ingin memakannya. “Percaya atau nggak kalau aku akan meminta semua temanku untuk membatalkan keanggotaan mereka?”“Kak Manu
Segera setelah itu, orang-orang ini mendapatkan ruangannya masing-masing. Aku dan Susan juga masuk bersama. Wanda datang sendiri menghampiriku dan memberitahuku bahwa dia sudah mengatur terapis pijat terbaik di tempat itu untuk melayaniku.Sambil dipijat, aku dan Susan mengobrol bersama. Susan tertawa terbahak-bahak. Kami berdua menjadi lebih dekat.Setelah selesai dipijat, aku mengajak Susan pergi ke Restoran Benvoli. Kami makan sambil mengobrol. Kali ini, barulah aku benar-benar mengenal diri Susan yang sesungguhnya. Susan juga menceritakan kepadaku bagaimana dia bisa bertemu dengan bosnya. Sepertinya dalam kehidupan seseorang, setiap orang punya kisahnya masing-masing. Kita tidak bisa menilai moralitas seseorang hanya berdasar benar dan salah saja.Tidak sulit untuk melihat jika Susan adalah orang yang cakap. Entah kenapa, aku merasa sedikit tertarik kepada Susan. Aku pun bertanya dengan ragu kepadanya, “Kalau kamu kembali dan istri bosmu mencari gara-gara denganmu, apa yang akan ka
Harry terlihat begitu antusias dan gembira saat melihatku, hingga membuatku tidak bisa berkata-kata.“Maya, kebetulan sekali. Kamu juga datang lebih awal? Kita akan pergi bersama. Aku nggak sabar ingin bertemu dengan putriku.” Harry keluar dari mobil dan menutup pintunya. Kemudian, dia bergegas menghampiriku.Aku tidak menghentikan langkahku dan ingin menjaga jarak darinya. Sejujurnya, aku benar-benar tidak ingin Adele pergi makan malam bersama Harry. Alasan yang pertama adalah aku tidak bisa merasa tenang dan alasan yang kedua adalah aku merasa tidak nyaman.Aku buru-buru menelepon ibuku. Aku takut ibu akan keluar lebih awal dan bertemu dengan Harry. Aku tidak ingin menambah beban pikiran ibuku.Baru setelah itu, aku menjemput Adele dan keluar. Adele tertegun untuk sesaat saat melihat Harry. Tanpa sadar, Adele menatapku. Aku mengerti perasaan Adele.Anak ini sudah belajar menilai perkataan orang lain dan mengamati ekspresinya, untuk menebak apa yang dipikirkan orang itu.Harry bersika
Seperti yang sudah kuduga. Begitu turun dari taksi, Jasmine yang mirip dengan harimau betina itu berjalan terhuyung-huyung ke arah Harry dan menyerang Adele dengan ganas.Aku berteriak kaget dan langsung menerjang ke depan, memeluk Adele yang berada dalam pelukan Harry.Jasmine menjambak rambutku dengan sekuat tenaga dengan satu tangannya, hingga kulit kepalaku mati rasa dan kepalaku juga tertarik ke belakang.Adele langsung ketakutan dan menangis histeris sambil memanggil-manggil diriku, “Ibu ... Ibu …”Semua orang di sekitar kami berteriak kaget. Mereka semua ketakutan melihat adegan yang tiba-tiba terjadi depan mereka. Jasmine adalah seorang wanita hamil dengan perut besar, tidak ada seorang pun yang berani menariknya.“Harry, apa aku ini benar-benar sudah gila? Kamu selingkuh di belakangku, tapi masih tetap menemui mereka, ‘kan? Hari ini, aku akan membunuh kedua wanita j*lang ini. Lihat saja, apa kalian masih berani berhubungan nanti!”Jasmine mengumpat sambil menjambak rambutku ma
Aku menenangkan diri untuk sesaat. Tanganku gemetar. Aku menelepon James, memintanya datang kemari untuk mengambil mobil milik Harry dan bergegas pergi ke rumah sakit untuk membantu.Aku menunggu sampai James datang dan menjelaskan semuanya kepadanya, sebelum pergi bersama Adele. Apa pun yang terjadi, Adele sudah tidak mau lagi menerima boneka itu.Sesampainya di rumah, Adele langsung memeluk neneknya sambil menangis. Ibuku menatapku dengan heran.Aku menceritakan secara singkat mengenai apa yang barusan terjadi. Orang tuaku menghela napas setelah mendengarnya.Malam itu, aku tidur bersama Adele. Adele mengatakan kepadaku dengan sedih, jika dia sudah tidak lagi menginginkan ayahnya.Aku tidak bisa berkata-kata. Ayah seperti itu, sekalipun aku ingin membelanya, aku tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk melakukannya. Namun, dari kejadian hari ini, aku bisa melihat betapa menyedihkannya hidup Harry di masa yang akan datang.Aku menghibur Adele dan menceritakan beberapa kebenaran ya
Aku dibuat bingung oleh pertanyaan ini. Aku bahkan tidak tahu bagaimana menjawabnya. Hal tersebut karena aku sama sekali tidak bisa memutuskan hal ini.Adele menatapku dengan penuh harap. Seakan-akan, jawabanku adalah satu-satunya hal yang paling dia inginkan.Aku hanya bisa menjawab dengan tidak pasti, “Akan Ibu coba.”Air mata Adele berubah menjadi tawa. “Adele akan bekerja sama dengan Ibu. Paman adalah Ayah terbaik yang pernah ada.”Akhirnya, aku pun bisa bernapas dengan lega ketika melihat Adele kembali tersenyum dan berlari menuju kelasnya. Aku berbalik untuk kembali ke mobil dan langsung pergi ke kantor.Hari ini aku datang lebih awal. Beberapa orang masih belum datang. Aku duduk di kursiku. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengeluarkan pena dan menggenggamnya di tanganku. Aku berpikir dalam hati, apa hasil dari usahaku sendiri.Namun, aku tahu jika Taufan juga berusaha keras. Aku harus percaya kepadanya.Pada hari Selasa, Susan meneleponku. Susan memberitahuku bahwa dia s
Aku menatap Danny. “Kayaknya Luna ini memang bermasalah. Kamu tahu ‘kan kalau orang tua Taufan meninggal dalam kecelakaan pesawat?”“Aku tahu.” Danny tidak menyangkalnya.“Kalau begitu, kita harus memeriksa Desmon, ayahnya Luna.” Firasatku mengatakan jika Desmon dan Luna pasti ada hubungannya dengan semua ini.“Aku juga berpikiran sama denganmu. Itu sebabnya, aku sudah memerintahkan mereka untuk memeriksa Desmon.”“Taufan bilang, kecelakaan pesawat yang menimpa orang tuanya nggak sesederhana itu. Aku ingin tahu, kenapa nggak sesederhana itu.” Aku menatap Danny dan berkata. “Pusatkan penyelidikanmu pada titik ini. Gali lebih dalam. Taufan juga pasti sudah menyelidikinya. Tapi, nggak ada salahnya untuk menyelidiki dari berbagai aspek.”“Oke.” Kali ini, Danny tampak agak ragu untuk menyetujuinya.Aku menatap Danny. Setelah merasa ragu-ragu untuk sesaat, akhirnya aku pun mengungkapkan apa yang ada di dalam hatiku. “Danny, apa pun hubunganmu dengan Taufan di masa lalu, aku harap kamu mau be