Ketika panggilan terhubung, aku memberitahukan identitasku. Namun, Taufan langsung menjawab, "Aku sudah tahu."Aku terkejut dan kesulitan menebak emosi dari jawabannya. Beberapa saat kemudian, aku baru tersadar kembali. "Hmm ... aku mau mentraktirmu makan siang. Apa kamu senggang? Aku akan sekalian mengembalikan jaket Anda!""Lagi sibuk," ujar Taufan tanpa basa-basi. Aku merasa sangat canggung dan merasa Taufan adalah orang yang lugas. Ketika aku kebingungan untuk merespons, dia malah berkata, "Jam dua siang, kedai kopi di bawah Eagle Tower."Tiba-tiba, aku melihat ada kesempatan. Ternyata dia bukan menolak, melainkan ada bentrokan waktu."Oke, sampai jumpa sore nanti!" Setelah menutup telepon, aku mengangkat alis dan mengucapkan nama Bright Celestial di dalam hati.Ketika istirahat makan siang, aku menyadari bahwa Harry dan James tidak ada di perusahaan. Sepertinya, mereka pergi makan dengan klien. Aku berbalik dan pergi ke kamar mandi.Begitu memasuki bilik kamar mandi, aku mendenga
Di seberang jalan, terlihat dua sosok yang keluar dari sebuah restoran Italia. Seorang cewek sedang merangkul lengan seorang pria. Tampaknya, mereka baru selesai makan siang dan menghabiskan banyak waktu di sana. Setelah keluar, kedua orang itu berhenti di depan pintu seolah-olah sedang membicarakan sesuatu. Setelah selesai berbicara, wanita itu mencium pipi pria itu. Pria itu pun mengusap kepala wanita itu seraya tersenyum dengan penuh kasih sayang.Kemudian, dia memanggilkan sebuah taksi untuk wanita itu. Setelah wanita itu masuk ke mobil dan pergi, pria itu baru berbalik dan menuju ke sisi lain alun-alun. Kedua orang itu tidak lain adalah Harry dan Jasmine. Wajahku memanas karena merasa sangat malu. Aku tertawa kecil dan menatap langsung ke arah Taufan. "Maaf, situasi ini lucu sekali, 'kan?"Taufan menatapku dengan tatapan serius dan langsung menimpali, "Tidak lucu."Aku berusaha keras untuk mengendalikan rasa malu di dalam hatiku. Awalnya, aku mengira bahwa Harry dan James sedang
Ketika bangun, aku mendapati diriku terbaring di ranjang ruang gawat darurat. Semuanya seperti biasa. Rasa sakit yang dahsyat telah menghilang sepenuhnya. Di sebelahku, hanya ada Taufan yang tampak cemas. Sepertinya, dialah yang membawaku ke rumah sakit. Aku merasa sedikit bersalah karena kondisi mendadak ini mengejutkannya. "Aku membuatmu terkejut, ya? Maaf!" ucapku seraya tersenyum kikuk. "Maaf membuatmu selalu menyaksikan momen-momen paling memalukan di dalam hidupku. Terima kasih! Kamu menyelamatkanku lagi!" "Kamu baik-baik saja sekarang?" tanya Taufan dengan khawatir sembari menatap wajahku dengan serius. "Aku mengidap penyakit batu empedu, jadi ini sudah sering terjadi!" jawabku dengan tenang. Dia memanggil dokter untuk pemeriksaan lanjutan. Dokter menjelaskan padaku tentang kondisi dan tindakan pencegahan secara rinci, lalu memberi tahu Taufan bahwa aku sudah boleh pergi setelah infus. Taufan yang merasa khawatir memastikan kepada dokter lagi. Setelah dokter pergi, aku menasi
Aku turun dari mobil tanpa menunggu Harry. Ketika aku berjalan masuk bersama Adele, Harry mengikuti kami seraya menatapku dan tersenyum tenang. Di masa lalu, dia selalu membiarkanku pergi sendiri. Kali ini, dia jelas ingin memverifikasi apakah aku berbohong atau tidak.Ketika tiba di toko eksklusif, aku melirik sepatu di rak. Sementara itu, Harry berpura-pura menatapku dengan serius. Jelas, dia sedang menunggu momen kebohonganku terungkap. Tanpa diduga, seorang pelayan mengenaliku. "Nona Maya, Anda datang untuk ambil sepatu?" Aku tersenyum. "Iya!""Kami sudah menyiapkannya untuk Anda, saya akan segera membantu Anda mengambilnya!" ucap pelayan itu dan berlari ke dalam gudang. Tidak lama kemudian, dia menyerahkan kotak sepatu padaku. "Ukuran 38, cokelat!" Aku mengambilnya dan melihatnya sejenak, lalu menyerahkannya kepada Harry dan berterima kasih kepada pelayan.Harry tertegun sesaat, lalu segera mengambil kotak sepatu itu dengan lembut. Dia juga merangkulku dengan penuh perhatian dan b
Harry dan Giana menegur dengan keras, "Jasmine …." Sementara itu, Jack malah berujar dengan tidak sabar, "Makan!" Sikap lelaki tua itu sama sekali tidak mengherankan. Dia sangat memanjakan putrinya, yaitu Jasmine. Dia selalu menoleransi segala perbuatan Jasmine, jadi ucapannya sebenarnya tertuju padaku.Adele dikejutkan oleh hal ini. Tangannya gemetar dan tidak sengaja menjatuhkan sendok ke lantai. Suara dentang yang sangat keras menyadarkan diriku. Aku menahan kemarahanku dan membungkuk untuk mengambil sendok Adele, lalu memberinya sendok baru lagi. Setelah melakukan hal itu, aku melihat ke arah Jasmine. "Maksudmu, akulah perusak keharmonisan keluarga ini? Kalau nggak, kamu nggak akan bilang begitu, bukan? Tanyakan saja pada ayah, ibu, dan Harry. Apakah pendapat mereka juga sama denganmu?" Harry tampak muram dan menepuk pundakku. "Jangan dengarkan omong kosongnya, makanlah!" Giana pun buru-buru mencairkan suasana. "Jangan mengucapkan kata-kata buruk terhadap sesama keluarga! Makanla
Pagi harinya, aku tidak sabar untuk pergi ke perusahaan. Begitu tiba, aku memanggil James masuk dan menanyakan detail tentang Hana. Aku merasakan adanya arti lain dari perkataan James, yaitu Hana ini mendambakan Harry. Dilihat dari adegan saat berpapasan dengan mereka hari itu, Harry belum tentu tidak tertarik dengan Hana. Yang sudah sekali selingkuh pasti akan selingkuh lagi. Ketika memikirkan hal ini, hatiku kembali terasa sakit. Dahulu kala, aku mengira kedua orang yang pernah melewati masa sulit bersama sudah pasti adalah cinta sejati! Tidak kusangka, yang kutemui bukanlah orang yang tepat. Namun, aku tidak punya waktu untuk bersedih karena hanya aku yang bisa menyelamatkan diriku. Sementara itu, informasi yang ditemukan oleh Fanny membuatku makin terkejut. Benar saja, ketiga anggota Keluarga Sinjaya memiliki rekening bank. Jasmine tidak hanya memiliki vila, tetapi juga memiliki sebuah perusahaan konstruksi dan dekorasi dengan modal sebesar 20 miliar. Subjek hukum perusahaan itu
Aku berjalan tanpa tujuan dan tiba di tepi sungai lagi tanpa sadar. Aku membeli alkohol dan meminta ibu mertuaku menjemput Adele. Setelah itu, aku duduk di tanggul sungai dan mulai minum dengan tenang. Aset perusahaan telah dialihkan. Sepertinya, perusahaan yang kudirikan sudah hampir menyelesaikan misinya dan menghasilkan banyak uang untuk Keluarga Sinjaya. Sementara itu, aku malah melawan mereka dengan tangan kosong. Pantas saja, Jasmine memprovokasiku tanpa rasa takut. Biarpun menikah dengan Harry, aku tetap bukan keluarga mereka.Bahkan, rumahku yang sederhana pun dimanfaatkan oleh mereka. Ketika aku tidak ada, mereka melakukan hal-hal kotor di ranjang tempat aku tidur. Aku benar-benar merasa jijik dengan perbuatan mereka. Semalam, aku mengira diriku sudah sangat hebat dan berhasil melawan Jasmine di Keluarga Sinjaya. Alhasil, Jasmine malah harus dibujuk dengan mobil. Harry tega mengeluarkan banyak uang untuk Jasmine, tetapi dia malah berang ketika memberi uang penyelamat sebesar
Saat ini, kami saling menatap. Pelukan Taufan makin erat hingga membuatku tidak bisa bernapas. Tanganku yang awalnya mendorong Taufan menjadi lemah dan akhirnya memegang pinggangnya dengan lembut. Aku bisa merasakan tubuh Taufan yang menegang. Detik berikutnya, dia menundukkan kepalanya dan mencium bibirku. Seketika itu juga, aku merasa lemas seolah-olah tersengat listrik. Taufan menahan kepalaku dan terus memperdalam ciumannya hingga membuatku hampir kehabisan napas. Tiba-tiba, adegan intim di antara Harry dan Jasmine terlintas di benakku. Aku sontak terhasut dan menginginkan rangsangan semacam ini.Entah karena efek dari alkohol, gairah yang sudah lama terpendam, atau kenikmatan balas dendam, aku tanpa sadar mendekat dan memeluk Taufan, lalu menanggapi ciumannya yang ganas. Adegan di benakku perlahan-lahan menghilang. Aku tidak bisa berpikir jernih dan hanya ingin melanjutkan hasrat yang ada di hadapanku. Akhirnya, Taufan melepaskanku. Aku menarik napas dan menghirup udara segar ya