Aku sendiri merasa kaget dengan pertanyaanku yang tidak bijaksana ini. Sementara itu, Harry tampak terkejut, tetapi segera menenangkan dirinya. "Kekasih Hana!"Aku tertegun sejenak karena tidak menyangka reaksi Harry begitu cepat. "Sayang, percayalah padaku, beri aku kesempatan lagi! Prioritas utama kita adalah memenangkan proyek Bright Celestial. Jangan melewatkan kesempatan yang bagus demi masalah ini. Kamu yang mendirikan Aurous Construction pasti ingin membuatnya berkembang! Aku tahu diriku salah, kamu jangan terbawa emosi!" Harry memelukku erat-erat dan berkata dengan lembut, "Maya, aku salah! Maaf!" Ucapannya membuatku terdiam. Harry memang sangat mengetahui kelemahanku. Beberapa saat kemudian, aku mendorong Harry menjauh, lalu keluar dari kantornya dengan pelan. Aku memperingatkan diriku untuk tetap sadar dan tidak boleh melakukan kesalahan apa pun. Sebab, sampai saat ini, Harry masih saja melindungi Jasmine. Setelah kembali ke kantor, aku memeriksa semua pencarian populer la
Harry melontarkan dua kata, lalu tiba-tiba berhenti karena merasa ragu. Aku pun melanjutkan pekerjaanku. Aku tidak akan berinisiatif untuk membahas tentang beberapa hal. Bagaimanapun, aku adalah korbannya. Tentu tidak logis jika aku yang memberinya saran.Tepat pada saat ini, terdengar suara ketukan pintu. Kami pun sama-sama terkejut. Kemudian, Harry berjalan ke arah pintu dan membukanya. Bahkan, aku sendiri pun tidak menyangka bahwa orang yang datang adalah Fanny.Fanny langsung berjalan masuk, lalu menutup pintu dengan sekuat tenaga. Dia langsung berseru ke arah suamiku, "Harry, kamu benar-benar berengsek! Memangnya apa kelebihanmu? Hah?"Harry tahu bahwa Fanny memang selalu menggebu-gebu. Sifat sahabatku ini memang sangat lugas. Apalagi, Harry juga tahu bahwa Fanny sangat dekat denganku. Itu sebabnya, dia sama sekali tidak terkejut dengan sikap Fanny. Sebaliknya, pria itu langsung menunduk. Dia menunjukkan sikap yang sangat tulus ketika melakukan kesalahan."Bukannya aku pernah meng
Setelah makanan yang dipesan tiba, Fanny memanggil kami untuk makan, seolah-olah dia adalah tuan rumah."Ayo, cepat. Sebesar apa pun masalahnya, kalian tetap harus mengisi perut dulu agar memiliki energi untuk menyelesaikannya. Maya, lihatlah dirimu. Kita baru berapa hari nggak bertemu, tapi kamu langsung kurus bagaikan tiang listrik," ucap Fanny yang tidak tega melihatku. Sementara itu, Harry diam-diam menatapku dan mengambilkan lauk.Fanny berkata, "Harry, kamu harus segera mencari cara untuk menghentikan kerugian kalian. Kalau seperti ini terus, bukan hanya Maya yang dirugikan, tapi perusahaan kalian juga akan terkena imbas. Bagaimanapun, bisnis tetap harus jalan."Usai berkata demikian, Fanny lanjut menyerang titik lemah Harry dengan menambahkan, "Biasanya, bisnis pasti akan terdampak kalau terjadi hal seperti ini. Kamu dan Maya sudah membangun Aurous Construction dengan susah payah. Apalagi, aku juga melihat semua prosesnya."Harry akhirnya tidak tahan lagi. Dia memandangku secara
Fanny menatapku, sementara aku juga memandangnya. Kemudian, kita saling memberikan kode lewat tatapan. Fanny berusaha meleraikan kami dengan berkata, "Maya, kamu jangan marah lagi. Karena sudah seperti ini, kalian harus melewati kesulitan bersama."Sementara itu, aku langsung berlari ke toilet dengan mata yang memerah. Kemudian, aku mengeluarkan ponselku untuk mengirim pesan WA kepada James, lalu keluar dari toilet setelahnya. Begitu keluar, aku langsung bertanya, "Jadi, apa yang harus kulakukan? Katakan saja. Aku ... sudah nggak peduli lagi." Air mataku kembali mengalir dan ekspresiku terlihat sangat sedih.Tiba-tiba, ponsel Harry berbunyi. Dia bergegas melihatnya dan buru-buru mengangkat. Entah apa yang dikatakan di telepon, tetapi wajah suamiku tiba-tiba memucat. Tak lama kemudian, dia berkata dengan nada dingin, "Baiklah!"Usai menutup telepon, Harry menundukkan kepala dengan ekspresi tertekan. Fanny diam-diam memberikan tatapan tajam kepadaku, sementara aku merespons dengan mengan
"Bruk!" Jasmine mendorong pintu kantorku dengan keras dan bergegas masuk. Dia berteriak padaku dengan kesal, "Maya, kamu enak sekali, ya. Beraninya kamu berpura-pura menjadi bos di sini! Kamu nggak layak!"Aku duduk di kursi dan memandang Jasmine dengan tenang. James segera masuk dan maju untuk membujuk, "Nona, apa yang Anda lakukan? Kalau ada masalah, selesaikan saja di rumah. Ada begitu banyak orang yang sedang menonton di sini! Pengaruhnya kurang baik!" "Pengaruh apaan? Kenapa harus peduli dengan hal itu waktu bicara dengannya? Dia nggak layak dihormati olehku!" timpal Jasmine dengan mulut yang pedas. Melalui jendela kaca, aku samar-samar melihat orang di luar kantor yang berdiri dan melihat ke sini. Aku pun berkata pada James, "Biarkan mereka pulang kerja lebih awal sekarang, segera!" James bergegas keluar dan membubarkan staf yang sedang menonton. Para staf berberes dengan lambat dan meninggalkan kantor dengan enggan. Sebelumnya, jangankan dua jam lebih awal, mereka pasti akan
"Sudah, diam!" teriak Harry padaku lagi. "Benar saja, kamu memihak padanya. Kamu sungguh kakak yang baik. Tiap hari, kamu memeluknya dan membiarkan segala urusanmu dicampuri olehnya. Kok aku merasa dia bukan adikmu? Kalau dilihat dari situasi ini, kayaknya dia barulah istrimu. Kamu selalu menuruti perkataannya!" "Maya … apa yang kamu sedang bicarakan? Kamu nggak punya rasa tanggung jawab, ya? Kamu nggak bisa mempertimbangkan kepentingan umum?" Raut wajah Harry berubah drastis. Dia mendorongku menjauh hingga membuatku limbung. James pun berseru kaget dan langsung memapahku. "Kak Maya …." Aku berusaha menjaga keseimbanganku dan menatap lurus ke arah Harry. "Kak, kamu sudah melihat sikapnya, 'kan? Dia sama sekali nggak mementingkan keluarganya sendiri. Waktu terjadi masalah, dia cuma memikirkan dirinya saja. Pernahkah dia peduli dengan urusanmu?" Jasmine yang berdiri di belakang Harry terus memanas-manasi keadaan. "Maya, ingatlah, Aurous Construction adalah perusahaan Keluarga Sinjay
Aku mengamati kondisi sekeliling. Tempat ini memiliki pemandangan alam yang sangat indah dan memberikan rasa nyaman. "Di mana ini?" tanyaku dengan pelan. "Tempat indah yang mirip seperti surga!" ucap seorang pria dengan suara yang sangat memikat hati. Aku menengadah untuk menatap pria jangkung itu. Tubuhnya yang jangkung memberiku rasa aman. Saat itu juga, jantungku berdetak kencang. Ketika bersama pria ini, aku selalu menuruti pengaturannya seperti boneka tanpa jiwa. Ketika menyadari hal tersebut, aku sendiri pun merasa kaget. Seorang wanita yang begitu sial dan hampir ditinggalkan oleh suaminya malah tergerak hatinya di saat seperti ini, sungguh memalukan. Namun, aku harus mengakui bahwa wajah pria ini terlalu tampan dan memesona. Dia menatapku saraya tersenyum lembut, sementara aku masih menatapnya dengan tatapan lugu. Kemudian, dia mengangkat tangannya dan membelai rambutku dengan pelan. "Baru beberapa hari tidak bertemu, kenapa kamu terlihat kurusan lagi?" Ucapan pria itu san
Tepat saat aku berbalik, salah satu pergelangan tanganku dipegang erat oleh Taufan. Aku tidak berani menatap mata Taufan lagi dan terpaku saat ditarik olehnya. Aku tidak bisa melepaskan diri darinya dan juga merasa malu untuk tinggal di sana. Kami terdiam untuk waktu yang lama. Setelah itu, Taufan menarikku ke pelukannya dengan lembut dan menekan kepalaku di dadanya. "Tinggalkan dia secepat mungkin!" Ucapan ini seketika melunakkan hatiku yang baru saja mengeras. "Tapi, aku harus membuatnya sengsara dengan kemampuanku sendiri supaya sepadan dengan waktu yang sudah kubuang untuknya. Aku nggak mengizinkan mereka menghinaku. Aku mau mereka menanggung konsekuensi yang sepadan. Aku harus mengambil kembali segalanya yang seharusnya menjadi milikku dan putriku!""Sudah kubilang, aku akan bantu kamu!" Aku tiba-tiba memeluk pinggang Taufan dan bersandar di pelukannya dengan erat untuk menenangkan diri. "Aku harus membalas penghinaan yang mereka berikan padaku, ngerti?" Aku mengangkat kepal