Dia telah menghabiskan dua batang rokok, hingga suara motor terdengar, dan dia melihat dari kejauhan kekasihnya telah datang. Segera dia bangkit berdiri menghampiri Dany.“Sayang, ayo masuk. Kita ngobrol di dalam.” Ajak Bayu sambil meraih tangan Dany.“Beb, dimana mobilmu?” Tanya Dany, sedari tadi dia tak melihat mobil merah milik kekasihnya, yang ada satu motor yang terparkir.“Di rumah Argi, gue dari siang main kesana. Tadi keluar pakai motor, baru saja sampai rumah, tadi Argi gue ajak minum biar bisa lupain sahabat lu itu.” Bayu menutup kembali pintu rumahnya lalu mengunci.“Terus mana Argi?” Tanya Dany.“Sudah tidur tuh.” Jawab Bayu sembari menunjuk kamar tamu. “Kita ke atas ya, sayang.” Bayu merangkul Dany, menuntunnya menaiki tangga menuju lantai dua.Langkah Bayu kini menggiring mereka menuju kamar di samping studio musik. Ya, kamar milik pemuda itu sendiri. Dany hanya mengikuti kemana kekasihnya akan membawanya.Setelah memasuki kamar bernuansa biru itu, Bayu membawa Dany untu
Mata indah itu tak lama terbuka perlahan, menatap sayu ke arah Bayu yang berada di atasnya. Bayu menggunakan kedua sikunya untuk menahan berat badannya agar tak menimpa gadis di bawahnya. “I love you, sayang.” Ucapnya lagi, seakan meyakinkan Dany. Dia tak ingin membuat gadis itu merasa ketakutan, seperti yang dia lakukan sebelumnya di villa milik temannya. Dia kini meminta persetujuan dari kekasihnya sebelum melakukannya. “Love you too, sayang.” jawab Dany yang telah kehilangan akal sehat, menatap pasrah dan mengisyaratkan Bayu untuk melakukannya. Bayu menatapnya mesra dan tersenyum manis, lalu mulai memagut bibir Dany, sembari mulai menggerakkan pinggulnya ke bawah. Kejantanannya mulai mengisi liang kewanitaan Dany dengan sangat mudah, karena cairan kewanitaan yang keluar begitu banyak hingga membuatnya licin. Bayu membenamkan juniornya hingga seluruhnya masuk ke dalam, merasakan sensasi yang begitu nikmat. Dia masih mengamati raut wajah Dany, yang menurutnya terlihat semakin cant
Tak sampai sepuluh menit mereka kini sudah berada di kos milik Anggara. Suasana kos sudah sangat sepi, kebanyakan dari penghuni kos yang kemungkinan sudah tertidur.Anggara mencari kunci kamarnya lalu membuka pintu itu, mengisyaratkan Akira untuk ikut masuk ke dalam kamar. Dia menyalakan lampu dan pendingin ruangan, sebelum mengunci kembali pintu kamarnya.Akira duduk di kursi depan meja, matanya tengah mengawasi gerak gerik Anggara. Pemuda itu tengah melepas jaket dan menggantungnya di belakang pintu. Lalu berjalan mendekat ke arah gadis yang tengah menatapnya.“Sayang, aku mandi dulu. Kalau sudah mengantuk, tidur saja dulu. Nanti kalau Dany ada kabar aku bangunin. Hm?”Akira mengangguk sembari tersenyum. Anggara mendekatkan wajahnya dan mencium dahi Akira, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.Terdengar bunyi shower yang menyala menandakan pemuda itu telah mandi.Akira bangkit dari duduknya, membuka jaket dan menggantungnya di samping jaket Anggara. Lalu berjalan menuju kasu
Setelah mematikan panggilan telepon dari Anggara, Bayu meletakkan ponselnya kembali di meja kecil samping kasur. Dia kembali meraih gadis yang telah tertidur itu ke dalam pelukannya. Mencium dahi Dany dengan penuh perasaan dalam durasi yang cukup lama. Bayu menutup tubuh polos mereka dengan selimut tebal, karena merasa kelelahan mereka lupa untuk membersihkan tubuhnya dari sisa percintaan terlarang yang sudah kesekian kalinya mereka lakukan. Bayu telah mendapatkan apa yang dia mau.Selama dia berpacaran dengan para gadis sebelum mengenal Dany, dia sudah terbiasa melakukannya. Namun dia selalu memakai pengaman untuk menghindari hal buruk yang terjadi, karena usianya yang masih muda dan tak cukup matang untuk memiliki anak dari pacarnya.Pergaulan bebas yang dijalani Bayu, karena pengaruh dari pertemanannya dengan anak-anak yang usianya berada di atasnya. Tak cuma dengan teman sebayanya di bangku sekolah, namun Bayu juga berteman dengan pemuda berusia di atas dua puluh satu tahun. Seper
Jam serasa bergerak lebih cepat, Anggara telah menyelesaikan tugas kuliahnya. Tak terasa kini sudah jam tiga dini hari.Dia bergerak merenggangkan ototnya yang kaku, tatapannya beralih pada gadis cantik yang telah terlelap di kasur. Wajah damai itu begitu menarik perhatiannya. Bukan baru kali ini ia melihat wajah tidur Akira, sebelumnya pernah menatapnya saat gadis itu tertidur di mobil.Senyum terbentuk di sudut bibirnya, segera Anggara mematikan komputernya. Berjalan menuju kasur untuk menghampiri gadis itu. Selimut yang tadinya menutup tubuh Akira, kini sedikit tersibak karena pergerakannya.Anggara memposisikan tubuhnya untuk berbaring di sisi Akira. Memasukkan tubuhnya ke dalam selimut yang sama. Suhu hangat dari kulit Akira yang bersentuhan dengan kulitnya, membuat hawa dingin menghilang secara perlahan.Anggara menatap lekat ke wajah Akira yang terlihat damai dalam tidurnya. Dia mensejajarkan tubuhnya agar lebih mudah menatap wajah cantik yang selalu mengisi pikirannya.Wajah y
Malam berganti pagi, matahari mulai terbit dari ufuk barat. Cahaya hangat menembus masuk melalui celah-celah gorden yang tidak tertutup sempurna.Pemuda tampan yang tengah mengalami patah hati untuk pertama kalinya terbangun. Matanya mengerjap sesaat lalu perlahan terbuka. Dia tak terlalu ingat apa yang terjadi semalam, namun yang dia tahu tempat ini seperti tak asing. Matanya merotasi ke seluruh penjuru ruangan, hingga dia pun mengetahui bahwa saat ini ia telah berada di rumah Bayu.Dia bangkit dari tidurnya, mencari keberadaan ponsel dan tasnya. Hingga akhirnya menemukannya di atas sofa yang berada di kamar itu.Argi menyibak selimut yang menutupi pinggang dan kakinya. Dia menyadari bahwa dia semalam tidur masih menggunakan alas kaki. Segera Argi membuka sepatunya dan menaruhnya di lantai. Hawa dingin dari pendingin ruangan mulai membelai kakinya yang semalaman terbungkus.Ketika dia akan menapakkan kakinya ke lantai, rasa pusing mendera kepala. Membuatnya mengurungkan niat, dan kem
Sementara itu di kamar kos-kosan Anggara terbangun karena bunyi alarm yang berasal dari ponsel Akira.Segera dia bergerak mematikan alarm, melirik ke arah jam, meskipun sedikit kesiangan namun masih ada waktu satu jam untuk mengantar Akira.Anggara menepuk lembut bahu gadis yang masih terlelap.“Sayang, bangun. Sudah pagi, ayo aku anter pulang.” Suaranya terdengar pelan namun tepat di depan daun telinga gadis itu.Matanya terasa sangat berat untuk terbuka, Akira mengabaikan suara itu. Dia kembali berbalik arah menghadap tembok dan melanjutkan tidur.Anggara kembali mendekati gadis itu, dan kembali membisikan kata-kata.“Sayang, bangun yuk. Nanti telat sekolahnya.” Suaranya sengaja dibuat lebih keras dari yang tadi. Tangannya bergerak mengusap pipi Akira dengan lembut.Namun sepertinya usahanya gagal, Akira semakin mengeratkan selimutnya dan matanya masih tertutup.Hingga akhirnya Anggara menghujani wajahnya dengan kecupan. Dahi, pipi, hidung dan bibir tak luput dari kecupannya. Usahan
“Argi, aku minta maaf. Aku dari dulu tidak berkata jujur. Aku merasa tidak enak menolakmu tapi aku juga gak bisa membalas perasaanmu. Aku juga tidak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta. Aku sendiri tidak mengerti justru rasa itu datang ketika aku bersama Aang.” Jelas Akira sembari tangannya masih menahan lengan Argi agar tidak mendekati Anggara lagi.“Sejak kapan?” Tanya pemuda itu, kini tatapannya beralih pada gadis yang berada di sampingnya.“Aku lupa, semenjak kita sering ketemu tanpa sengaja.” “Oh, terus dia juga suka sama kamu?” Dia yang dimaksud adalah Anggara. Akira tak menjawab dan hanya mengangguk. “Maafin aku Argi, sungguh aku minta maaf.” “Kamu tahu perasaanku ke kamu, dia juga tentu tahu perasaanku ke kamu. Kenapa harus Anggara?” Argi mengusap wajahnya dengan frustasi. Rasa sesak dalam dada mengetahui kebenaran yang begitu menyakitkan.“Maafin aku Argi. Aku tidak bisa memilih dengan siapa aku jatuh cinta.” Wajah Akira juga merasa hancur melihat keadaan Argi yang b