Kami berjalan melalui pemukiman penduduk. Disepanjang jalan kulihat Kiara bertegur sapa dengan penduduk disekitar tempat yang kami lewati.
Aku tidak memahami apa yang dikatakan oleh Kiara saat melihat Kiara menunjuk sebuah gunung yang masih jauh.
Mungkin penduduk menanyakan kemana tujuan kami. Aku sangat tidak paham dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat.
Sedangkan Kiara hanya tersenyum ke arahku, tanpa berniat untuk menjelaskan apa yang telah dibicarakan dengan penduduk yang bertegur sapa dengannya.
Hari sudah mulai terang. Perlahan kami bisa menikmati pemandangan alam yang tersaji didepan mata, yang ada disepanjang perjalanan.
Sungguh sebuah pemandangan alam yang indah didaerah pegunungan.
Dikaki gunung terdapat sungai yang mengalirkan air yang jernih dan segar.
Kami berhenti sejenak untuk beristirahat sambil mencuci muka di air sungai yang mengalir indah.
Terdapat banyak sawah dikiri dan kanan jalan dengan padi yang te
Setelah selesai mengemasi semua barang-barang, mereka pun memutuskan untuk memulai perjalanan menuju pulang kembali ke penginapan.Disepanjang perjalanan kami bertegur sapa dengan beberapa gadis Desa yang tersenyum ke arah kami, terutama ke arah Gilang.Bahkan tidak sedikit dari mereka yang meminta untuk berfoto bersama Gilang, dengan dalih untuk diperlihatkan atau dipamerkan kepada teman sekolahnya.Kiara hanya geleng-geleng kepala melihat antusiasnya mereka bertemu dengan Gilang, bahkan ada yang menjerit histeris seperti para fans yang bertemu dengan artis idola.“Bisa habis aku ntar kalau keseringan masuk Desa kayak gini, Kia!” cerewet Gilang karena sebenarnya sangat malas melayani hal yang seperti ini.“Hahahah. Sekali-sekali, kan nggak ada salahnya, Lang,” ucap Kiara sambil tertawa.“Iya sih. Tapi aku paling malas kalau kayak gini,” balas Gilang lesu.“Biasa aja, Lang. Itung-itung beramal
Mereka melanjutkan perjalanan yang masih tinggal setengah lagi. Sesampainya di penginapan, Kiara langsung masuk ke dalam.Sedangkan Gilang beristirahat di teras penginapan.Lumayan capek rasanya, menempuh perjalanan selama empat jam lamanya dengan berjalan kaki. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Gilang.Berjalan sejauh itu, dengan banyak tantangan di perjalanan.Kiara menghampiri Gilang dengan membawa minuman dingin dan aneka kue.Kiara tersenyum memandang Gilang yang kelelahan setelah melakukan perjalanan yang cukup menyita waktu dan menguras tenaga karena ditempuh dengan berjalan kaki.“Capek, Lang?” tanya Kiara.‘Hhmmm,” jawab Gilang menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.“Silahkan diminum, Lang.” Kiara meletakkan minuman dan kue di hadapan Gilang.“Terima kasih,” ucap Gilang sambil meminum air yang dihidangkan Kiara.Mereka menikmati makanan dan minuman di
“Yakin nih? Kerjaan kamu gimana?” Kiara mulai mengalah dengan penjelasan Gilang.“Semuanya kan bisa diatur, Kia. Hidup nggak melulu tentang kerjaan, kan? Kadang aku juga jenuh mikirin kerjaan terus, Kia. Aku juga pengen bebas kayak kamu. Sepertinya dengan refreshing bisa membuat kinerja otakku membaik.” Penjelasan Gilang cukup panjang.“Aku bisa begini mumpung lagi bebas. Makanya mau mengunjungi semua tempat,” ujar Kiara.“Setuju!” Senyum Gilang penuh kebahagiaan.“Andai kamu tau gimana sibuknya aku mengurus perusahaan, Kiara,” ucap Gilang dalam hatinya.“Ya sudah. Jangan mikirin kerjaan lagi. Yang penting dinikmati liburannya. Jarang-jarang bisa begini, kan? Mari kita nikmati selagi ada kesempatan,” ujar Kiara penuh semangat.“Terima kasih banyak Kiara. Hadirmu mampu mengalihkan duniaku yang selalu sibuk dengan pekerjaan,” bisik Gilang.
”Jangan ngomong sendiri, Lang,” tegur Kiara.“Hmmm. Aku nggak ngomong apa-apa kok,” jawab Gilang gelagapan. Jangan-jangan Kiara bisa membaca pikiran. Pikir Gilang sendirian.“Berapa jam kesana, Kia?” Gilang mulai mengalihkan pembicaraan dari pada ntar dia sendiri yang terpojok.“Paling lama satu setengah jam, Lang,” jawab Kiara.Sepanjang perjalanan mereka mengobrol tentang banyak hal termasuk hal-hal umum yang mereka lihat disepanjang jalan.Sekedar untuk menghilangkan kebosanan agar tidak jenuh dengan perjalanan jauh yang mereka tempuh.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lamanya, mereka pun menginjakkan kaki di Pesisir Selatan.Persisir Selatan merupakan bagian dari daerah Sumatera Barat yang menyimpan berbagai keindahan alam yang sangat menakjubkan.Kebanyakan orang mungkin masih merasa asing dengan daerah satu ini karena letaknya yang tidak terlalu populer di ban
Sepertinya lagu tersebut sudah membawa Kiara pergi jauh menjemput kenangannya di masa lalu.Gilang pun sedikit-sedikit mulai memahami Kiara yang sepertinya memiliki beban berat dimata Gilang.Akan tetapi Gilang hanya diam saja melihat Kiara. Tanpa bertanya sepatah kata pun, karena menurut Gilang mungkin itu adalah privasi Kiara dan Gilang sangat menghargai privasi seseorang.Mungkin nantinya Gilang juga akan mengetahui semuanya jika Kiara percaya padanya.Gilang memperhatikan Kiara, yang sepertinya hanyut dalam lamunannya sendiri tanpa menyadari keberadaan Gilang disisinya.“Setelah ini, kita kemana lagi, Kia?” Gilang berusaha mengembalikan fokus Kiara, agar nyawanya kembali ke dalam raganya.Entah sampai kemana perjalanan angan Kiara.Saat pikirannya melayang jauh entah kemana yang tanpa disadarinya sampai meneteskan bulir bening di pipi mulusnya.“Maaf,” ucap Kiara sambil mengambil tisu yang tersedia d
Kiara memutuskan mandi terlebih dahulu untuk menghilangkan lelah karena aktivitas seharian yang telah mereka lakukan dan perjalanan jauh yang telah ditempuh membuat badan terasa lengket semua.Kiara pun keluar dari kamarnya dengan setelan celana panjang dan baju kaos kebesarannya. Kiara berjalan menuju ruang tamu dimana Gilang sudah duduk menunggunya.“Sudah selesai mandinya?” tanya Gilang.“Sudah, Lang. Sudah lama nunggunya?” senyum Kiara.“Nggak lama kok, baru setengah jam yang lalu,” jawab Gilang sambil tertawa.“Hahah. Maaf, kelamaan ternyata,” ucap Kiara sambil tertawa.“Kita kemana lagi sekarang?” tanya Gilang.“Sekarang nggak kemana-mana lagi, Lang. Kita istirahat saja malam ini. Besok baru jalan-jalan lagi,” jelas Kiara sambil berjalan menuju jendela ruang tamu.“Jalan-jalan kemana besok, Kia?” ucap Gilang.“Tunggu besok saj
“Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, Lang,” ucap Kiara.“Kenapa? Apa ada yang salah?” cecar Gilang.“Nggak ada yang salah, Lang. Ntar kamu malah kecewa,” jawab Kiara pelan.“Berarti ada peluang untuk aku, Kia?” desak Gilang dengan penuh harap.“Lang, bicara soal perasaan tidak segampang membalikkan telapak tangan. Kamu nggak tau gimana aku, siapa aku, gimana sifatku, siapa keluargaku. Yang pada intinya kamu nggak tau keseluruhan tentang aku. Begitu juga sebaliknya, Lang,” ucap Kiara panjang lebar seraya manatap Gilang lekat.“Aku nggak peduli dengan semua itu, Kia. Aku hanya ingin kamu!” tegas Gilang.“Lang, semuanya harus ada proses, bukan? Lagian, yang kamu rasakan hanya perasaan sesaat, Lang. Mungkin hanya rasa kagum atau simpati saja,” jelas Kiara panjang lebar.“Apa rasa ini salah?” tanya Gilang lebih lanjut.“Bukan
“Apaan sih, Lang?” sungut Kiara saat Gilang mulai memegang tangannya dengan erat.“Jangan banyak komentar, Kia. Ikut aku!” tegas Gilang, sambil berjalan memegang tangan Kiara.“See you Mr. Richard,” ucap Kiara sambil menganggukkan kepala, yang di jawab Richard dengan anggukan dan senyuman.“Lihat kedepan, Kia,” kata Gilang.“Kamu kenapa jadi rese kayak gini,” sungut Kiara.“Aku nggak suka kamu kenalan dengannya,” ucap Gilang dengan suara dingin sedingin udara yang berhembus di lembah ini.“Kenapa?” tantang Kiara tak kalah seram.“Nggak ada alasan. Yang penting aku nggak suka. Jangan membantah!” tegas Gilang.“Bilang saja kamu kalah keren dengan Richard. Iya, kan?” Goda Kiara sambil menautkan alisnya.“Jangan jadi nakal, Kia,” sungut Gilang.“Kenalan aja nggak boleh. Gimana mau jadi pasangan