“Malu diliatin Bunda, Re,” bisik Ara.
“Tidak apa apa kok, Kia. Bunda kan, juga pernah muda,” kekeh Reza sambil melepaskan genggaman tangannya.
“Jadi keluarnya?” tanya Ara kembali.
“Jadi dong,” jawab Reza sambil berjalan mencari di mana keberadaan Bunda.
Setelah minta izin sama Bunda, akhirnya mereka bisa keluar.
“Kami berangkat, Bunda,” pamit Reza.
“Hati hati dijalan, Za. Jangan pulang larut dan jaga anak gadis Bunda jangan sampai rusak.” Terdengar ucapan Bunda yang memiliki makna mendalam.
“Baik, Bunda,” ucap Reza.
Perlahan mobil yang dikemudikan oleh Reza meninggalkan pekarang rumah Ara yang besar dengan halaman yang luas.
“Kita ke mana, Re?” tanya Ara saat mereka telah menempuh perjalanan selama setengah jam tetapi masih belum sampai juga.
“Kita ke pantai yang ada di kota sebelah,” jawab Reza.
&ldq
Waktu berjalan dengan sangat cepat. Tanpa terasa enam bulan sudah Ara menjadi mahasiswa di fakultas seni. Tidak ada yang berbeda dari seorang Ara, penampilannya masih sama seperti yang dulu meskipun sekarang sudah tidak berstatus sebagai siswa lagi melainkan sudah berstatus sebagai mahasiswa.Pagi ini, Ara telah ready dengan pakaiannya untuk ke kampus. Dia masih tetap dengan penampilannya, rambut sepunggung dengan sebuah topi bertengger indah di atas kepalanya serta setelan celana gunung dan baju kemeja kebesaran tidak hilang dari ciri khasnya sebagai seorang mahasiswa fakultas seni.“Kuliah pagi, sayang?” tanya sang Bunda saat dilihatnya Ara yang sudah bersiap untuk berangkat ke kampus.“Kuliah siang, Bunda. Tetapi, berangkat awal karena ada pertemuan nantinya dengan anggota Mapala,” ucap Ara sambil melangkah menuju dapur untuk sarapan.“Membahas apa nantinya?” tanya Bunda sambil menyiapkan sarapan untuk mereka.
“Hai, Re. Apa kabar? Aku tidak menyangka ternyata dunia ini beneran sempit. Kita malah dipertemukan di kampus yang sama cuma berbeda jurusan,” ucap Carista dengan mata berbinar karena dia sama sekali tidak menyangka jika hubungan Ara dan Reza terus berlanjut sampai sekarang.“Iya, Car. Aku juga tidak menyangka kita akan ketemu disini. Kemaren aku malah ketemu sama Kevin di fakultas Manajemen,” ujar Reza.“Benarkah? Kok kamu tidak cerita kalau ketemu sama Kevin? Aku juga pengen ketemu Kevin. Nanti siang kita cari Kevin, Car. Sekalian reunion,” ucap Ara dengan semangat akan tetapi hanya sebentar. Tubuhnya langsung hilang semangat karena mendengar ucapan yang keluar dari mulut Reza.Reza mendengus kasar mendengar ucapan Ara barusan “Jangan mencari Kevin jika tanpa aku. Ntar siang aku ujian praktek, jadi tidak bisa menemani ketemu sama Kevin,” sahutnya dengan wajah yang terlihat cemburu.“Hei,
“Kenalin, Lang. Ini Carista sahabat aku,” ucap Ara.“Hai. Salam kenal, aku Elang,” ucap Elang sambil mengulurkan tangannya kepada Carista.“Carista,” ujar Carista dengan menyambut uluran tangan Elang.Mereka memesan makanan dan minuman untuk mengisi perut yang sudah keroncongan karena sudah waktunya makan siang.“Ada berapa anggota yang akan ikut nantinya, Ra?” tanya Elang setelah mereka selesai makan siang.“Belum jelas, yang pasti semua anak mapala wajib ikut. Dari jurusan lain belum tau ada berapa. Semoga datanya sudah bisa direkap besok atau lusa,” ucap Ara.“Pasti banyak juga nantinya yang akan ikut, masalahnya kapasitasnya kan tidak ditentukan. Apalagi bergabung dengan fakultas lain,” seru Elang.“Hmm,” gumam Ara “Sebenarnya bagus jika banyak yang mau ikut karena semakin banyak kan semakin mudah menyusun acaranya.”“Acara
“Aku tau kok, Vin. Wajar, Sofia kan cantik,” ucap Ara yang berusaha tersenyum saat mengucapkannya meskipun hatinya terluka.“Sepertinya hubungan mereka khusus, karena Sofia ngefans berat sama Reza. Kemana mana selalu berdua,” terang Reza.“Aku hanya berprinsip jika jodoh tidak akan kemana, Vin,” senyum Ara.“Iya, Ra. Manatau jodoh aku adalah kamu,” ucap Kevin yang memang sudah lama mengincar Ara, akan tetapi cintanya selalu ditolak oleh Ara.Ara hanya tertawa mendengar ucapan Kevin yang seolah hanya angin lalu baginya.Setelah melewati perjalanan selama satu jam, akhirnya mereka sampai di lokasi perkemahan yang berada di sekitar perumahan penduduk kampung. Udara pedesaan yang menyambut kedatangan mereka terasa sangat segar dan melapangkan pikiran.Mereka berkumpul terlebih dahulu dan berdoa bersama di tempat lokasi kemah, agar diberikan kemudahan dan dijauhkan dari musibah dan kendala.M
Semenjak kembali dari acara kemah bakti tersebut, Ara tidak pernah lagi terlihat dengan Reza karena Ara sudah mengetahui dari Elang tentang hubungan Reza dan Sofia.Waktu berlalu dengan sangat cepat, tanpa terasa sekarang Ara sudah semester akhir.Jadwal kuliah sudah tidak sepadat dulu lagi, sekarang hanya disibukkan dengan seminar dan penyusunan skripsi.“Ra!” panggil Carista yang tampak mempercepat jalannya untuk mengejar Ara.“Ada apa, Car?” tanya Ara saat Carista sudah berada di sampingnya.“Aku ada cerita! Ke kantin yuk!”“Baiklah,” jawab Ara.Mereka melangkah menuju kantin kampus yang berada di depan jalan utama. Setelah memesan makanan, Carista memulai ceritanya.“Reza sudah putus sama Sofia,” ucap Carista memulai ceritanya.“Tau darimana?” tanya Ara dengan kening berkerut karena dia sudah lama tidak berhubungan dengan Reza semenjak beberapa b
“Sekarang lagi sibuk skripsi, Mom. Ntar, kalau skripsinya beres, Ara main kesana,” ucap Ara.“Kalau skripsinya sudah selesai, ntar kamu pindah saja sekalian kerumah Mom,” ucap Audelina sambil tertawa pelan.Sedangkan Ara malah menatap Bunda dengan penuh tanda tanya karena tidak mengerti dengan maksud ucapan Audelina barusan.“Sudah sampai dimana skripsinya?” tanya Bunda tanpa menjawab sinyal yang dilemparkan oleh Ara.“Tinggal Bab akhir, Bunda. Mudah mudahan selesai minggu ini,” ucap Ara.Selanjutnya yang terdengar adalah cerita ibuk ibuk yang jika sudah berkumpul pasti ada saja yang menjadi topic pembicaraan. Ara meninggalkan ruang tamu dan pindah duduk ke ruang keluarga.Terdengar ketukan di pintu depan saat Ara tengah menonton film kesukaannya. Ara berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang datang.Deg! Jantung Ara berpacu dengan sangat cepat saat melihat siapa yang datang.
Setelah mendapatkan informasi tentang semuanya Gilang kembali ke apartemennya. Dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu setelah seharian penuh menjalankan aktivitas dan tubuhnya terasa sangat lengket oleh keringat.Selesai mandi, Gilang merebahkan tubuhnya di kasur dengan pikiran menerawang jauh sambil memikirkan langkah apa yang akan dilakukannya besok untuk menyelamatkan hubungannya dengan Kiara.Gilang memperhatikan layar hapenya sambil membayangkan Kiara. Sudah sebulan mereka tidak saling menghubungi. Selain karena hubungan mereka yang menuju kehancuran, Gilang juga disibukkan oleh pekerjaan yang dikejar dateline.Gilang membuka ruang chat dengan Kiara.Gilang : Malam sayang. Apa kabar sekarang? Miss you…Setelah menekan tombol sent, Gilang meletakkan hapenya kembali karena sudah sangat yakin chatnya tidak akan dibalas oleh Kiara seperti yang sudah sudah. Jangankan dibalas, dibaca saja juga enggak.Gilang menatap langit langit k
“Ya enggak lah. Ngapain juga aku menemui dia. Aku ada janji dengan seseorang,” jawab Gilang.“Perlu aku temani?”“Tidak usah. Aku bisa sendirian. Lagian setelah itu aku juga mau kerumah Kiara,” sahut Gilang.“Ngapain kesana?” tanya David sambil menyimpan barang barangnya.“Sesuai dengan saran kamu maka, aku akan melamarnya malam ini,” ucap Gilang mantap.“Semoga sukses dan lamarannya diterima,” ucap David dengan tertawa pelan.“Kalau ditolak bagaimana?” tanya Gilang yang merasa sedikit ragu.“Itu resiko namanya. Berarti tidak ada jodoh diantara kalian. Masih banyak yang lain kok,” ucap David sambil mengusap punggung Gilang.“Ya sudah. Aku pulang duluan, ya?” ucap David setelah semuanya beres dan mejanya telah bersih kembali.Setelah kepergian David, Gilang segera membereskan mejanya dan menyusun kertas yang bersera