Jillian : Kenapa harus nginep?
Kenzo : Karena tadi di sini hujan dan aku belum selesai ngecek proyek.Jillian : Pokoknya pulang sekarang! Jill enggak mau kamu nginep sama tante Amira.Kenzo : Kita tidur beda kamar, sayang.Jillian : Tadi pagi janjinya pulang!Kenzo : Aku minta maaf.Jillian kessseeeeelllll!!!!!Kenzo : Baby …Kenzo : Sayang?Kenzo : Kalau aku bolak-balik terlalu jauh, aku bisa sampai jam dua pagi lalu aku harus balik lagi jam empat pagi untuk tiba jam delapan di proyek.Kenzo : BabyBegitulah isi room chat Kenzo dan Jillian saat ini.Kemudian ponsel Jillian berdering panjang, Jillian melirik layarnya dan nama beserta foto Kenzo memenuhi layar.Jangan harap Jillian akan menjawab panggilan telepon dari Kenzo, ia sedang kes“Aku enggak ada perasaan apa-apa sama Amira … kalau aku mencintai dia kenapa dulu aku memutuskan dia dan kenapa aku enggak nikah sama dia aja?” Kenzo menarik tengkuk Jillian untuk menyatukan kening mereka. “Karena aku udah nggak mencintai dia lagi, sekarang aku mencintai kamu … hanya kamu.” Jillian membisu, kehabisan kata-kata. “Kamu boleh enggak ngakuin aku sebagai suami kamu tapi tolong … jangan dekat-dekat sama cowok lain … kamu tahu rasanya cemburu, kan?” Jillian menganggukan kepala. “Aku merasakan seribu kali lipat sakit dari apa yang kamu rasakan karena aku sangat sangat sangat mencintai kamu.” Kenzo menjauhkan wajahnya, mengusap kepala Jillian dengan lembut, menyelipkan sejumput rambut ke belakang telinganya. “Aku akan memindahkan kamu ke kampus lain kalau cowok itu masih dekat-dekat sama kamu.” Meski Ken
“Jadi, ceritakan sama Mommy kenapa kamu kabur?” Laura dan Jillian melakukan semua percakapan ini menggunakan bahasa Inggris untuk menghargai Jeniffer yang tidak mengerti bahasa Indonesia. “Kenzo kerja terus, beberapa hari lalu ke luar kota trus kemarin malam ke Luar Negri … long weekend dia ke Malaysia dooonk … bayangin keselnya Jill ... jadi pas Kenzo pergi, Jill minggat ke sini.” Jillian memulai curhatnya sambil mengerucutkan bibir. “Di Malaysia ‘kan enggak long weekend.” Ucapan Laura itu percis seperti apa yang dikatakan Kenzo. “Tapi dia pergi untuk bekerja, bukan bersenang-senang.” Jeniffer mengingatkan. Jillian mengembuskan napas, melorotkan bahu, bersandar punggung lebih dalam. Kenapa sih tidak ada yang mengerti perasaannya? “Seharusnya kamu ikut setiap kali suami kamu pergi bussines trip, ayah mertua kamu selalu mencari wanit
Kenzo tidak tahu kenapa bisa ada istri dari daddynya di rumah sang mommy dan mereka tampak begitu dekat. Lalu kakak tirinya juga terlihat akrab dengan Jillian. Apa saja yang sudah dilewatkannya selama dua hari pergi ke Malaysia? Kenapa ia seakan pergi puluhan tahun lamanya hingga mendapati kenyataan tidak masuk akal seperti ini? Setau Kenzo, Jeniffer sangat membenci Mommy Laura termasuk dirinya. Tapi kenapa istri dari daddynya itu bisa ada di sini bahkan duduk satu meja bersama mommy Laura? Kenzo berpikir seiring langkahnya menaiki anak tangga yang diseret oleh Jillian setelah tadi Jillian pamit dari ruang makan dengan alasan ingin bicara sebentar dengannya. “Kamu tuh ya, masa ngomong gitu sama Mommy?” tegur Jillian, kedua tangannya ia letakan di pinggang setelah menutup pintu rapat. “Panggil aku kaya tadi lagi!” titah Kenzo masi
“Jill, aunty pulang setelah sarapan … kapan-kapan main lah ke New York … kamu harus kenalan sama Daisy dan Audrey, mereka baik dan manis seperti kamu.” Kemarin Jeniffer bercerita banyak tentang menantunya. Dan ternyata Jillian itu pandai berakting sampai Jeniffer memiliki kesan baik padahal aslinya kelakuan Jillian itu seperti Reog. “Iya aunty … nanti Jill ke sana sama Kenzo boleh?” Jillian mengaitkan tangan di pinggang Kenzo yang sedang merangkul pundaknya saat mendekat ke meja makan. “Boleh.” Jeniffer menjawab singkat, matanya melirik Kenzo sekilas. “Sarapan dulu Ken … Jill.” Laura berlagak seolah tadi malam tidak terjadi apa-apa, masih mau menyapa Kenzo dengan hangat. Seperti biasa, tidak ada sahutan dari Kenzo. Pria itu langsung duduk setelah sebelumnya menarik kursi di bawah meja makan untuk Jillian. Mata Ke
“Kenapa kamu enggak pernah cerita tentang Tiara? Kenapa enggak bilang kalau Tiara itu anak pak Adam Askandar? Kenapa kam—“ Kalimat Jillian terhenti karena bibirnya dibungkam oleh bibir Kenzo setelah pria itu merengkuh pinggangnya untuk mengikis jarak. Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit di mana Adam Askandar dirawat tadi Jillian bungkam seribu bahasa dan baru meledak ketika tiba di rumah. “Lepas ah, nyebelin!!!” Jillian mendorong dada Kenzo hingga pria itu mundur beberapa langkah. “Baby.” Kenzo mengesah, menyusul Jillian yang ngebut menaiki tangga. “Capek! Jill itu capek cari tahu tentang siapa kamu, Jill capek … kamu itu misterius banget, Jill jadi sanksi kalau kamu memang bener-bener cinta sama Jill.” Jillian nyerocos dengan nada tinggi penuh kekesalan. “Babyy ….” Kenzo menarik tangan Jillian membuat tubuh istrinya spontan berbalik dan ia langsung mengunci dengan memegang ked
Di antara desah, peluh dan kenikmatan yang sedang melingkupi mereka berdua—dengan sangat terpaksa Kenzo harus menghentikan hentakannya. “Kenapa?” Jillian bertanya dengan raut wajah nelangsa. Ia hampir sampai tapi Kenzo malah berhenti. “Aku enggak pakai kondom … kayanya abis, lupa beli.” Kenzo mengesah hendak mencabut miliknya untuk berhenti. Kedua tangan Jillian yang melingkar di tubuh Kenzo menahannya. “Lanjutin, enggak apa-apa enggak usah pakai kondom … sekali ini aja.” Jillian terengah frustrasi. “Kamu yakin?” Kenzo mengusap kepala Jillian lembut lalu mengecup keningnya setelah sang istri menganggukan kepala. “Aku enggak bisa janji keluar di luar, Baby.” Kenzo menggeram, pacu hentakannya menaikkan tempo. Jillian menjawab dengan desahan dan lingkaran tangan di leher Kenzo. Pria itu melengkungkan tubuhnya lalu menekuk kedua lutut sehingga penetrasi yang dilakukan bisa lebih d
“Yaaang … sayaaaang.” Jillian berusaha menyamai langkah panjang Kenzo yang berderap menuju kamar mereka. Ketika makan malam tadi, Kenzo mengatakan dengan tegas menolak untuk mengalih namakan GZ Corp menjadi namanya. “Yaaaang,” jerit Jillian ketika kakinya salah memijak hingga nyaris jatuh tersungkur berguling-guling di anak tangga jika saja Kenzo tidak cepat tanggap menangkap tangannya. “Hati-hati sayang,” tegur Kenzo tapi raut wajahnya tampak bersalah menyadari Jillian hampir saja jatuh karena mengejarnya. “Abis kamunya enggak mau denger,” gerutu Jillian yang berada di dalam pelukan Kenzo. Kenzo mengembuskan napas panjang lantas merangkul Jillian melanjutkan langkah mereka menuju kamar. "Kamu harus pikirkan matang-matang, ini keputusan besar dan enggak bisa asal aja." Akhirnya Kenzo menyambung pembicaraan mereka saat di meja makan
“Babyyy ….” Prank! Jillian melempar guci-guci berukuran kecil dan sedang yang merupakan hiasan di lemari partisi. Bukan tanpa sebab karena semenjak GZ Corp beralih kepemilikan kepada Kenzo—pria itu lebih sering di luar dibanding di rumah. Sekalipun berada di rumah, Kenzo akan menghabiskan waktu di ruang kerjanya. Jillian tidak tahu kapan suaminya pulang, kapan suaminya tidur dan kapan suaminya bangun. Awalnya Jillian berusaha untuk memahami tapi sudah sebulan Kenzo selalu pulang malam atau pria itu akan tiba-tiba melakukan perjalanan bisnis ke luar kota atau ke luar Negri membuat durasi bercinta mereka berkurang drastis, bayangkan saja mereka hanya bercinta satu kali bulan ini. Dan ketika di hari minggu yang cerah ini Jillian ingin bersama Kenzo—pria itu malah mendapat telepon mendadak dan harus pergi ke Singapura. Untuk melampiaska