Di dalam sebuah kamar hotel, terlihat dua orang gadis yang tengah berpelukan dengan erat. Kamar yang seharusnya diisi oleh lima orang itu mendadak sepi karena semuanya harus hadir mengikuti kegiatan kantor. Keadaan Fasya yang memang tidak baik-baik saja membuatnya memilih untuk izin dan mengurung diri di kamar hotel. Dari semalam, dia sudah menahan tangisnya agar tidak menarik perhatian para seniornya. Saat keadaan sudah sepi, tangis Fasya pun pecah. Dia bergelung di pelukan Dinar seperti anak kecil. Tangisnya terdengar sangat menyakitkan. Semua kekesalan Fasya sudah benar-benar memuncak. Rasa lelah yang ia rasakan sudah berada di ujung batas. Fasya benar-benar ingin menyudahi ini semua. "Gue nggak kuat, Dinar." Dinar mengelus kepala Fasya sayang. Berusaha menguatkan sahabatnya agar tetap bertahan dan waras. Di mata orang asing, masalah yang Fasya alami bukanlah masalah yang sukit. Semua orang pasti beranggapan jika Fasya adalah orang yang beruntung karena bisa menikah denga
Dengan mata yang terpejam, Adnan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang. Sesekali dia menghantamkan kepala bagian belakngnya di sana, berharap jika semua pikiran-pikiran berat yang ada di kepalanya segera menghilang. Namun sayangnya, semakin dia berusaha mengenyahkan semuanya, semakin pula Adnan dibuat gila karena memikirkannya. "Pake ini dulu," ucap Niko memberikan kain yang berisi es batu. Tanpa membantah, Adnan menerima es berbalut kain itu dan menempelkannya pada pipi serta sudut bibirnya. Terdapat luka lebam yang cukup terlihat di sana. Tentu saja pukulan Niko bukan main kerasnya. Pria itu seolah menggunakan semua tenaga dalamnya. Untungnya emosi itu hanya sesaat karena malm harinya pria itu kembali datang dengan membawa beberapa obat. Bisa saja Adnan marah karena tingkah Niko yang menyebalkan. Namun entah kenapa dia pasrah dan menerima semua tuduhan dan umpatan Niko. Adnan sadar jika dia sudah menyakiti Fasya. Namun dia tidak bisa menahannya. Jika bisa, dia akan memb
Di sebuah restoran hotel, terdapat satu meja berukuran besar yang telah diisi oleh banyak orang. Semua bangku yang terisi penuh menandakan jika semua orang turut hadir dan berpartisipasi dalam acara yang dibuat. Kali ini bukan acara kantor, melainkan secara pribadi di mana Kinan mengundang karyawan departemennya untuk berkumpul bersama. Dia memilih malam ini karena hanya sekarang mereka memiliki waktu luang tanpa adanya kegiatan kantor. Meskipun tubuh lelah karena mengikuti kegiatan seharian, para karyawan tetap hadir untuk memeriahkan acara, yaitu ulang tahunnya. Ya, hari ini Kinan berulang tahun dan malam ini juga dia sudah merencanakan semuanya. Kali ini Fasya tidak bisa menghindar. Acara ulang tahun Kinan hanya dihadiri oleh orang-orang dari departemen mereka, oleh karena itu dia memilih untuk hadir. Meskipun marah pada Adnan bukan berarti dia juga harus menghindari Kinan. Fasya sadar jika mereka berdua sama-sama terjebak dalam situasi rumit ini. "Semoga Bu Kinan panjang u
Di dalam ruang kerjanya, mata Denis tak teralihkan sedikitpun dari ponselnya. Rahangnya mengeras karena rasa tidak sabar yang menguasai hatinya. Demi Tuhan, seharusnya Kinan sudah menghubunginya saat ini. Namun sejak wanita itu mematikan panggilan secara sepihak semalam, Denis belum mendapatkan panggilan lagi dari wanita itu. Denis butuh informasi. Dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi agar bisa segera membuat rencana. Apa yang Denis lakukan selama ini pada Adnan bukan tanpa alasan. Selama ini dia muak selalu menjadi bayang-bayang Adnan. Dulu, saat Denis belum mengetahui perselingkuhan ibunya dan berpikir jika dia juga keluarga Atmadja, dia sangat menghormati Adnan. Denis tidak peduli dengan kasih sayang khusus yang kakek berikan pada Adnan. Toh, dia juga merupakan seorang Atmadja. Namun semuanya berubah saat ia tahu perselingkuhan ibunya. Bohong jika Denis tidak marah. Tentu dia sangat marah dan jijik dengan apa yang ibunya lakukan. Sayangnya kemarahan itu membuat ibunya membon
Dengan bersiul, Niko berjalan santai di belakang Adnan dan Fasya. Wajahnya tampak sumringah karena rasa bahagia. Bagaimana tidak senang jika dia melihat perubahan Adnan yang luar biasa? Meskipun Fasya harus sakit terlebih dahulu, tetapi semua berakhir memuaskan dengan kesadaran Adnan yang berangsur muncul. "Hati-hati," ucap Adnan membantu Fasya untuk menaiki tangga teras menuju pintu utama rumah mereka. Hal itu membuat Niko lagi-lagi harus menahan tawanya. Mendadak dia merasa geli dengan tingkah Adnan yang berlebihan. Kondisi Fasya sudah jauh lebih baik, meskipun masih belum bisa beraktivitas berat seperti biasa karena itu memerlukan sedikit waktu. Setelah dokter mengizinkan Fasya untuk pulang, hari itu juga mereka langsung kembali ke Jakarta. Mendadak Niko berperan sebagai asiaten pribadi Adnan yang membantu pria itu untuk mengurus semuanya karena selama Fasya sakit, fokusnya hanya tertuju pada gadis itu. "Biar saya gendong ke kamar." Fasya dengan cepat menggeleng. Dia mena
Perasaan cinta dan sayang bisa tumbuh kapan saja tanpa disadari. Meskipun banyak perdebatan dan pertengkaran yang terjadi, dengan begitu manusia bisa saling mengerti dan memahami satu sama lain. Bukan tidak mungkin rasa itu akan muncul secara tiba-tiba. Itu juga yang terjadi pada Adnan. Setelah beberapa hari berpikir dan meratapi nasib percintaannya, Adnan memutuskan untuk tidak lagi menepis perasaannya. Adnan sadar jika dia memiliki rasa istimewa untuk Fasya. Keberadaan gadis itu di sampingnya adalah hal yang paling ia inginkan saat ini. Melihat Fasya jatuh sakit kemarin membuat Adnan tertampar. Dia benar-benar tidak mau kehilangan gadis itu. Selain itu, Adnan sadar jika sikap menyebalkannya selama ini semata karena cemburu. Adnan takut jika Fasya memiliki pria lain dan mengabaikannya. "Bekal kamu?" "Ada." "Botol minum?" "Ada, Mas." Fasya memutar matanya jengah. "Obat dan vitamin?" "Astaga! Ada, Mas. Udah lengkap di tas. Mas Adnan sendiri yang siapin semuanya tadi mas
Di dalam ruang kerjanya, Adnan mendorong berkas yang baru ia baca untuk kembali merenung. Dahi yang berkerut dalam menandakan jika ia tengah berpikir keras saat ini. Tidak, Adnan sedang tidak memikirkan pekerjaan. Ada hal lain yang mengganggu konsentrasinya saat ini. Setelah kembali dari istirahat makan siang, Adnan tidak sengaja mencuri dengar karyawannya yang tengah bergosip. Mulai dari topik bonus akhir tahun, pernikahan salah satu karyawan, hingga kabar kedekatannya dengan Fasya. Adnan tidak menyangka jika kabar itu menyebar begitu cepat. Seharusnya ia tahu jika hal ini akan terjadi, tetapi tetap saja Adnan masih terkejut dan belum menemukan jalan keluar yang pas untuk masalah ini. Malah dia semakin takut jika Fasya kembali marah padanya. Adnan yakin jika gadis itu juga mendengar gosip yang sama. Satu hal lagi yang mengganggu pikiran Adnan saat ini, yaitu keputusan Kinan untuk mengundurkan diri dari perusahaannya. Ada rasa kesal di hati Adnan karena dia mendengar kabar itu d
Suasana ruang tamu rumah Adnan terlihat sangat sepi. Keberadaan Denis di sana tidak membuat kehebohan yang berarti. Tentu saja, dia datang di saat Adnan dan Fasya berada di kantor. Pilihan yang tepat agar bisa leluasa bertemu kakek. Jika saja ada Adnan di rumah ini, tentu pria itu tidak akan membiarkan Denis berdua bersama kakeknya sendiri. "Kaki kakek udah baikan?" tanya Denis perhatian. "Sudah nggak sakit, kok." "Kakek nggak mau balik ke rumah?" Kakek menggeleng mendengar itu. "Kakek masih mau tinggal di sini." Denis menunduk dengan ekspresi wajah yang cukup membuat kakek bertanya-tanya. Dia memang sangat ahli dalam hal seperti ini. "Kenapa, Denis? Ada apa?" Denis tersenyum kecut dan menggeleng. "Kalau kakek tinggal di sini terus, aku nggak bisa ketemu kakek dengan bebas." "Kata siapa?" Dengan bijak kakek menepuk bahu Denis. "Kamu bisa dateng kapan aja. Kalau kamu takut sama Adnan, kamu bisa ajak kakek keluar." "Pasti Mas Adnan nggak izinin, Kek." "Bukannya hub