Semua orang sudah berada dirumahnya masing-masing, Lena masih saja terdiam setelah pertemuannya dengan Max tadi. Marshel yang cemas segera menghubungi ayahnya dan memintanya untuk segera kembali kerumah.
"Bagaimana bundamu," tanya Rizal yang baru saja datang.
Namun samar-samar Rizal mendengar suara tangis Sasa, ia pun mengerutkan dahinya sambil mengikuti arah sumber suara tangis cucunya tersebut.
"Ada apa ini, apa yang terjadi," panik Rizal melihat Nio sedang mengompres pipi putrinya sedang Sasa menangis disebelahnya.
"Ayah," seru keduanya bersamaan.
"Jelaskan sama ayah, apa yang sebenarnya terjadi."
Nio menceritakan semuanya, semua hal dari awal masuknya Max hingga insiden pemukulan istrinya. Sesuai dugaan, Rizal tak terima dan marah besar. Beruntung Marshel berhasil menahan ayahnya agar tak gegabah dalam bertindak.
"Jadi bunda kamu seperti itu karena pertemuannya dengan Max ini?"
"Benar yah, aku makanya langusung minta
Max benar-benar ketakutan, ia tak menyangka jika apa yang diucapkan istrinya memang benar adanya. Wanita itu ternyata masih hidup, orang yang seharusnya mati namun ternyata masih hidup dan membuat Max sangat terkejut.Irma yang mendapat amukan Max hanya bisa diam membawa Cica untuk kembali kekamarnya, Syan sendiri tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan papanya sebab ia merasa amarah papa nya kali ini bena-benar berbeda."Bagaimana, apa kamu bertemu dengan wanita itu?" tanya Irma yang mendekati Max didalam kamarnya."Ehm," singkatnya."Benar, ternyata wanita itu masih hidup. Kalau dia masih hidup maka kemungkinan laki-laki itu juga masih hidup. Bagaimana ini," paniknya menggigiti kukunya.Max sama sekali tak menghiraukan istrinya, ia benar-benar fokus dengan apa yang sedang difikirkannya saat ini."Max, aku sedang berbicara kepadamu. Jangan diam saja," bentak Irma yang merasa begitu kesal telah diacuhkan.Plak!"Terla
Kasus kecelakaan itu akan ditangani langsung oleh Rizal, ia tak ingin melibatkan Sabrina kedalam masalah ini. Terlebih kini kondisi Sabrina begitu tak memungkinkan, ada calon bayinya yang harus terus diperhatikannya."Sesuai dengan keputusan ayah, hanya kita yang akan menyelidiki kasus ini lebih lanjut," seru Marshel yang saat ini tengah berada didalam ruang kerja ayahnya."Biarkan saya mewakili istri saya untuk ikut mengungkap kasus kecelakaan ini ayah."Nio masuk dengan tiba-tiba, Rizal tak bisa melarang keikutsertaan menantunya itu. Terlebih Rizal membutuhkan kekuatan Nio untuk membantunya dalam masalah ini."Tapi ingat, ini hanya kita bertiga yang tahu. Ayah tidak ingin mendengar Nana (Sabrina) kembali mengungkit ini.""Ayah tenang aja, aku akan menjaga istri aku dengan sangat hati-hati.""Jangan hanya jaga istrimu, jaga juga cucuku Sasa juga calon cucuku itu."Nio tersenyum tanpa menanggapi ucapan mertuanya, dalam hatinya ia begi
Keluarga kecil itu tiba dirumah sakit terbaik dikotanya, namun Nio begitu tak terima ketika dokter kandungan istrinya diganti begitu saja tanpa pemberitahuan kepadanya."Mana bisa begini, lancang sekali kalian ini," marahnya."Maafkan kami tuan, tapi in keputusan dokter tersebut. Kami juga tidak bisa melarangnya, ini hanya sementara saja.""Sementara katamu, aku tidak akan membiarkan istriku disentuh oleh laki-laki lain selain aku.""Tapi kami tidak memiliki dokter wanita lainnya dibagian kandungan tuan, mohon dimengerti.""Kemana Alex ini, kenapa masih belum datang juga," kesalnya.Nio tak terima dengan rumah sakit yang mengganti dokter Sabrina, ia marah dan kesal ketika tahu jika dokter penggantinya adalah seorang dokter laki-laki yang masih muda dan berparas menggoda.Sedang Sabrina dengan Sasa hanya bisa duduk terdiam melihat Nio berdebat dengan kepala rumah sakit untuk hal sepele ini. Keduanya hanya bisa menjadi penon
Sabrina hanya bisa melihat suami serta kakaknya sedang berbicara cukup jauh dari tempatnya, ada hal yang saat ini tengah disembunyikan Nio darinya namun ia tak bisa mencurigainya. Sabrina hanya bisa menunggu sesuai dengan apa yang suaminya perintahkan."Bagaimana Syan?"Syan hanya terdiam, ia benar-benar tak tahu harus bereaksi apa kali ini. Antonio dengan sadarnya menceritakan hal yang mungkin telah papanya perbuat dimasa lalunya, entah apa yang membuat Nio begitu percaya dan berani mengatakan hal itu pada Syan."Bagaimana," tanya lagi Nio ketika Syan hanya terdiam dengan pandangan menerawangnya."Ehm, gimana tuan?""Bagaimana dengan bantuan yang saya butuhkan barusan, apa kamu bersedian membantu saya kali ini?"Syan masih bimbang, jika ia menerima permintaan Nio maka ia sama saja melawan papanya namun jika ia menolaknya maka apapun yang terjadi papanya itu tetap akan menerima hukuman itu."Baiklah, saya akan berusaha mem
Selly yang sudah kehilangan Matius begitu frustasi dibuatnya, semua jalan untuk menghubungi kekasihnya itu rasanya buntu tak ada jalan lagi. Ia bingung harus meminta bantuan pada siapa untuk menemukan kekasihnya itu.Ditengah rasa gundahnya itu, Lastri kembali masuk mempengaruhi hati putrinya."Dengarkan mama kali ini nak, ini demi masa depan kamu juga," ucap Lastri duduk menyilangkan kakinya dengan begitu angkuhnya."Mam tahu siapa yang aku cintai, aku hanya ingin Matius dan tidak akan ada laki-laki lain selain dia.""Bodoh! Kamu sudah dibutakan dengan cinta konyolmu itu.""Terserah mama mau bilang apa, yang jelas aku nggak akan kembali bersama Nio seperti yang mama minta.""Dengarkan mama, bukan mama memaksa kamu untuk kembali kepadanya. Mama hanya ingin kamu memanfaatkan kekuasaanya saja.""Maksud mama?""Kamu dekati lagi mantan suamimu itu, bersikaplah seolah kamu sudah berubah dengan versi yang lebih baik.""L
Nio datang memenuhi undangan Selly, ia datang bukan karena ingin bertemu namun hanya karena ini masalah tentang putrinya.Namun saat dirinya baru saja mendudukkan dirinya, Bulan menghubunginya dan menanyakan keberadaannya. Dengan sangat terpaksa ia berbohong dan mengatakan sedang ada sebuah meeting diluar dengan clientnya.Bulan sedikit kecewa dengan itu, terlebih saat itu ia mengaktifkna louspeaker ponselnya hingga Sabrina mendengar dengan jelas suara suaminya.Sesampainya dicafe itu entah kenapa Sabrina begitu senang, moodnya tiba-tiba membaik secara tiba-tiba. Ia mengatakan kepada Bulan jika ia menyukai cafe romantis itu, ia juga mengatakan akan mengajak Nio serta Sasa untuk datang mengunjungi cafe tersebut."Nggak bisa, dia putri saya dan kapanpun hanya akan menjadi putri saya," tegas Nio."Aku mohon, aku tahu selama ini aku bersalah terhadap kalian. Tapi tolong beri aku satu kesempatan ini dan biarkan aku menebus semua kesalahan aku," mohonnya
Rizal sedikit demi sedikit berhasil mengumpulkan data orang-orang lama yang pernah terlibat dengan perusahaannya juga perusahaan yang dipimpin oleh Ma saat ini. Ada kemungkinan besar jika orang-orang ini ada keterlibatan dalam kecelakaan yang di alaminya."Gimana nak, kamu udah temukan datanya," tanya Rizal pada putranya."Masih belum ayah, sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu. Data yang kita cari ini sepertinya secara khusus disembunyikan deh," tebaknya sambil berkutat dengan laptopnya."Kamu cari terus data itu, ayah akan keluar bertemu dengan seseorang dulu," ucapnya.Marshel mendongakkan kepalanya, menatap ayahnya yang kini bersiap meninggalkan perusahaan. Entah mengapa ada rasa takut serta cemas ketika Marshel melihat ayahnya akan pergi seorang diri."Yah, biar aku temenin ya?""Nggk usah, kamu disini aja ya. Kamu terus cari data itu sampai ketemu, jangan biarkan mereka menyadari kalau kita sedang membuka kasus lama ini.""Ba
Sabrina tiba dirumah sakit dan segera mendapat pertolongan pertamanya. Dokter Abel begitu panik saat Alex menghubunginya dan mengatakan kondisi terkini dari nonanya.Bulan tak hentinya menangis, ia sungguh khawatir dengan kondisi menantunya itu. Ditengah rasa cemasnya itu, guru kelas Sasa tiba-tiba menghubunginya. Guru itu mengatakan jika Sasa tiba-tiba mencari mamanya.Tak hanya itu, Sasa bahkan terus menangis sembari memanggil-manggil sang mama. Mereka memang tak ada ikatan antara anak dengan ibu kandungnya, namun mungkin ikatan mereka jauh lebih kuat dari pada itu."Lex tolong kamu jemput Sasa disekolahnya ya. Bawa dia kesini menemui mamanya.""Apa tidak masalah nyonya, nona mungkin membutuhkan ruang untuk istirahat.""Entahlah Lex, tapi anak itu saat ini sedang menangis tak berhenti. Dia terus memanggil mamanya.""Apa mungkin nona kecil memiliki ikatan dengan nona muda?""Mungkin saja, mungkin karena rasa tulus Sabrina