"Ada apa Mbak Suha kemari? Kok bisa tahu aku di sini?" tanya Mazaya, usai membuka pintu rumahnya.Namun, Nasuha bukannya menjawab, tapi langsung memasang wajah sedihnya dan langsung memeluk Mazaya."Yaya, aku lagi sedih dan gak tau lagi harus ngomong sama siapa," ucap Nasuha lirih.Mazaya menghela nafasnya panjang, lalu melepaskan pelukan kakak angkatnya itu darinya. Ia hanya tidak habis pikir dengan kakaknya itu saat ini. Padahal dulu membuangnya begitu saja usai menikah dengan Devan, seakan kehadirannya tidak pernah ada di dunia ini. Lalu sekarang apa? Tiba-tiba datang dengan tangisan di wajahnya. Apa ia harus menaruh iba kepada wanita di depannya itu?"Baiknya Mbak Suha duduk dulu di sini. Aku akan ambilkan air. Ah, kalau Mbak mau bisa ikut makan malam bersama kami di sini," ajaknya yang sebenarnya hanya sebatas basa-basi saja, sungguh ia tidak ingin berurusan lagi dengan kakak angkatnya itu. Tapi, tidak bisa ditunjukkannya langsung.Nasuha menganggukkan kepalanya, lalu duduk di sal
"A-pa maksud Mbak, Aska mirip sama Pak Devan? Ya, enggak lah! Itu cuman perasaan Mbak Suha kayaknya ... Selain itu juga mustahil anakku itu anak dari suaminya, Mbak. Dia anak dari pacar aku yang lain. Tapi, sayangnya dia gak mau tanggung jawab."Mazaya mengatakan itu semua dengan sedikit terbata, tapi berusaha ditutupinya dengan sikap yang setenang mungkin dan lebih seperti menunjukkan rasa sedihnya.Nasuha tidak langsung menanggapi ucapan Mazaya dan masih memperhatikan wajah Askara yang tidak lain adalah keponakannya itu. Menurutnya apa yang dikatakan oleh Mazaya mungkin ada benarnya, bahwa kemiripan yang dilihatnya hanyalah perasaannya saja atau mungkin karena terlalu menginginkan seorang anak.Sedangkan Nadia cukup terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Mazaya. Ia yakin Mazaya bukan wanita yang dengan mudahnya menyerahkan kehormatannya pada pria yang berstatus pacar. Entah hal apa yang disembunyikan oleh temannya itu. Tapi, ia hanya bisa diam saja untuk saat ini."Mbak Suha," p
"Biar aku aja yang buka, Yaya."Nasuha bergerak dari kursinya, lalu berjalan menuju ke pintu depan.Sementara Mazaya sendiri mengiyakan keinginan kakaknya itu."Iya, Mbak."Mazaya yakin, jika Nasuha yang pertama kali dilihat oleh Devan ketika membuka pintu, pria itu mungkin tidak akan sembarangan untuk bicara.Pintu pun terbuka.Dan benar saja yang datang itu adalah Devan, dengan raut wajah kebingungan karena adanya Nasuha di tempat Mazaya. Meskipun sebisa mungkin ditutupinya dengan bersikap tenang.Hal serupa pun dilakukan oleh Nasuha saat ini karena nyatanya ia tidak menyangka jika Devan akan mencarinya sampai ke rumah Mazaya."Mas Devan, kenapa ada di sini? Bukannya Mas harus keluar kota dan nggak pulang malam ini?" tanya Nasuha dengan menyipitkan matanya menatap ke arah Devan."Acaranya dibatalkan. Aku ke sini untuk memastikan apa mungkin di tempat lain selain di tempat ini. Soalnya nomor ponsel kamu tidak bisa dihubungi dari pagi dan bahkan Ibu juga menelpon kamu dan sekarang ada
"Ma-maksudnya apa ini dianulir mendadak? Apa ini ulah Pak Devan?"Dengan mengepalkan tangannya, Mazaya menebak-nebak siapa sebenarnya orang dibalik pembatalan tunjangan yang didapatnya. Setahunya itu sama saja dengan menyalahi kontrak yang ada. Mazaya membalas pesan yang masuk, tapi sama sekali tidak mendapatkan balasan."Ini gak bisa dibiarkan," gumamnya seraya melajukan kendaraan yang dikemudikannya saat ini.Setibanya di kantor, orang yang pertama kali ditemui oleh Mazaya adalah Erina. Bagaimana pun wanita tersebut adalah orang pertama menawarinya pekerjaan dan juga segala tunjangan yang menggiurkan."Bu Erina, saya mau bicara sebentar," ucap Mazaya begitu bertemu dengan wanita tersebut.Namun, sikap ramah Erina yang sebelumnya ada kini seperti menguap entah kemana dan menjadi sosok yang berbeda."Tolong jaga sikap anda, Bu Mazaya! Ini hari pertama anda bekerja dan seperti ini sikap anda kepada atasan anda sendiri?" tegasnya.Mazaya mengerjapkan matanya mendengar sikap angkuh da
"Maksudnya apa ini? Anda jangan bercanda Pak Devan! Saya serius mengatakan bahwa anda telah menyalahi kontrak. Lalu apa ini? Anda meminta aku untuk angkat kaki dari rumah itu segera mungkin!"Dengan nada tegas Mazaya menyimpan lembaran kertas yang ada di tangannya itu ke atas meja dengan kasarnya. Bahkan bisa dikatakan melemparnya di depan Devan.Sedangkan Devan hanya tersenyum tipis melihat bagaimana reaksi dari Mazaya saat ini."Sebaiknya kamu jangan baca setengah-setengah! Baca semuanya baru katakan pendapatmu," tegas Devan kembali menggeser lembaran kertas tadi agar dibaca oleh Mazaya."Untuk apa saya baca, jika pada akhirnya saya tetap diusir dari rumah itu!" ucap Mazaya menolak keinginan dari Devan. Lagi-lagi Devan tersenyum tipis. "Baca saja, Mazaya! Atau kamu mau aku mengikat tanganmu itu sambil aku bacakan dengan keadaan tubuh kamu tanpa sehelai--""Akan saya baca," sela Mazaya dengan mendelikkan matanya, lalu menyambar lembaran kertas di depannya itu.Dengan helaan nafas p
"Saya akan keluar sekarang!" tegas Mazaya, seraya beranjak dari sofa yang didudukinya dengan menatap tajam kepada Devan saat ini.Bagaimana tidak, sebelumnya Mazaya harus mendengar ucapan Devan yang meminta untuk dilayani dan hal itu benar-benar sudah di luar batas serta tidak bisa ditolerirnya lagi.Sementara Devan malah tergelak melihat bagaimana reaksi Mazaya saat ini. "Sebaiknya kamu duduk dulu, Yaya ... Tidak tahu aku salah bicara atau mungkin kamu yang berpikiran sempit saat ini. Kamu pikir aku minta dilayani di mana? Di kamar, di atas ranjang atau mungkin di hotel? Sepertinya kamu memang cepat sekali salah paham," tuturnya. "Duduk sekarang atau aku akan tambah syaratnya," ucapnya dengan lebih tegas dari sebelumnya.Mazaya melipat bibirnya saat ini. Ia sama sekali tidak bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Devan sekarang. Entah itu hal baik atau hal buruk yang akan didapatnya."Tolong katakan dengan jelas, apa sebenarnya maksud anda tadi?" tanyanya memastikan."Dudu
"Harusnya tuh adik pungut aku itu yang dijodohkan sama Devan, tapi aku minta ayah yang batalkan itu. Ya secara gitu loh mana rela aku biarin dia dapat cowok ganteng juga tajir ... Oh iya satu lagi, aku juga sempat masukkan obat perangsang waktu Mas Devan di hotel, tapi sayangnya malah gak sempet unboxing gara-gara ada masalah di rumah ...."Kata-kata itu lah yang terdengar oleh Devan melalui rekaman video yang dilihatnya saat ini. Di mana ada rahasia besar yang terbongkar.Alasan Mazaya sampai hamil tanpa seorang suami dan Devan yang mengalami masalah reproduksi. Itu tidak lain adalah perbuatannya Nasuha di balik semuanya."Keterlaluan! Belum cukup kamu batalkan perjodohan itu, tapi kamu juga punya niat buruk sampai aku tidak sadar membuat adikmu itu hamil," decak Devan sembari mengepalkan tangannya. Ia hampir saja menggebrak meja dan menyapu semua yang ada di sana. Beruntung, ia masih bisa menahan emosinya saat ini.Devan tidak akan menunda lagi untuk menjadikan Mazaya sebagai istriny
"Cewek murahan? Siapa yang kamu maksud?"Mazaya yang tidak terima disebut wanita murahan oleh Vivian, membalas perbuatan wanita tersebut dengan balik menyiramkan air yang ada di tangannya ke wajah Vivian.Sontak saja mata Vivian melebar karena mendapat serangan balik dari Mazaya yang tidak pernah disangkanya."Hei, apa yang kamu lakukan?! Ini baju mahal dan kamu malah seenaknya siram--"Ucapan Vivian terjeda, di saat Mazaya kembali menumpahkan air di pakaiannya."Hei, kamu apa yang--""Apa masih kurang?!" sentak Mbak jaya menyela ucapan Vivian dengan menyorot tajam. " Apa harus siram wajah anda yang mahal itu dengan saus sambal?! ... Tolong ya, jangan asal sembarangan menuduh tanpa bukti. Ini di kantor dan ada banyak orang di sini. Anda tiba-tiba datang nuduh aku wanita murahan karena ingin mendapatkan perhatian orang di sini kan! Apa itu pantas dilakukan oleh wanita terhormat seperti anda ini?" kecamnya yang terdengar tidak main-main.Mazaya sudah makan asam garam selama empat tahun