“Tatapan mas Evan itu untuk siapa? Akukah? Atau untuk Susan?” tanya Renata dalam hatinya dengan tidak tenang.Dia melihat tatapan penuh kekaguman dan juga tak ingin melepaskan dari sorot mata Evan saat ini. Namun, karena jarak yang jauh dia tidak bisa memastikan ke mana arah tatapan suaminya itu. Renata tidak pernah melihat tatapan Evan yang seperti itu pada wanita lain selain dirinya.Renata mengiringi Susan hingga ke lantai dasar dan duduk berdampingan dengan Evan di depan penghulu. Kedua orang itu bertemu setelah semalaman tidak saling bertemu dan juga tidak saling bertegur sapa. Semua persiapan dan perlengkapan dilakukan oleh Renata seorang diri.“Sekarang kalian udah resmi sebagai suami dan istri. Silakan tanda tangan kertas sebagai bukti hubungan kalian ini. Nanti, kalau semua berkas yang dibutuhkan udah selesai dan bisa diurus, segera diganti dengan buku nikah. Ini hanya sementara agar tidak terjadi fitnah seperti yang dikatakan oleh mba Renata kepada saya kemarin,” ungkap pak
Renata sungguh tidak bisa berkata-kata mendengar ucapan Susan itu. Baginya, semua yang dikatakan Susan itu masuk akal. Namun, tidak seperti itu yang dia harapkan dan bayangkan sejak awal. Bagaimana Susan bisa dengan penuh rasa percaya diri mengambil posisinya saat ini? Lalu, Evan juga tidak terlihat seperti akan berpihak kepadanya.“Mas!” panggil Renata seperti sedang meminta pembelaan pada lelaki yang selalu mencintainya itu.“Maaf, Sayang. Kamu menginginkan pernikahan ini sejak awal dan semua udah terjadi sekarang. Apa yang dibilang Susan itu benar,” ungkap Evan dan semakin membuat Renata tidak berkutik lagi.“Jangan panggil mba Renata dengan sebutan sayang dong, Mas. Di sini aku yang istri kamu, bukan mba Renata!” ucap Susan yang langsung meralat perkataan Evan tadi dan melirik ke arah tamu yang masih menyantap hidangan di sekitar mereka bertiga.Evan langsung mendehem salah tingkah, begitu pula dengan Renata yang sedikit menjaga jarak dari Evan. Hatinya terasa hancur dengan peruba
“Apa maksud kamu, Mas? ““Maksud gimana? Kamu kalau nanya yang jelas, dong.”“Kamu sengaja ngomong gitu di depan penghulu tadi supaya aku sakit hati kan?”“Ngomong seperti apa, Rena? Kamu datang-datang langsung ngamuk nggak jelas. Apa lagi yang nggak kamu dapatkan dari yang udah kamu rencanakan? Lakukan semuanya sepuas kamu!” jawab Evan dengan suara tinggi dan wajah memerah menahan amarah.Sejak tadi dia sudah sebisa mungkin menahan rasa kesal dan marahnya. Namun, tetap saja semua itu terkalahkan oleh rasa cinta dan sayangnya kepada Renata. Tidak bisa dipungkiri kalau Evan mencintai Renata sangat dalam sehingga dia rela melakukan semua yang diinginkan oleh wanita itu sekarang. Dia menikahi Susan demi membuat Renata merasa puas dan senang dengan ambisinya.Meski di depan Susan, dia tetap harus berpura-pura bersikap tenang dan santai. Agar wanita itu juga tidak curiga pada sikapnya. Semua memang demi anak dan semua itu adalah keinginan yang Renata utarakan sejak lama padanya.“Mas! Kamu
Renata tidak bisa menghentikan tangisnya karena merasa bahwa semua ini adalah resiko dari keputusannya. Seharusnya, sejak awal dia sudah bisa memprediksi semua hal yang mungkin saja terjadi seperti saat ini.[Awalnya aku pikir semua mudah dan pasti bisa aku lalui dengan lapang dada. Tapi, ternyata aku salah dan semua terlalu menyakitkan untuk aku rasakan saat ini. Meski begitu, bukan kah semua adalah pilihanku dan aku harus bisa melewatinya. Semangat, Renata! Kamu hebat dan kamu bisa!]Renata baru saja mengunggah sebuah status di salah satu media sosialnya. Di sana tempat Renata berkeluh kesah dan meluapkan perasaannya. Tidak banyak orang yang tahu akun barunya itu karena memang Renata memprivasikan akun itu dari keluarga serta dari teman-teman dekat.Hanya satu orang teman lamanya yang tahu akun itu karena memang Renata tidak ingin dia tahu akun asli Renata. Orang itu adalah Rizal – mantan suaminya yang baru bertemu dengannya kemarin di Bali. Mereka sudah bertukar akun media sosial d
“Mau ngambil air, Nak?”“Iya, Mbok Nah. Air di kamar habis.”“Ya udah, sini biar Mbok Nah bantu isiin.”“Nggak usah, Mbok Nah. Biar aku aja isi sendiri, aku bisa kok.” Susan berkata dengan sangat lembut dan senyuman yang tulus.Mana bisa dia marah dan bersikap buruk kepada wanita tua yang diyakininya sangat baik itu. Susan mengerti apapun yang dilakukan oleh mbok Minah hanyalah karena dasar rasa sayangnya kepada Renata dan Evan. Selain itu, mbok Minah pasti juga terpaksa menuruti semua yang dikatakan Renata.Mbok Minah memang tampak sangat kaku dan juga serba salah di depan Susan saat ini. Mungkin karena semua yang terjadi tidak terlepas dari tanggung jawab dan juga ulahnya. Namun, bagi Susan sendiri semua itu sudah berlalu dan dia tidak lagi menyalahkan mbok Minah.“Mbok Nah udah makan belum?” tanya Susan yang melihat wajah wanita tua itu sedikit pucat.“Belum, Nak. Mbok Nah nggak selera makan dan lagi pula makanan semuanya catering, nggak baik untuk orang tua seperti Mbok Nah mengko
“Susan lama banget baliknya? Apa dia jadi sungkan dan nggak jadi masuk ke kamar ini, ya?” tanya Evan yang sudah setengah jam menunggu Susan datang kembali.Awalnya, Evan hanya ingin mandi dan mengerjakan pekerjaannya saja di kamar Susan ini. Hatinya sudah terlanjur kecewa dengan sikap Renata kepadanya. Jadi, dia merasa perlu menenangkan diri dan mereka tidak bisa bertemu untuk sementara waktu. Hal itu hanya akan memicu kembali pertengkaran yang tadi sudah usai.Evan menutup laptopnya dan tidak lagi bisa konsen bekerja karena memikirkan Susan yang tak kunjung datang kembali. Dia bahkan sudah berbaring di atas ranjang karena memang tubuhnya merasa benar-benar lelah saat ini.“Apa mungkin Susan kabur, ya? Dia pasti merasa nggak enak sama aku dan juga Renata, karena sekarang keadaan sudah tidak seperti yang dia pikirkan sejak awal.” Evan kembali bergumam ketika teringat dengan niat awal Susan kabur dari kotanya mengikuti Evan ke kota ini.Evan beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan me
Tubuh Renata menegang saat mendengar ucapan yang baru saja dilayangkan suaminya itu. Kenyataan yang sebenarnya memang ingin dia tutupi dari Evan. Dia menyadari bahwa hal yang sudah dilakukannya bersama Rizal di kamar hotel itu adalah kesalahan.“Kenapa kamu diam? Kaget kenapa aku bisa tau semuanya?” tanya Evan yang mendapati Renata hanya diam mematung di tempatnya.Renata masih termangu tak percaya dengan yang baru saja dia dengar. Dia tidak percaya jika Evan ternyata mengetahui hal itu juga. Renata ingin membalikkan keadaan agar tidak terlalu tampak bersalah di mata suami yang jujur saja masih sangat dicintainya itu.“Aku sempat heran kenapa bisa ketemu dan semua itu terjadi, Mas. Ternyata ... aku tau sekarang penyebabnya. Kamu yang sengaja mengatur semua itu kan, Mas?” tanya Renata dengan berani.“Aku mengatur apa maksudmu? Jangan mengalihkan pembicaraan dan melempar kesalahanmu padaku,” jawab Evan dan kini mulai menatap Renata dengan bengis.“Kalau nggak kamu, siapa lagi yang punya
Susan duduk di tepi ranjang dengan pikiran yang berkecemuk. Mana mungkin dia bisa tenang jika ucapan Evan padanya tadi masih terbayang dengan sangat jelas. Pria itu memanggilnya dengan sebutan sayang, tadi ketika mereka bertiga makan bersama mbok Minah juga.“Apa mas Evan tadi salah manggil orang, ya? Mungkin dia pikir aku ini adalah mba Renata.” Susan berbicara dengan dirinya sendiri.Susan tidak tahu harus melakukan apa lagi saat ini dan tubuhnya sudah merasakan lelah yang teramat sangat. Ditambah lagi perut yang sudah terisi dengan penuh, kekenyangan membuat matanya mulai terasa berat.“Ya ampun, berat banget mataku. Tidur ajalah kalau gitu, besok aja mikirin yang lainnya. Mas Evan juga kayaknya udah sama mba Rena lagi. Bisa tenang tidur di sini sampai pagi,” gumam Susan lagi dan langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah dihias dengan sangat indah.Tentu saja kamar itu dijadikan kamar pengantin oleh MUA yang tadi merias Susan. Mereka tahu bahwa Susan menikah dengan pr