Ponsel Reynald berdering begitu mereka berada di dalam mobil yang akan membawa mereka pulang. Seperti biasa tepat di jam 9 malam, Nico selalu memberikan laporannya terkait masalah di perusahaan Savero Group. Masih masalah yang sama, yaitu menentukan penerus yang bisa memimpin Savero Group menjadi lebih baik lagi. Reynald mengaktifkan penyuara telinganya dan mulai mendengarkan semua laporan Nico. Kalau sudah begini, pria itu akan terlihat serius dengan beberapa kerutan di keningnya. "Baiklah, Nic. Saya mengerti," ucap Reynald sebelum mengakhiri sesi teleponnya. "Ada apa?" tanya Leanna yang merasa khawatir karena wajah suaminya sejak tadi terlihat muram. "Biasa. Tuan Darwin mau Kakek menentukan penerusnya. Menurut Nico, Beliau sudah bersiap untuk mengambil alih saham yang tersisa.""Lalu, kita harus bagaimana?" tanya Leanna sambil menatap Reynald. "Menurut Nico, kalau saya tidak mengambil posisi penerus itu, bisa jadi kepemilikan saham Savero Group akan beralih semua ke Tuan Darwin
Sudah beberapa hari ini Reynald tidak pulang ke rumah. Selesai dengan pekerjaannya di rumah sakit, pria itu langsung menuju kantor pusat Savero Group untuk membantu kakeknya menyelesaikan masalah yang ada di perusahaannya. Pria itu terpaksa menginap di kantor karena banyak berkas yang harus diperiksanya satu per satu. Baru hari ini dia bisa pulang, itu pun tengah malam dan dengan kondisi sangat kelelahan.“Mas sudah makan?” tanya Leanna saat melihat kondisi suaminya yang jauh dari kata sehat. Wajah terlihat lesu dengan mata mengantuk.“Tidak usah. Saya mau tidur saja sebentar. Jangan lupa bangunkan saya jam 5 pagi ya, Leanna.”“Memangnya Mas mau ke mana?” tanya Leanna heran.“Masih ada berkas data keuangan yang perlu saya periksa sebelum rapat dewan direksi siang nanti.”“Baiklah. Mas istrirahat saja dulu.” Leanna membantu Reynald mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Tampaknya pria itu sungguh sudah kehabisan tenaganya. Beberapa kali Reynald menguap lebar menahan kantuk yang sem
Tuan Darwin menatap Kakek Antony dengan tatapan tajam. Kakek Antony pun tidak mau kalah. Kakek Antony menatap sahabatnya itu dengan tatapan menyelisik.“Apa maksudmu, Tony? Aku hanya melakukan semua ini demi kemajuan Savero Grup,” kata Tuan Darwin dengan raut wajah tenang seakan merasa tidak bersalah sedikit pun.“Tidak pelu mengelak. Aku tahu apa yang kamu lakukan pada cucuku ini!” kata Kakek Antony sambil melirik Reynald yang duduk di sampingnya.“Apa maksudmu?” ucap Tuan Darwin masih dengan tenangnya.“Tentang Rysha, akan kubicarakan masalah itu nanti. Jadi tolong jangan pernah membawa tujuan pribadimu dalam rapat ini!” balas Kakek Antony dengan nada tegas. Tidak akan dia biarkan masalah politik dalam perusahaan menghancurkan kehidupan cucu-cucunya.Kemudian seketika saja wajah Tuan Darwin memerah seakan menahan marah. Begitu pula anggota dewan direksi yang mendukungnya nyaris tidak berkutik mengajukan argumen mereka. Untuk sesaat suasana ruang rapat hening. Kakek Antony memandang
Suasana ruang kantor Kakek Antony mendadak sedingin lemari es. Reynald duduk menghadap Fiona dan Kennard yang duduk bersebelahan di sofa panjang. Pria itu menatap Kennard dengan tatapan menyelisik. Beberapa kali Leanna harus menyenggol lengan suaminya agar mengondisikan raut wajah galaknya. Namun sayangnya usaha Leanna tidak berhasil. Reynald masih menatap Kennard dengan tatapan tidak suka.“Sejak kapan kalian berhubungan?” tanya Reynald ketus.“Tidak usah galak-galak, Kak! Kamu terlalu sibuk mengurus bumil satu itu sampai tidak memperhatikan kehidupan adik semata wayangmu ini,” balas Fiona tak kalah ketus.“Tapi seharusnya kamu memberi tahu kami, kan?” kata Reynald tak mau kalah.“Aku tidak sempat. Pekerjaanku di Queen’s sedang padat-padatnya. Lagipula waktu itu juga Kakak sibuk membantu Kakek, kan?” balas Fiona lagi.“Sudah … sudah!” Kakek Antony mulai menengahi pertikaian kedua cucunya. “Aku hanya akan mengajukan satu pertanyaan pada Kennard.” Kali ini Kakek Antony menghadap Kennar
Kehebohan yang dibuat Fiona pada rapat dewan direksi akhirnya membuat para dewan sepakat untuk menunjuk Fiona menjadi penerus selanjutnya. Ditambah lagi hubungannya dengan Kennard yang semakin meyakinkan para dewan direksi kalau sepasang insan itu bersatu, akan membuat Savero Group semakin kokoh.Kondisi perusahaan pun sudah mulai stabil. Fiona dan Kennard bekerja keras membantu Kakek Antony untuk membuat perusahaan menjadi lebih baik. Reynald pun bisa kembali fokus pada pekerjaannya sebagai dokter. Walaupun masalah pertunangan Fiona masih belum menemukan titik terang karena Kennard masih belum berhasil membujuk kakeknya untuk datang menemui Kakek Antony.Kakek Antony pun tidak ingin memberikan restunya secara cuma-cuma. Pria tua itu selalu punya cara untuk menguji Kennard. Leanna bahkan sudah tidak heran lagi melihat Kennard sering muncul tiba-tiba di kediaman Maheswara.Namun masalahnya bukan hanya kemunculan Kennard di kediaman Maheswara, melainkan kemunculan dua wanita yang sedang
Semenjak kejadian di karaoke malam itu, Kennard memang tidak pernah lagi terlihat mengunjungi rumah keluarga Maheswara. Fiona pun tidak pernah bertanya tenta apa yang sudah terjadi pada malam itu. Adik kesayangan Reynald itu hanya menenggelamkan dirinya dalam kesibukan pekerjaannya. Bahkan hampir setiap hari Fiona pulang nyaris dini hari.Hal ini tentu membuat Leanna khawatir. Dia paham bagaimana perasaan Fiona saat ini. Dia juga mengerti kenapa Fiona menjadi seperti sekarang ini, seolah tidak peduli pada dirinya sendiri.“Sudah tiga hari ini Kennard tidak pernah datang lagi ke sini. Apa ucapan Mas waktu itu terlalu keras, ya?” tanya Leanna saat Reynald mengantarnya ke butik.“Kalau dia benar-benar serius pada Fiona, seharusnya dia bisa memperjuangkan hubungan mereka,” jawab Reynald tak acuh. Pria itu tetap pada ketegasannya.“Tapi aku benar-benar khawatir pada Fiona,” balas Leanna lagi.“Tenang saja, dia wanita kuat. Dia pasti baik-baik saja.”“Mas ini gimana, sih? Dia sudah sampai s
Rysha dan Leanna duduk bersebelahan sambil menunggu Fiona selesai dengan urusannya. Suasana di sekeliling mereka mendadak hening. Rysha terlihat sedikit canggung berada di sebelah Leanna.“Bagaimana kehidupan kalian?” tanya Rysha berusaha membuka percakapan.“Baik.”“Syukurlah. Sebelumnya, maaf.” Ada jeda sejenak sebelum Rysha melanjutkan kalimatnya. “Mewakili kakekku aku minta maaf atas apa yang sudah kakekku lakukan pada kalian.” Rysha berdehem sebentar. “Aku tahu sebelumnya kakekku sempat membuat kalian kesulitan. Aku benar-benar minta maaf untuk semua hal yang sudah kakekku perbuat.”Leanna menggeleng pelan, “Tidak apa-apa. Aku mengerti kok, kenapa Beliau sampai melakukan hal itu.”Untuk sesaat suasana menjadi hening kembali saat keduanya terdiam. Seperti kehabisan topik pembicaraan dan sibuk dengan pikiran masing-masing.“Lalu, bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Leanna pada Rysha.Rysha menoleh melihat Leanna kemudian tersenyum, “Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja.”La
Selama perjalanan pulang Leanna tidak banyak bicara. Entah kenapa moodnya mendadak berantakan. Baru kali ini Reynald menomorduakan Leanna. Biasanya pria itu paling protektif terhadapnya. Jangankan untuk jadwal pemeriksaannya seperti hari ini, Leanna tidak memberinya kabar sedikit saja Reynald pasti langsung mencarinya.“Kamu masih marah, ya?” tanya Reynald sambil melirik Leanna sekilas sebelum kembali fokus pada jalanan di depannya.“Tidak,” jawab Leanna singkat dengan sikap tak acuh.“Maaf, saya kan sudah minta maaf dari tadi,” kata Reynald yang paham betul kenapa Leanna enggan mengeluarkan suaranya. Wanita itu bahkan lebih memilih melihat padatnya jalanan daripada suaminya sendiri.Melihat suasana hati Leanna yang masih belum membaik, Reynald mengulurkan tangannya untuk mengusap lembut puncak kepala istrinya itu sekilas. Namun sayangnya suasana hati Leanna tak kunjung membaik. Apalagi ketika mereka tiba di rumah, Reynald langsung tertidur begitu tubuhnya menyentuh kasur yang empuk.