"Hidupku benar-benar berubah ya?" tanya Ran Xieya pada dirinya sendiri. Ia membayangkan betapa sulitnya hidupnya dulu. Banting tulang bekerja untuk biaya kuliah dan pengobatan neneknya belum lagi belajar disenggang waktu kerjanya. Ran Xieya tak sadar jika sudah menghela napas.Dia pun duduk dipinggiran jendela sembari memperhatikan sang dewi malam yang mendominasi kelam dikala itu bersinar dengan terang. "Aku ... benar-benar bereinkarnasi ya? tak kusangka hidup saat ini lebih mudah dibandingkan dulu," ucap Ran Xieya sembari memandangi bulan. Pikirannya melayang pada kehidupan lamanya. Ran Xieya harus berusaha keras untuk uang. Ia bahkan sering dicaci oleh orang-orang disekitarnya usai tahu lahir dari Wanita yang kini raib tidak jelas. "Tapi Ibu malah muncul di dunia ini, ah ... apalagi masalahku?" Ran Xieya menghela napas cukup panjang. Tak lama dia pun mendengar alunan Erhu yang digesek dengan merdu. Kedua alis Ran Xieya bertautan bertemu satu. “Siapa yang memainkan alat musik Erhu
"Bagaimana jika Anda jadi kekasihku saja?" tanya Lian Xia Tian.Ran Xieya tertegun. Kepalanya dipaksa memproses hal yang sulit ia cerna. Lian Xia Tian tadi bersikap pemaksa padanya namun tiba-tiba jatuh cinta padanya. "Cih, Pria tebar pesona sepertimu?" Ran Xieya mengarahkan telunjuknya pada Lian Xia Tian."Xieya, bangun ... kau bisa mendengarku bukan?" ucap suara Han Xue Tian tanpa raganya. Ran Xieya sontak melirik ke kiri dan ke kanan. Dia tak mendapati Han Xue Tian kecuali dirinya di sebuah tempat yang tak dikenali. Ran Xieya mulai mengingat-ingat dirinya yang terlempar kemari usai bertemu dengan Lian Xia Tian. "Oh, jadi ini masa lalu Ran Xieya?" Ran Xieya mulai dapat mencerna. Sementara itu Han Xue Tian memasuki kamar Ran Xieya karena mampu merasakan Energi asing dalam kamarnya. "Xieya!" teriak Han Xue Tian ketika menatap Ran Xieya yang tengah tak sadarkan diri dalam dekapan Lian Xia Tian."Ya, hai, Didi," ucap Lian Xia Tian saat itu tengah mencampuri alam bawah sadar Ran Xieya
Ran Xieya berjalan di samping Han Xue Tian. Mereka berjalan beriringan memasuki daerah Pasar yang riuh akan lalu lalang orang-orang. Ran Xieya tersenyum ringan dan rambut hitamnya diikat ekor kuda. Ran Xieya sengaja merubah tusuk rambut gioknya menjadi pedang kemudian meletakkannya di sabuk pinggangnya. Dia mengikuti saran Han Xue Tian jika itu akan memudahkan Ran Xieya untuk membela diri jika sesuatu yang buruk terjadi di depannya. Ran Xieya ingat petuah-petuah dari Han Xue Tian sebelum mereka melanjutkan perjalanan. Wajah tampan Han Xue Tian boleh saja datar tapi sebelumnya sudah mengomeli Ran Xieya dengan kata-kata yang irit, alhasil Ran Xieya menggunakan instingnya untuk mengerti. Ran Xieya jadi tertawa sendiri.“Pppfffttt ....”“Apa yang lucu?”celetuk Han Xue Tian.Ran Xieya menggeleng. “Tidak, hanya saja lihat, mereka sedang terpana dengan ketampanan Tuan Han ini," goda Ran Xieya.“Tidak tertarik," sahut Han Xue Tian sembari berjalan cepat, bahkan meninggalkan Gadis itu dibelak
“Aku ... tidak tahu," ucap Ran Xieya. Kedua mata Ran Xieya memerhatikan kedua tangannya sendiri yang bergetar. Ran Xieya sendiri heran pada dirinya yang tahu-tahu mengeluarkan bakat kekuatan yang tak bisa ia cerna. Tubuhnya bahkan bergetar samar. Ah, menyeramkan sekali aku, bagaimana bisa aku melakukannya? batin Ran Xieya. Saat itu Han Xue Tian mendekati Ran Xieya, Pria itu berjongkok di depan Ran Xieya sembari memandanginya dengan kedua mata biru datarnya. "Xieya ... Yang Mulia, kerja bagus," ucap Han Xue Tian mengusap-usap puncak kepala Ran Xieya. Ran Xieya membelalakkan kedua mata magentanya. Ia palingkan pandangannya untuk menatap Han Xue Tian yang berjongkok di depan dirinya. "Terima kasih Xue Tian, jangan panggil dengan embel-embel Kerajaan ya." Ran Xieya berucap sembari tersenyum. Dasar Xue Tian payah, menghiburku seperti menghibur anak kecil, batin Ran Xieya. Fang Yi langsung mencebik karena dengki saat Kakak kesayangannya itu malah mendekati Ran Xieya. "Kakak, jangan ma
Kedua mata beriris birunya menerawang jauh. Dia duduk dengan tenang bersama pria lain dihadapannya. Han Xue Tian saat ini bersama Pemimpin Klan Han sedang beristirahat di Penginapan yang berbeda dengan Penginapan yang semula Han Xue Tian sewa karena Han Xue Tian membicarakan hal penting dengan kakaknya itu. Masalahnya dia tak mau sampai Ran Xieya tahu. Han Xue Tian membicarakan tentang Ran Xieya yang didatangi oleh Lian Xia Tian. Teror semua ini.“Jadi Sang Kekacauan Malam Tak Berakhir, sudah memulai langkahnya.” Han Suiren Hua berucap sembari menyesap teh hangatnya. Pria berwibada itu baru usai mendengarkan ucapan Sang Adik. Han Suiren Hua pun memberikan sarannya. “Semuanya tergantung Tuan Putri. semoga Xue Tian bisa membantu membimbingnya." Han Xue Tian mengangguk. "Baik, aku pasti berusaha melindunginya.” Han Xue Tian yang sedari tadi tenang dan datar mendadak membelalakkan kedua mata birunya. Han Xue Tian memasang raut wajah panik sembari menatap kakaknya. “Gege, Ran Xieya ...,"
Ran Xieya mengangguk pelan. “Jadi benar, kau sudah berbohong padaku.” Gadis bermata magenta itu paham, dia menarik kesimpulannya sendiri apalagi tadi sudah bertemu dengan salah satu keluarganya. Ran Xieya tak bodoh memahami.“Kalian berdua sengkokongkol untuk Ran Xieya ini. Aku tahu itu," simpul Ran Xieya. Kalian yang dimaksud adalah Tabib Kerjaaan dan Lin May. Lin May terkekeh. “Benar kami memang sekongkol serta aku muak bersikap baik terhadapmu, wahai Tuan Putri yang malang.” Lin May sengaja meledek Ran Xieya karena semula menduganya akan termakan murka.Ran Xieya tersenyum simpul. Dikehidupan terdahulunya, dia sudah sering berada di posisi ini. “Terus... dengan kehebatanmu itu apa kau juga yang menarik penyerangan di istana?” Ran Xieya berucap dengan menantang seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada. TLin May tak tahu, gadis ini sedang memancingnya.“Tentu saja, apalagi Pangeran Yu mau membantu membuka penyegel Istana Ran. Sungguh malang bukan? Keluargamu sendiri membencim
“Nona Xieya ... Lin May kabur setelah mencoba meracuni Permaisuri!” Ran Xieya terkejut bukan main. Dia langsung mengepalkan kedua tangannya, hingga buku-buku tangannya memutih. “Bagaimana bisa hal itu terjadi? seharusnya tak kubiarkan dia kabur, sungguh.” Ran Xieya berucap dengan geram. “Tapi permaisuri selamat. Dia tak jadi meminum racunnya, semua ini karena pesanmu Yang Mulia, Baise sudah mengetahui teh hijau yang dicampur racun itu." Baise berucap sembari melirik sosok Pria disamping Ran Xieya. "Lanjutkan, Sie," perintah Ran Xieya. "langsung melemparnya, kemudian dia kabur terburu-buru. Sebelum kemari, Baise sudah bertanya dengan para Pelayan Senior, Lin May itu dulunya berasal dari keluarga Fang," sambung Baise. Ran Xieya mengeryitkan dahinya. “Berarti namanya bukan Lin? Tapi Fang?” "Keluarga Fang, salah satu keluarga kecil yang ikut mendukung Lian Xia Tian," sahut Han Xue Tian. Kedua alis Ran Xieya menyatu. “Dimanakah aku bisa mencari tahu tentang keluarga Fang itu?” “Tua
"Oh, haha, jadi rumor itu benar ya jika kalian berdua pasangan kekasih?""Tidak!" jerit Ran Xieya. Semenjak pertemuannya bersama Lin May. Besok paginya Ran Xieya malah menjadi lebih tenang dan pendiam. Biasanya Gadis itu cerewet dan suka menggoda Han Xue Tian ataupun berbicara sesuatu yang tidak penting disepanjang perjalanan mereka.“Xieya, mau makan?” tanya Han Xue Tian kepada Ran Xieya yang berjalan sembari melamun. Ada rasa cemas ketika pemuda itu menyadari sikap antengnya gadis Ran ini.Ran Xieya yang berjalan sembari melamun, tampak mengabaikannya. Dia pun hanya diam dengan tatapan yang kosong. Ran Xieya bahkan tak langsung menjawabnya.Baise yang saat itu ikut berjalan bersama Ran Xieya, mulai meraih ujung jubah Ran Xieya dengan tangan. “Nona Xieya." Panggil pemuda itu dengan pelan.“Ah, maaf, maaf.” Ran Xieya menerjabkan kedua matanya berulang kali, dia baru saja tersentak. “Kau berbicara apa tadi Xue Tian?” tanya Ran Xieya kini menoleh pada Pemuda Han itu.Han Xue Tian mengg