“Dulu ... seorang manusia biasa memiliki anugerah atas dunia bawah dan surgawi. Dia melihat segala keindahan penduduk surgawi, mencintai salah satunya. Seseorang yang berbakat memilih mengabdi pada dunia bawah. Satu bukti akhir seorang buah cinta jelitanya, seseorang yang terlahir seimbang akan kejahatan dan kebaikan. Puteri An Tian pendiri Shizu Ranyang membuat jimat An untuk menciptakan petaka dan Sen Ya pedang yang memutus semua petaka ... Namun ia juga menghancurkan kerajaan Shizu Ran dengan satu kali petaka wabahnya, karena sang kekasih seorang manusia biasa murid perguruan pedang Shizu Ran dihukum mati oleh sebuah tuduhan. Puteri An Tian menciptakan jimat An untuk menciptakan petaka dan Sen Ya pedang yang memutus semua petaka. Seperti janjinya akan terus setia bersama kelahiran sang kekasih,Puteri An Tian akan selalu hidup dengan usia manusianya.”Ran Xieya jelas mendengar suara seseorang padanya. Meski tak ada rupa tapi Ran Xieya mendengar jelas, narasi mengenai sosok An Tian.
“Kita harus menjauh dari sini.”“Kenapa?”Ran Xieya masih ingin bertanya lagi, namun suara riuh terdengar dibelakang mereka. Ran Xieya sempat bergidik melihat pasukan para iblis yang dipimpin oleh jenderal besar serta disana dengan sebuah monster raksasa yang diselimuti api. Ran Xieya menatap dengan heran sekaligus takjub.“Xia Tian yang mengendalikannya dari istana," sahut Han Xue Tian.“Ha?! Dia diistana? Tidak turun? Tunggu ada apa ini?!” Begitulah Ran Xieya, dia bertanya bertubi-tubi disaat terkejut.Han Xue Tian hanya menatap dengan tenang.Sebuah kuda yang dipacu oleh pria berbaju zirah itu menghampiri mereka “Yang Mulia Han Xue Tian, tuan puteri Ran Xieya... Raja meminta kalian untuk kembali ke istana tempat aman dari rombongan manusia yang berusaha menghancurkan array pelindung kerajaan.”“Siapa?”“Ran Lu...”Jawab Han Xue Tian.Ran Xieya terdiam, jujur dia merasa kesal “Anak itu hanya memperkeruh suasana.”Ucap Ran Xieya menatap dinding array itu perlahan-lahan menipis.Ran Xi
"Hentikan!" teriak Ran Xieya sembari mengepalkan kedua tangannya."Demi seluruh kehidupan, surgawi, neraka dan dunia, hentikan!"Dia teringat dengan gadis kecil yang sempat bertemu dengannya, hingga semua orang yang ada disana. Bahkan ia tak tega melihat prajurit manusia dari kubu Ran Lu. Sebagian tetap bertahan sementara sebagian sudah usai diserap oleh pasukan iblis. Ran Xieya bahkan nyaris tertusuk oleh belati Shin Wen Feng, jika pedang biru Han Xue Tian tak langsung terbang menghadangnya.“Wanita siluman Iblis kau harus mati!” Begitulah teriak Shin Wen Feng yang menyerang membabi buta kepadanya.Namun belum sempat Shin Wen Feng hendak menghunuskan kembali belatinya, dia terpental akibat tangan raksasa yang tiba-tiba melindungi Ran Xieya. Itu Monster yang dikendalikan Lian Xia Tian.“Xia ... Tian ...” Ran Xieya bergumam.Tentu pasukan Lian Xia Tian dapat dengan mudah memukul mundur rombongan Ran Lu yang tinggal setengah. Bahkan satu kali gerakan tangan monster itu menderu kepada bu
"Aku akan terus mengikuti kehidupanmu, Xieya.” Han Xue Tian duduk bersipu sembari meraih tubuh Ran Xieya untuk didekapnya. Saat ini Han Xue Tian sangat terpukul dengan kehilangannya Ran Xieya. Dia pun berteriak sembari mendekap tubuh kecil itu.Gemuruh pun terdengar bersamaan dengan getaran dibumi. Ditempat keduanya masih terdiam dengan duka kehilangan yang pedih, Kenangan itu kembali terputar. Pada Ran Xieya dan pada Han Xue Tian. Perjalanan sederhana untuk misi rahasia Ran Xieya hingga kini.Han Xue Tian menguarkan energinya dengan besar, tanpa sadar jika sisi lain pada Ran Xieya yang lama tersegel berulang kali karena bertemu kematian dan kehidupan yang setara. Sen Ya tetap bersinar terang dan kalung yang dikenakan Ran Xieya juga menggelap dengan sempurna. Membuat sebuah pusaran gelap menyelimuti keduanya.Sebaliknya, rasanya begitu tenang. Tak ada deru keributan, tangisan serta jeritan. Begitu tenang. Dengan hamparan rumput dengan sinar mentari hangat yang membelai. Angin tak kala
"Aku ... tahu kesalahanku, dosaku, dan keinginanku," ucap Ran Xieya. "Tapi tidak dengan melakukannya seorang diri," sahut Ran Xieya tersenyum pilu.Dari kejauhan para kakak menatap adik mereka masing-masing, interaksi antara Ran Xieya dan Han Xue Tian kemudian melihat hal itu Han Suiren Hua langsung mendatangi mereka dan Han Suiren Hua memengang pundak Han Xue Tian.“Tuan Putri juga merasakan hal yang sama," ucap Han Suiren Hua“Hm.” Han Xue Tian menjawab pertanyaan Han Suiren Hua dengan mengangguk.“Han Xue Tian, Terima kasih atas pertolonganmu terhadap adikku," sahut Ran Rinyou. Pria itu menatap Ran Xieya sejenak. "Jaga dirimu Xieya," ucapnya pada Ran Xieya.Ran Xieya mengangguk. "Kepergianku hanya untuk membenahi array, Kakak." Ran Xieya berucap sembari beranjak pergi. Biasanya Gadis ini sangat tengil tapi kini ia elegan dan tenang. “Apakah setelah ini Tuan Muda Kedua Han akan kembali ke Kerajaan?” tanya Shin Chen Jun nampaknya penasaran. Biarpun dia tahu jika Han Xue Tian dan Ra
"Karena aku sudah jatuh cinta pada Xieya," ucap Han Xue Tian."Apa!" Ran Rinyou menepuk dahinya.Han Xue Tian tiba-tiba saja membalikkan diri, ia menyadari energi ganjal Ran Xieya. "Xieya, memaksakan diri," ucap Han Xue Tian sambil melesat mendekati Ran Xieya yang semula sedang membenahi array. "Xieya!" teriak Han Xue Tian sembari menangkap tubuh Ran Xieya yang jatuh lemas. "Xieya, Xieya." Han Xue Tian menyentuh pipi Ran Xieya yang terasa sejuk. Ran Rinyou, Han Suiren Hua dan Shin Chen Jun juga buru-buru mendatangi mereka. Ketiga Pria itu mengetahui penyebab Ran Xieya terkulai lemah. Hingga Ran Rinyou mendekati Han Xue Tian. "Lihat perutnya, luka itu memang tampak memudar tapi luka dalamnya cukup dalam," ucap Ran Rinyou menatap pilu Ran Xieya. "Array menguras energinya," ucap Han Suiren Hua membantu membalut perut Ran Xieya dengan ujung jubahnya. Han Xue Tian menatap Ran Xieya cemas. "Xieya harus ke Istana untuk memberi jaitan diperutnya," usul Han Xue Tian."Tidak bisa," sahut se
"Apa yang sudah terjadi padaku?" Ran Xieya termangun sendiri. Hingga pintu gerbang itu terbuka menampaki raut datar dari wajah tampan Han Xue Tian tapi samar raut wajah bahagianya tampak. “Xieya." Han Xue Tian bergumam.Ran Xieya bernafas lega, setidaknya dia masih bersama orang yang dikenalnya. “XUE TIAN!” teriak Ran Xieya sambil melambai-lambaikan tangannya. “Aku lapar! hanya ada buah, tak mungkin kenyang," rengek Ran Xieya. “Dasar," celetuk singkat Han Xue Tian itu.Ran Xieya makan dengan rakus tengah malam itu, Han Xue Tian hanya terus menambahi mangkuk Ran Xieya dengan nasi. Beruntung pemuda kedua Han ini masih bisa memasak, walaupun hanya sayur-sayuran yang ada disekitar pavilion. Setidaknya Ran Xieya masih bisa makan.“Pelan-pelan," ucap Han Xue Tian sambil menuangkan air putih kegelas Ran Xieya.Ran Xieya menyuap nasinya. “Apa kita hanya berdua?”“Hn.” Han Xue Tian mengangguk.Ran Xieya kembali menyuapi lauk pauknya. “APA?!” teriak Ran Xieya usai mencerna keadaan. “BERDUA? K
“Ayo kita masuk dulu," ucap Ran Xieya berjalan bersama Han Xue Tian memasuki pavilion.Ran Xieya membantu Han Xue Tian membaringkan dirinya. “Lihatlah dirimu, sudah begitu lelah masih saja memaksakan diri," omel Ran Xieya sambil menaikkan selimut ke tubuh Han Xue Tian.“Kau juga," sahut Han Xue Tian langsung menarik pergelangan tangan Ran Xieya sampai tubuh Ran Xieya terbaring disebelahnya. “Tidur," perintah Han Xue Tian lagi dengan datar.“Engh." Ran Xieya melenguh, wajahnya memerah padam. Diliriknya Han Xue Tian yang sudah memejamkan kedua matanya, bahkan sudah terdengar dengkuran halus dari pemuda kedua Han itu. Ran Xieya memengangi pipinya yang memanas. “D-dasar Han Xue Tian," gumam Ran Xieya.Ran Xieya beranjak bangun, meninggalkan Han Xue Tian yang tertidur dengan pulas. Tatapan Ran Xieya menjadi sendu menatapnya “Kau sudah susah payah melakukan semuanya untukku," lirih Ran Xieya.Gadis beriris magenta itu membawa sebuah anak panah bersamanya, sebelum itu dia mengikat rapi surai