Setibanya di kantor polisi.Justin memberikan rekaman CCTV tersebut kepada pihak kepolisian sebagai bukti jika pria yang kini tengah duduk di dalam sel tahanan itu hampir membunuh Selena.“Dia sudah memberi tahu, siapa orang yang sudah menyuruhnya untuk membunuh calon istri saya?” tanya Justin kepada pihak polisi itu.“Masih kami selidiki, Pak Justin. Karena Saudara Bobby ini masih enggan memberi tahu siapa orang yang sudah memerintahkan beliau untuk membunuh calon istri Anda.“Kalau sudah ada keterangan yang lebih lanjut, kami akan segera memberikan informasinya kepada Anda. Jangan khawatir, Pak Justin.”Justin mengangguk sembari menghela napasnya dengan kasar. “Jangan sampai dia kabur. Beri hukuman yang setimpal karena Selena mengalami trauma dan shock atas kejadian tadi pagi.”“Baik, Pak Justin. Kami akan membuatkan surat laporan penangkapan terlebih dahulu agar ditandatangani.”Justin kembali mengangguk dan menunggu surat laporan penangkapan selesai dibuat.**Keesokan harinya.Ke
Justin menghela napasnya dengan pelan. "Waktu di Paris, gue ketemu sama Gracia. Pulang di Paris, Selena ditodong pistol sama orang yang gak dikenal."Kevin manggut-manggut. "Target utama elo si Grace? Mantan calon istri yang sekarang udah jadi janda. Singkat amat rumah tangganya. Kenapa sih?"Justin mengendikan bahunya. "Katanya sih, karena dia udah nggak gadis lagi.""Oh. Hanya karena itu. Kalau menurut gue bukan itu. Karena gue aja pernah punya bini yang udah bukan gadis lagi. Masih bertahan sampai punya anak. Itu hanya alasan si William doang. Gue yakin, bukan itu alasannya."Justin mengusapi rambutnya dengan pelan. "Gue juga mikirnya gitu. Kalau emang cerai hanya karena itu, kenapa setelah bertahun-tahun baru baru cerai?"Kevin mengendikan bahunya. "Tujuh tahun, Bro. Punya anak nggak tuh?""Aaahhh! Kayaknya mandul sih. Si Grace nggak punya anak sampai sekarang. Dan si William minta pisah kemudian nyari bini lagi yang bisa ngasih dia anak. Kalau ini cukup logis."Kevin tersenyum mi
"Eh, Kevin. Bukan gue doang yang ingin nyawa Selena menghilang. Gue marah ke dia karena udah putusin gue secara sepihak. Padahal semuanya udah gue kasih ke dia," tutur Doni kemudian."Semuanya itu apaan, Doni? Kalau berbentuk barang, Justin bisa kembalikan semua yang udah elo kasih ke Selena. Tapi, semuanya bakal sia-sia karena elo bakal tinggal di jeruji besi."Doni menatap nyalang Kevin yang terus menerus membuatnya kesal. "Tanya Justin. Apa yang sudah dia lakukan pada Gracia. Gracia adalah keponakan gue. Karena Justin, dia nggak bisa punya anak dan akhirnya cerai dengan William."Kevin menganga mendengar ucapan Doni. Kemudian menoleh kepada Justin yang sedari diam membisu.“Elo … saudaranya Grace? Dan elo adalah mantan pacar si Selena. Bener-bener dunia sempit ini namanya,” ucap Kevin sambil geleng-geleng kepala.Doni menghela napasnya dengan panjang. “Ya. Gue dan Gracia saudara. Gue udah tahu Justin dan Grace pernah pacaran. Kemudian milih William yang dia jadikan suami daripada J
Justin menatap Selena dengan lekat kemudian menghela napasnya dengan panjang. “Maafin aku, Selena.”Selena mengerutkan keningnya. “Kamu habis melakukan kesalahan apa lagi, Mas?” tanyanya penuh curiga.Justin mengembungkan pipinya. “Pelaku orang yang mau membunuh kamu sudah ditemukan.”“Oh, ya? Siapa, Mas?” tanyanya penuh antusias.“Doni. Mantan pacar kamu.”Selena menganga kemudian menutup mulutnya kembali.“Dan Gracia adalah keponakan Doni,” sambungnya kembali.“Haah? Kok bisa gitu? Dunia sempit banget. Terus, kenapa kamu minta maaf?” tanya Selena penuh curiga.Justin menggit bibir bawahnya kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Aku … aku sempat hampir punya anak dengan Gracia.”Selena mengerutkan keningnya. Matanya menatap sembari berkedip-kedip. Menelaah ucapan Justin tadi kemudian menghela napasnya dengan panjang.“Kamu … hampir punya anak dengan Grace? Itu artinya Grace keguguran?” tanya Selena menuntut.Justin mengangguk pasrah. “Iya. Grace keguguran karena nggak sadar kal
"Selamat menempuh hidup baru untuk pasangan fenomal ini. Semoga sakinah, mawadah dan warahmah. Segera diberi keturunan juga," kata Jasmine dengan hebohnya memberi selamat kepada Selena dan Justin yang kini sudah berada di panggung pelaminan."Aamiin. Bu Jasmine kapan kasih adik lagi buat Arshi dan Gita?""Nanti aja, Mbak. Nunggu Arshi masuk SMP."Justin terkekeh mendengar ucapan Jasmine. "Padahal si Kevin udah ngeluh pengen nambah anak lagi.""Dia mah enak, cuma bikin doang. Yang hamil kan, saya. Mengandung selama sembilan bulan, belum melahirkannya, ngurusinnya. Gak gampang, Pak Justin.""Iya, iyaaa. Getok aja laki yang bisanya bikin anak doang.""Emangnya kamu. Anak sendiri kok di buang ke toilet," sengal Selena kemudian.Jasmine menahan tawanya mendengar ucapan menohok Selena yang masih saja selalu skakmat habis-habisan suaminya itu."Sekarang udah ada penampungnya, Mbak. Siap-siap aja nanti malam.""Gak ada. Saya suruh libur dulu satu minggu. Gak bisa langsung naik. Dilarang!"Jas
Justin memilih untuk tidak peduli dengan ucapan istrinya itu. Ia pun mengambil baju yang ada di dalam koper dan memakainya.“Mas?”“Apa?”“Bu Diandra gak datang, yaa?”Justin menggeleng. “Cuma Giandra doang yang datang. Biarin aja lah gak usah dipikirin. Diandra lagi bikin benteng pertahanan untuk tidak pernah melihatku kapan pun dan di mana pun.”Selena kembali menghela napasnya dengan pelan. “Ada ya, orang yang dulu baik banget sekarang jadi kayak musuh.”“Dia yang mulai, Sayang. Bukan aku. Sebenarnya bukan salah aku juga udah mematikan Andrian. Dia sendiri yang memilih untuk mengakhiri hidupnya demi menyelamatkan aku.“Kalau memang dia mau mempertahankan cintanya untuk kamu, setelah aku mati hanya membutuhkan waktu setahun atau lebih untuk melupakan aku.“Setelah itu mungkin Andrian akan mendekati kamu, mengganti nama aku di ruang hati kamu. Tapi, yang dia lakukan adalah mengalah dan memberiku kesempatan untuk hidup.”Penuturan Justin cukup masuk di akal. Karena memang sebenarnya A
Selena tak bisa berkutik lagi. Ia lantas melingkarkan tangannya di leher Justin. Tautan itu semakin panas kala tubuh keduanya sudah sama-sama polos. Untuk pertama kalinya kedua tubuh yang memanas itu saling menempel. Hingga tak sadar jika tubuhnya sudah polos hanya dengan sekali tarikan.Selena menarik diri kemudian menjatuhkan kepalanya di bahu Justin. Mengatur napasnya yang hampir habis itu."Hhhh!" Selena menutupi bagian dadanya dengan kedua tangannya. "Mas. Kamu habis ngapain aku?" tanyanya dengan mata yang terlihat begitu panik.Justin menarik tangan Selena secara perlahan. "Biarkan aku memandang tubuh indah istriku ini. Jangan halangi dengan tangan mungil kamu ini.""Ta-tapi ... kamu mau ngapain?""Yaa mau berhubungan lah. Gimana sih! Jangan polos-polos amat jadi perempuan, Sayang. Sini ... biar aku puaskan. Janji, gak akan kasar-kasar.""Beneran? Gak akan bikin aku kapok?"Justin mengangguk yakin. "Iya, Sayang. Aku jamin, kamu bakal ketagihan. Biar langsung jadi juga. Habis dat
Justin—dengan segala kepercayaan dirinya memuji dirinya dan juga sang istri. Yakin jika suatu saat nanti memiliki anak akan menciptakan anak yang tampan dan juga cantik.Selesai berendam, Selena dan Justin memilih untuk makan siang terlebih dahulu. Karena waktu sudah menunjuk angka dua siang.“Sarapan sekalian makan siang. Kamu harus makan yang bergizi, nggak boleh kebanyakan makanan fast food. Aku gak mau nanti anak aku kurang gizi.”Selena memutar bola matanya dengan pelan. “Mas! Kayak udah bikin berkali-kali aja. Emangnya itu si cebong bakal langsung jadi?”Justin mengangguk. “Tidak butuh melakukan hubungan berkali-kali. Kalau dalam satu kali tembakan lolos, akan langsung jadi. Jangan salah ya, Sayang. Banyak di luaran sana yang hamil hanya dalam satu tembak.”Selena manggut-manggut. “Pake pengaman aja bisa hamil,” sindirnya kemudian.Justin lantas menatap dengan datar wajah istrinya itu. “Yaa jangan bahas yang dulu juga, Sayang.”“Hanya kasih pengalaman. Yaa kamu juga nggak sadar