Kevin mengangguk. “Setelah pulang dari Bali, kamu bisa jenguk orang tua kamu di sana. Saya tidak bisa mengantarnya. Karena ingin bertemu dengan Arshi. Ada yang ingin saya sampaikan padanya.”“Sampaikan? Apa itu?”“Ini dan itu. Sudah waktunya saya sedikit tegas kepada Arshi. Agar dia semakin paham, kalau orang tuanya sudah tidak lagi bersama. Yang artinya, tidak bisa lagi dia ajak pergi bersama-sama.“Untuk menjaga perasaan masing-masing. Saya tahu, Gemma memang masa bodoh jika saya dan Desi juga Arshi pergi bersama. Karena memang dia mau tak mau, menikah dengan Desi.“Kalau bukan perintah saya yang meminta dia menikahi Desi, hingga saat ini mereka tidak akan pernah menikah. Tapi, saya punya kamu. Yang mencitai saya, bahkan bisa cemburu dan marah jika bertemu atau bersama dengan keluarga lama saya.”Kevin menjelaskan panjang kali lebar kepada Jasmine, tentang apa yang akan ia sampaikan kepada Arshi. Walaupun banyak poin-poin yang masih belum diberi tahu oleh pria itu.Jasmine menelan s
Jasmine tak bersuara. Hanya mengeluarkan desah lantaran Kevin menghujamnya tanpa ampun. Masih sangat terasa kala miliknya dihujam oleh benda asing yang sangat memabukan itu.“Dan untuk pertama kalinya juga, saya melakukan ini di kolam renang. Hanya bersama kamu. Walaupun kamu tidak akan percaya, i don’t care,” bisik Kevin seraya melajukan temponya di bawah sana.***Empat belas hari berlalu.Kevin dan Jasmine sudah kembali ke Jakarta. Begitu puas menikmati liburan tanpa ada hambatan ataupun gangguan yang pernah terjadi saat di Jepang.Berita tentang penyebaran video. Kemudian Arshi masuk rumah sakit. Di liburan kemarin, bahkan Andrian pun tidak mengganggunya.“Selamat pagi Pak Kevin,” sapa Andrian menghampiri bosnya yang sedang duduk sambil menatap laptop di depannya.“Pagi.”Wajah sumringah yang Kevin perlihatkan sangat terlihat oleh Andrian. Betapa senang hati pria itu kala melihat Kevin bersinar kembali.‘Jasmine benar-benar membawa perubahan yang sangat besar pada Pak Kevin. Menge
Arshi mengangguk. “Sip, Papa. Arshi akan bilang semuanya pada Papa.”Kevin mengulas senyumnya kepada anak semata wayangnya itu. “Papa juga sangat merindukan Arshi.”“Arshi juga. Semoga Papa bisa menyempatkan waktu buat main sama Arshi lagi.”“Tapi, Papa nggak bisa kalau Arshi ingin mengajak Mama juga. Nanti Mama Jasmine nangis, kalau lihat Papa jalan sama mama Arshi.”“Gitu ya, Pa. Ya udah deh. Arshi nggak mau nuruti perintah Mama lagi. Orang, Papa selalu ingin ketemu sama Arshi terus. Iya nggak, Pa?”Kevin tersenyum miring mendengar ucapan anaknya itu. ‘Ternyata memang benar. Kamu yang sudah meminta Arshi agar bisa jalan denganku.‘Mulai detik ini, jangan harap aku mau menuruti keinginan itu. Karena aku juga akan mengambil Arshi dari kamu, Desi!’**“Jadi, selama ini … Mama yang sudah meminta Arshi agar mau menuruti ucapan dia?” tanya Kevin kemudian.Arshi mengangguk. “Arshi menuruti keinginan Mama karena Mama bilang, kalau Papa nggak mau ajak Arshi liburan lagi kalau nggak sama Mama
Kevin mengadahkan wajahnya. “Mana, cek yang saya minta.”Andrian lantas memberikan dua lembar cek yang diminta oleh bosnya itu. “Untuk apa, Pak?”Kevin menghela napasnya dengan panjang. “Saya tidak percaya jika Desi masih menyimpan uang yang sudah saya berikan setelah kami bercerai dulu.“Yang waktu itu dia bilang, ia tabung untuk masa depan Arshi kelak. Saya baru ngeuh. Dan lagi-lagi saya dibodohi oleh perempuan itu.”Andrian paham dengan apa yang diucapkan oleh bosnya itu. “Lalu, Anda akan memberikan uang kembali, pada dia?”Kevin mengangguk. “Ya. Untuk mengambil Arshi darinya. Lebih banyak dari harta yang saya berikan dulu setelah kami bercerai.”“Haah! Berapa persen, Pak?”Kevin mengadahkan wajahnya kembali. “Uang itu, tidak ada harganya bagi saya, Andrian. Lebih baik kehilangan banyak uang, daripada harus kehilangan anak saya!“Uang yang akan saya berikan pada Desi dua kali lipat dari yang pernah saya berikan dulu padanya. Setelah itu, saya akan mengambil Arshi darinya.”Andrian
Kevin beranjak dari duduknya.“Kamu sudah melupakan semua kenangan dan janji kamu sendiri, Mas!” Desi berucap lirih.Kevin menoleh kembali. “Karena kamu sendiri yang sudah mengingkarinya juga, Desi. Jangan seolah-olah merasa paling tersiksa. Aku juga, Desi.“Semua masalah yang kamu perbuat, ada sebab dan akibat. Kita sudah menjadi asing. Kamu sudah bersama pria yang setiap bisa melayani nafsu kamu itu.“Dan aku sudah punya Jasmine, yang mau menungguku sampai urusan pekerjaanku selesai. Semuanya sudah berakhir. Jangan pernah mengungkit masa lalu lagi.“Kita sudah berbeda. Mana mungkin bisa disamakan lagi. Sedangkan kita sudah memiliki pasangan masing-masing. Sudah bahagia dengan cara masing-masing.”Suara itu terdengar sangat lembut. Agar Desi paham dan mau mendengar penuturan Kevin.Tapi, Desi menggelengkan kepalanya. “Masih bisa diperbaiki, Mas. Aku yakin, dari lubuk hati kamu yang paling dalam, pasti masih ada sedikit rasa untukku, kan?”Kevin tertawa campah. Kemudian memijat kening
Terdengar suara Kevin yang tengah memuntahkan isian di dalam perutnya. Lantas membuat Jasmine terkejut kala mendengarnya. Akhirnya perempuan itu masuk ke dalam kamar mandi. Ingin melihat kondisi suaminya yang sedang muntah-muntah itu. "Mas. Mas Kevin kenapa? Masuk angin?" Jasmine mengusapi punggung polos suaminya itu. Kevin menggeleng pelan. "Efek dari mabuk semalam. Biasanya akan terasa mual dan muntah di pagi harinya. Sudah biasa. Bibi menyiapkan sup pereda mabuk nggak, yaa." Kevin menjelaskan kondisi dirinya tadi. "Kayaknya nggak, Mas. Nggak ada sup apa pun di atas meja. Bibi juga kayaknya nggak tahu, kalau Mas Kevin habis mabuk." Kevin mengangguk paham. "Ya sudah kalau begitu. Tolong buatkan sup pereda mabuk dulu, yaa." "Saya nggak tahu, Mas." Kevin berhenti melangkah. Kemudian menoleh ke belakang. Menatap Jasmine yang masih berdiri di belakangnya. "Cari di g****e." Jasmine mengerucutkan bibirnya. Kemudian keluar dari kamar. Pergi ke dapur lagi, setelah menemukan sup pered
“Maaf, Pak. Meeting ini harus dicancel terlebih dahulu. Istri saya dibawa oleh polisi. Saya yakin, ada orang yang sudah melaporkan dia terkait penyebaran berita itu,” tutur Kevin menjelaskan kepada Pak Imam.“Astaga! Baiklah kalau begitu, Pak. Semoga urusannya cepat selesai. Kita bisa membahas ini setelah problem Anda selesai. Masih banyak waktu. Dan saya memakluminya.”Kevin menghela napas lega. Kemudian pamit kepada para staff juga pemilik perusahaan itu. berlari dengan cepat menuju basement.“Siapa yang sudah berani melaporkan Jasmine ke polisi. Kurang ajar!” Andrian ikut geram sambil melajukan mobilnya dengan kecepatan yang amat sangat tinggi.Kevin memijat keningnya sambil menyandarkan punggungnya di bahu kursi mobil.“Siapa lagi kalau bukan Desi,” ucapnya dengan lemas. “Lihat saja kamu, Desi. Jika ternyata kamu yang sudah menyebarkan berita dan video itu, aku tidak akan pernah mengeluarkan kamu dari penjara!”Kevin tak segan-segan akan menjebloskan Desi ke dalam penjara, jika te
Kevin tak akan tinggal diam. Tidak akan meninggalkan Jasmine di sini sendirian. Ia akan menemaninya sampai esok hari tiba.Pak Bambang hanya bisa mengangguk. Menuruti permintaan Kevin yang ingin menemani Jasmine di sini.“Tapi, Pak—“Kevin menoleh dengan tajam ke arah Andrian. “Besok pagi, kumpulkan semua staff IT agar segera menemukan pelaku aslinya. Jika tidak, saya akan memecat semua staff IT tidak berguna itu!”Glek!Andrian menelan salivanya kala mendengar ucapan Kevin. Begitu cintanya ia kepada Jasmine. Hingga tak segan-segan akan memecat seluruh staff IT di kantornya.“Ba—baik, Pak. Saya akan mengumpulkan staff IT besok pagi. Anda akan ke kantor, kan?”Kevin mengangguk pelan. “Ya. Saya yang akan bicara langsung pada mereka. Agar segera menemukan pelaku aslinya. Data sudah diberikan. Kenapa masih saja lelet!”Kevin mendesah kasar. Kemudian menghela napasnya dengan panjang.Di dalam sel tahanan. Kevin membayar sewa kamar VVIP di sana. Dengan fasilitas kamar tidur, juga ruangan ya