Sudah satu minggu berlalu. Dengan segala upaya Justin lakukan akan tetap dicintai Selena. Tak mudah bagi Justin menaklukan hati Selena yang mudah berubah arah itu.Walau seringkali disakiti, ia juga mudah untuk memaafkan. Namun, itu hanya berlaku jika kesalahan Justin masih di batas normal.Kini, kedua pasangan itu tengah menikmati masa bulan madu di Hawaii yang tadinya sempat tertunda karena Selena yang tiba-tiba demam tinggi.“Udah nggak demam lagi, kan?” tanya Justin sembari meraba kening istrinya itu.“Nggak, Mas. Kalau masih demam, kita gak akan ada di sini,” jawab Selena ketus.Justin lantas terkekeh. “Bisa demam gini. Kaget, yaa?”Selena mengerucutkan bibirnya mendengar ucapan suaminya itu. “Jangan ledek aku ya, Mas. Kalau berani ledek, jangan harap aku mau ngasih!”“Maaf, Sayang. Janji nggak akan ledek lagi. Dari satu minggu setelah kita menikah, belum pernah naik lagi. Hanya sekali di hotel di pagi hari itu.”“Terus?”Justin mengendikan bahunya. “Harusnya sih hari ini menikma
Menarik tubuh perempuan itu hingga menempel dengannya. Dengan tangan satunya bergelayangan di atas gundukan kenyal milik Selena.Justin menarik diri. Menjatuhkan kepalanya di dada Selena sembari mengatur napasnya yang tersengal. Lalu, meraup benda kenyal itu secara bergantian.Menciptakan desahan dan pekikan yang dikeluarkan oleh Selena. Sudah biasa dengan perlakuan Justin, perempuan itu begitu menikmati sentuhan Justin hingga lupa diri di mana ia berada kini.“I want it,” bisik Justin dengan suara penuh nafsu. Kemudian membuka celananya dan menyatukan diri dengan Selena yang kini tengah duduk di atasnya.Melajukan temponya cukup kencang hingga desahan sudah tak bisa dikontrol lagi. Menjambak rambut Justin yang tengah meraup secara bergantian asset berharga milik Selena.Hingga sepuluh menit kemudian, Justin sudah mencapai puncaknya. Memompa tubuh Selena dengan sangat cepat hingga peluh itu keluar dengan derasnya di bawah sana.Suara napas dari kedua pasangan yang sedang semangat-sema
"Tidak. Kondisi kandungan istri Anda baik-baik saja dan tentunya sangat sehat. Hanya saja, ada sesuatu yang belum kita deteksi dan tidak bisa saya putuskan sekarang.""Tapi apa itu, Dok? Bukan penyakit aneh yang istri saya derita 'kan, Dok?""Bukan, Pak Justin. Anda jangan berpikiran negatif dulu, okay!""Namanya juga khawatir, Dok."Dokter Felix mengulas senyumnya dengan lebar sembari menepuk bahu Justin. "Selamat ya, Pak Justin. Sebentar lagi akan menjadi ayah."Jangan nganu setiap hari, yaa. Biarkan janinnya tumbuh dengan baik. Bila ingin nganu, diwajibkan seminggu tiga kali. Tidak boleh lebih!"Justin menganggukkan kepalanya dengan antusias. "Baik, Dok. Apa pun yang harus saya lakukan dan harus saya pantang, akan saya lakukan."Dokter Felix menganggukkan kepalanya. "Oke sip. Calon ayah yang baik untuk anaknya dan suami yang baik untuk istrinya."Justin tersenyum bangga mendengar ucapan Dokter Felix yang memujinya tadi. Ia merasa sudah berhasil menjadi suami yang baik untuk Selena.
Giandra menggeleng pelan. “Bukan. Gue nggak tahu pastinya. Dia hanya kasih tahu gue kalau dia udah dapat pengganti Andrian yang memiliki kinerja yang baik juga seperti Andrian.”“Oh begitu. Besok gue mau ke kantor Kevin. Sekalian kenalan.”Giandra mengangguk. “Ya udah kalau gitu. Gue buru-buru. Diandra sendirian di rumah soalnya.”Justin pun mengangguk kemudian melambaikan tangannya pada Giandra kemudian menghilang dari pandangannya.Justin menghela napasnya dengan pelan. “Udah hamil juga ternyata,” gumamnya kemudian mengambil beberapa dus susu ibu hamil untuk Selena.“Kenapa? Nggak rela, Bu Diandra hamil anaknya Pak Giandra?” tanya Selena dengan ketus.Justin lantas menggelengkan kepalanya dengn cepat. “Nggak, Sayang. Malahan aku senang karena sebentar lagi Diandra akan menjadi seorang ibu.”“Yakiiiinn?” tanyanya seolah tak percaya pada suaminya itu.Justin mengangguk pasti. “Seyakin-yakinnya!”Mata Selena menatap manik mata Justin kemudian membuang muka lantaran malas melihat suamin
Setibanya di kantor, Selena memberikan agenda di hari ini kepada Justin. "Tolong kamu pelajari agendanya. Aku ke toilet dulu. Mual!"Selena berlari ke dalam toilet untuk memuntahkan isian di dalam perutnya karena mual kembali merajangnya. Bukannya mempelajari agenda yang diberikan Selena, ia malah menghampiri Selena yang tengah memuntahkan isian di dalam perutnya."Are you okay?" tanya Justin sembari mengusapi punggung Selena dengan lembut."Bad, Mas. Aku mau istirahat dulu, yaa. Di kamar kamu. Gak kuat, lemes banget."Justin mengangguk kemudian berinisiatif untuk menggendong Selena dan membawanya ke dalam kamar privasi di ruangan itu."Mabuk, yaa? Kayaknya kamu harus istirahat total. Gak bisa kerja kayak gini. Aku gak mau kamu kenapa-kenapa.""Tapi aku gak mau kamu punya sekretaris baru," ucapnya jujur. Selena yang sudah hafal dengan sifat Justin lantas menyimpan curiga jika suaminya itu memiliki sekretaris baru.Justin menelan saliva dengan pelan. "Aku tahu kamu tidak akan percaya w
Setengah jam kemudian Justin tiba di kantor Kevin. Menghampiri Kevin dan duduk di sofa. Menundukkan kepalanya sembari menjambak rambutnya."Kenapa, lo? Jangan bilang habis berantem lagi sama Selena." Kevin menebak raut wajah Justin yang sangat kusut itu.Justin menggeleng pelan. "Karma masih berlaku ke gue, Kevin. Elo nggak tulus ya, maafin gue?"Kevin lantas mengerutkan keningnya. "Ngomong apaan sih, lo? Kalau gue nggak tulus maafin elo, ngapain gue nolongin elo ini dan itu. Aneh! Napa sih, lo?" Kevin terlihat kesal pada Justin yang sudah menuduhnya belum memaafkannya.Justin menghela napas pelan. "Jasmine, waktu hamil sering sakit apa nggak?"Kevin menggeleng. "Ngebatin doang, gara-gara elo juga."Justin memutar bola matanya dengan pelan. "Nggak pernah sakit sama sekali?""Nggak, Justin. Mual dan muntah yaa memang hal biasa ibu hamil rasakan. Selena hamil? Udah berapa bulan? Nyoblos duluan ya, lo?""Nggak, Justin! Baru dua minggu. Tapi, mual dan muntahnya kebangetan. Lemes, sakit ke
Hampir lima belas menit lamanya Dokter Felix memeriksa kesehatan Justin. Ia pun memberikan hasilnya kemudian dibaca oleh Justin."Negatif ini apaan, Dok?" tanyanya sembari menunjuk hasil pemeriksaan tersebut.Dokter Felix menghela napasnya. "Anda memang tidak memiliki penyakit tersebut. Tapi, jangan juga diulangi lagi. Kehidupan Anda benar-benar buruk. Jangan merokok, jangan mabuk, dan jangan jajan di luar. Hanya itu nasihat dari saya."Justin menelengkan kepalanya sembari menatap Dokter Felix dengan bingung. "Maksud Dokter, kondisi saya baik-baik aja? Gitu 'kan, Dok?""Ya. Kondisi Anda baik-baik saja. Memangnya siapa yang bilang Anda sakit? Atau, Anda mengalami gejala-gejala aneh?"Justin menggeleng pelan. "Nggak ada sih, Dok.""Atau ... istri Anda bukan seorang gadis?""Masih kok. Baru dibuka segelnya, sama saya."Dokter Felix mengulas senyumnya. "Betapa beruntungnya Anda karena memiliki jodoh yang masih original sementara Anda sedikit berantakan. Jangan disia-siakan karena kesempat
Selena menghela napas kasar. Kali ini, dia memang yang salah. Sudah merahasiakan penyakitnya dari suaminya sendiri. Kemudian menelan saliva dengan pelan dan merebahkan tubuhnya kembali."Selena, jawab! Kenapa malah tiduran lagi?" Justin kembali naik pitam atas ulah Selena sendiri karena memilih rebahan daripada menjelaskan alasannya.Selena melirik Justin kemudian menatap ke arah depan lagi. "Aku gak pernah berniat untuk menyalahkan kamu terus menerus. Aku tidak pernah menyangka kalau aku bisa langsung hamil padahal memiliki penyakit Miom."Aku gak akan salahkan kamu kalau terjadi sesuatu padaku. Itu semua salahku. Maaf, karena udah nggak jujur dari awal sebelum kita menikah."Aku rasa sudah saatnya kamu tahu tentang penyakit aku, kekurangan aku. Silakan pergi kalau kamu tidak bisa menerima kondisi aku. Ini semua memang salah aku. Wajar kalau kamu marah atau membentak aku seperti tadi."Selena menghela napasnya sembari menahan nyeri di bagian perutnya itu. Meringis dengan pelan kemudi