“Kandungan Ibu baik-baik saja. Kemungkinan Ibu akan melahirkan dalam waktu dekat. Saya sarankan agar Ibu mempersiapkan dari sekarang. Tetap jaga kesehatan dan harus rileks.” Dokter kandungan menjelaskan setelah melakukan pemeriksaan pada kandungan Arabella. Perutnya sudah sangat besar, tanpa sadar air mata luruh membasahi pipinya. Ara teringat Gavin. Hampir setiap waktu Ara teringat pria itu.
“Terima kasih, Dokter.”
Dokter itu tersenyum ramah. “Kenapa tidak mengajak suami anda, Bu? Apa suami anda sangat sibuk?” tanyanya pada Ara.
Ara seketika itu terdiam tidak dapat menjawab. Dia menghela napas panjang, pertanyaan yang tidak pernah berubah setiap kali dia memeriksakan kandungan di rumah sakit yang berbeda.
“Saya tidak memiliki suami, Dokter.” Ara tersenyum getir. Tapi Arabella seolah sudah terbiasa hidup dengan kepedihan. Bertemu Gavin seperti mimpi ind
Gavin terus berpacu dengan kecepatan tinggi. Pikirannya kacau, dia tidak bisa tenang sebelum sampai ke alamat Ara. Meski ucapan Alissa belum terlalu jelas, tapi Gavin yakin sekali sesuatu terjadi pada Ara. Apakah dugaannya benar? Ini semua perbuatan Louise? Saudara ipar Ara?"Ara, kenapa kau sangat keras kepala, hah!! Kenapa kau memilih pergi di saat kau bisa aku lindungi! Aku sangat marah, Ara! Marah sampai ingin menghabisi siapa pun yang berani menyentuh sejengkal saja tubuhmu!"**"LOUISE HENTIKAN!!""TURUNKAN AKU, LOUISE!!"Teriakan Ara tidak berarti bagi Louise. Lelaki itu benar-benar asing di mata Ara. Louise yang dulu dia kenal sangat lembut dan baik hati, malah berbuat hal yang menjijikan seperti sekarang.Louise mengikat dua tangan Ara di ranjang. Padahal perut Ara sudah membesar dan dia sangat pucat karena lemas kehabis
"Maaf Tuan, tapi Nyonya Ara harus segera di lakukan tindak operasi caesar.""Lakukan saja, Dokter. Lakukan yang terbaik!""Tapi, Tuan, ada masalah lain..." Dokter itu tampak ragu menyampaikan pada Gavin. Tapi sebagai dokter dia harus menyampaikan kondisi pasien dengan sejujurnya."Kenapa, Dokter? Masalah apa?" Gavin tampak sangat panik. Ara juga sejak tadi mengeluh sakit, bahkan dia terlihat sangat lemas."Tekanan darah Nyonya Ara sangat tinggi, kalau di paksakan menjalani operasi, biasanya akan menimbulkan efek samping nantinya. Satu hal lagi, mata nona Arabella terkena pecahan kaca. Saya cemas, jika nanti ada efek samping. Mungkin nona Ara akan kehilangan penglihatannya," 1terang Dokter itu pada Gavin."Maksud Dokter? Efek samping yang seperti apa? Maksudnya tidak bisa melihat apa Ara akan buta?""Untuk efek samping bisa berbed
Pahit. Hidup Arabella seolah tidak habis dirundung kepedihan. Baru saja dia kembali pada suaminya. Merasakan cinta dan dekapan erat Gavin lagi. Tetapi Tuhan memberikan dia cobaan lain berupa kebutaan yang menimpanya. Bukan hal yang mudah bagi Arabella menerima itu semua. Semua yang dia alami selama ini sudah pahit, perih, dan penuh perjuangan. Ara tidak mungkin bisa bertahan sampai sekarang kalau bukan demi putranya. Tidak ada yang lebih dia cintai sekarang, selain putri pertamanya dari Gavin. Bahkan Arabella belum tahu wajah putranya seperti apa. Dia hanya bisa menangis, teriris perih, tapi dia tidak boleh putus asa. “Sayang, ini mama, nak. Kau sudah tidur?” tanya Ara pada bayi cantiknya yang bernama Aely. Bulir bening tanpa sadar luruh. “Mama ingin melihat wajah kamu, sayang.” “Tapi, Mama tidak berdaya.” Tidak ada yang dapat menggambarkan luka di hati Ara Kecuali mereka yang sama seperti Ara, sama-
Tidak ada yang bisa menggambarkan kebahagiaan Arabella dan Gavin saat itu. Setelah beberapa bulan Ara tidak bisa menatap wajah orang-orang yang dicintainya. Kini, di hadapannya, ada Gavin sedang menggendong bayinya, Aely.“Sayang. Aku gemetaran ingin menyentuh wajah cantik Ael.”“Dia mendapatkan kecantikan ini karena dirimu juga cantik. Kau mamanya, kau memiliki kecantikan Ael, Sayang.”Mata Ara berkaca-kaca. “Aku mau menggendongnya, Vin.”“Ya, kau memang harus menggendongnya.”Gavin menyerahkan bayi perempuannya ke gendongan Arabella. Ael terlihat tenang saat berada di pelukan Ara.“Sayang, ini mama, Nak.” Ara menciumi Ael sambil menangis sesenggukan. “Siapa kiranya orang baik yang memberikan aku donor mata ini, Vin? Aku benar-benar penasaran. Aku sangat ingin bertemu dengannya.”Gavin tersenyum. “Yang pasti dia
Kebahagiaan yang luar biasa sedang di rasakan Arabella dan Gavin. Kedua orang tua Gavin juga amat bersyukur karena menantu tersayang mereka sudah bisa melihat lagi.Ara termasuk yang beruntung, karena saat dia tidak bisa melihat, yang bermasalah adalah retina, sehingga donor mata masih bisa di lakukan. Kalau bukan karena itu mungkin dokter tidak bisa membantu Ara sampai seperti sekarang ini.Meskipun begitu, Ara masih penasaran siapa yang mendonorkan mata untuknya. Dia bercermin menatap pantulan retina matanya. Dia menebak-nebak, orang sebaik apa dia?"Sayang, di depan ada yang ingin bertemu denganmu." Gavin mengelus pipi Ara yang baru saja berganti pakaian, mereka berencana untuk makan malam bersama keluarga."Siapa, Sayang? Mana Ael?""Ael sedang bersama oma dan opanya. Temui dulu tamu mu, dia sudah lama ingin bertemu denganmu, tapi keberaniannya belum cukup. Begitu mendengar kau sudah b
Setelah melewati banyak hal. Arabella makin hari semakin berusaha menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi dari sebelumnya. Dia memulai kembali lembaran baru, bersama keluarga kecilnya, Gavin dan Aely Camelia, putri pertama mereka.“Pagi sayang, kau sudah rapi sekali. Apakah hari ini ada meeting?” tanya Arabella pada suaminya.“Ya, hari ini aku ada meeting sayang. Entahlah klien kali ini agak rewel. Dia menginginkan aku sendiri yang menemuinya, baru dia mau melakukan investasi dan tanda tangan. Padahal proyek kali ini benar-benar membutuhkan suntikan dana, sayang. Kau doakan ya, agar semuanya di lancarkan.”“Oh rupanya begitu, baiklah. Aku pasti akan doakan kau sayang. Kau harus tetap semangat ya. Oh iya, kemarin aku dapat tawaran kerja, menurutmu apa aku terima saja tawaran kerja itu?”Keadaan keuangan mereka memang sedang di uji. Gavin dan keluarganya sedang mengalami masalah di perusahaan. Arab
Gavin masih berada di kantornya. Dia sudah dua kali bolak-balik dari cafe, ke restoran hotel, kemudian kembali ke kantor lagi demi bertemu dengan seorang klien penting yang akan menanamkan saham ke perusahaannya. Gavin sendiri belum tahu, siapa klien penting itu. Yang dia tahu, seorang laki-laki yang umurnya jauh di atasnya. Memiliki modal sangat besar untuk bekerja sama dengan perusahaannya.Pasang surut dalam dunia bisnis sudah biasa. Terlebih lagi Gavin yang sudah pernah bangkrut sebelum usahanya berjaya seperti sekarang. Namun roda terus berputar, dan bisnisnya kembali diterpa kekurangan modal, sebab project yang dijalaninya hampir bangkrut karena dia banyak mengalami masalah pribadi beberapa bulan belakangan ini.Gavin masih duduk di ruang meeting, menunggu sang pemilik modal yang belum kunjung datang. Tak lama, seorang asisten Gavin membisikkannya, bahwa klien penting itu akan segera memasuki ruangan meeting. Gavin pun bersiap, dia segera berdiri.
Ara membuka lembaran buku diary yang ada di pangkuannya. Sembari menunggu suaminya mengerjakan sebuah laporan dari kantornya yang belum sempat diselesaikan.Berulang kali Arabella tersenyum, sesekali agak meringis membaca ulang tulisan tangannya.Dear, Diary.Aku, Arabella.Jangan menuntut kesempurnaan dari orang lain jika dirimu sendiri takkan bisa sempurna. Sebab, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apple Cherry ~Aku di usia remaja bisa dikatakan seperti gumpalan lemak yang berjalan. Tepat sekali, aku sangat gendut untuk anak seumuran ku. Tapi beruntung, aku memiliki saudara sepupu yang selalu mendukungku, dia adalah Alissa. Saat aku dijadikan bahan olok-olokan, dia selalu ada di sisiku untuk membelaku.“Hentikan! Arabella bukan gadis gendut! Dia itu gadis yang cantik!” Alissa membentak dua murid perempuan di sekolah hanya karena mereka berdua mengatakan aku sangat gendut dan tidak pantas