Share

Empat

Cukup berdiri di dekatku, maka aku tidak membutuhkan apapun di dunia ini selain dirimu

-Keona Dee-

---

"Lalu, apa yang terjadi?" Tanya Keona sesaat setelah berhasil masuk dan memastikan Bready terjaga. Mata tajam Keona menatap Bready bagai mangsa lemah, namun bagi pria pesakitan ini Keona terlihat lucu dan menggemaskan dengan mata bulat besar. Pipi Bready tertarik tanpa sadar. "Aku tidak meminta senyummu, aku ingin penjelasan mu!"

"Hey, jangan terlalu pemarah. Lihat, aku baik saja." Bready mencoba duduk dan mencari pegangan. "Oh sial, Yona! Kau memukul tepat di luka ku!"

Senyum sinis terbit bersamaan dengan lengan terlipat bersedekap dada. "Umpatanmu membuktikan kondisimu!" Keona berjalan angkuh menuju sofa, membiarkan Bready dengan segala kesulitannya.

"Yona, kemari!" Perintah Bready. Ia tidak berhasil duduk, hanya bagian kepalanya yang sedikit berpindah.

Dengan pasti Keona menggeleng kuat, "katakan padaku!"

"Maka kemarilah, agar kau dapat mendengarkan lebih jelas."

Keona kembali menggeleng. "Aku tidak akan luluh karena perbanmu!"

Dengan kesal Bready berusaha keras menanggalkan sebentar rasa sakit di sekujur tubuhnya, untuk memberikan pelajaran pada gadis sombong yang sedang duduk di sofa. Bready mencoba untuk duduk kembali, jika memungkinkan menuruni brankar adalah misi keduanya.

"Shit! Triple shit!" bukan dari bibir Bready, namun Keona. Sama kesalnya, Keona berjalan menuju arah brangkar. Ingin melayangkan pukulan pada kepala jika saja Bready tidak memeluk dan menenggelamkan kepala di perut Keona. "Kau selalu tahu kelemahan ku." Nada bicara tidak rela menusuk pendengaran Bready bersamaan dengan belaian halus di helaian rambut hitamnya.

"Dan kau tidak akan tega menghukum ku," ujar Bready tenang.

"Tidak untuk sekarang, padamu. Aku akan menghancurkan mereka yang tidak menjagamu."

Bready meluruhkan pelukan mereka, Keona menemukan tautan alis tebal hampir menyatu di sana. "Mereka?"

"Para bodyguard sialanmu!" Senyum culas terlihat, pandangan mata Keona menajam seakan menyimpan dendam berpuluh tahun.

Kekehan terdengar. "Hey, berhenti menjadi gadis menyeramkan. Jika wartawan tahu, wajah cantikmu akan memenuhi stasiun televisi, berita acara, dan semua majalah." Bready menarik untaian rambut yang mengganggu pandangan Keona dan menyelipkan ke belakang telinga. "Ah, aku tidak akan tahan melihatnya. Pasti akan sangat merindukanmu." Khayal Bready.

Keona melipat kedua tangan di dada. "Tidak masalah Daddy ku orang yang kaya, jadi aku kapan saja dapat pergi tanpa penyesalan dari dunia hiburan," ucapnya pongah.

Bready meletakkan dua jari, telunjuk dan jempol di bagian dagu meneliti Keona dan mengangguk serius. "Ya, dan kau dapat mengurungku sebagai penjaminmu seumur hidup untuk hidup mewah," sindirnya.

"Bre! Kau tidak akan bangkrut hanya dengan menampungku hingga tua rentah!" Teriak Keona tak percaya.

Beberapa detik saat mendengar suara tinggi Keona, Bready ingin sekali tertawa tetapi setelah mendengar dua kata terakhir membuatnya terdiam.

"Aw! Itu sangat sakit!" Teriak Keona lagi, dengan cepat ia meraih ponsel pria tersebut dari atas meja. Mendapati bekas merah di hidungnya.

"Hukuman untuk gadis nakal sepertimu, jangan pernah mengatakan kau akan menua dihadapanku. Karena tidak akan terjadi, aku mengusahakannya."

"Kau merusak aset ku!" Ucap Keona sinis. Lalu duduk di atas brangkar milik Bready. "Bre, itu tidak mungkin, manusia selalu ditakdirkan untuk menua. Dasar aneh!"

Mata hitam Bready menerawang jauh, membayangkan Keona menua. Tidak pernah terbersit sedikitpun. "Ya, aku tahu. Tapi aku akan mengusahakan kau tidak menua dengan uangku, maka kau harus percaya dengan pria tampan dan kaya raya ini. Dan kau pasti tahu jika hanya aku yang dapat menjagamu selain daddy dan Le,-" Bready tersadar segera mengatup bibirnya rapat. Melihat Keona, jika terlihat perubahan di wajahnya maka ia tidak termaafkan. Namun yang terlihat Keona tersenyum. "Bagaimana mungkin kau begitu menggemaskan, hmm?" Bready tersenyum dan membelai rambut ikal Keona mengalihkan pembicaraan yang baru saja terjadi.

"Aku memang menggemaskan sejak di dalam perut Mommy," ucap Keona menaikkan kedua alis serta mencebik menatap Bready.

"Kau juaranya," balas Bready seraya membelai puncak kepala Keona.

Tangan Bready terulur menekan bel merah yang berada di atas nakas saat menatap Keona menguap. Tak berselang lama dua orang wanita berseragam putih serupa masuk ke ruangan.

"Bantu aku untuk bergeser ke arah kiri!" Perintah Bready tanpa basa-basi. Sangat sulit berinteraksi dalam satu ruangan bersama orang asing.

Bantu yang Bready maksud terdengar seperti perintah, dua orang perawat saling bertatapan mendengar suara berat dan tegas Bready. Mereka tahu jika pria ini pemilik perusahaan besar dan anak dari pengusaha terkaya di negara mereka, tentu saja memiliki sikapnya otoriter dan ingin mengintimidasi orang lain.

"Hmm."

Peringatan Bready membuat mereka tersadar dan segera membantu menggeser tubuh seksi Bready ke arah kiri, entah apa tujuannya. Setelah selesai pun tidak terdengar ucapan terima kasih, namun tiga kata yang cukup membuat siapapun yang mendengar akan merasa sangat kesal.

"Kalian boleh pergi!"

Keona hanya memandang pertunjukkan yang diperankan Bready tanpa minat, sikap arogannya tidak pernah berubah. Tapi Keona begitu mencintainya.

"Terimakasih," ucap Keona saat dua perawat beranjak pergi. Mereka tersenyum dan merunduk membalas ucapan Keona.

"Yona kemari." Bready menepuk sisi brangkar yang kosong.

"Jika hanya menggeser tubuhmu aku dapat melakukannya," balas Keona malas.

"Kemarilah kumohon," pinta Bready. Hanya dengan Keona ia mampu meminta tidak untuk memaksa, gadis cantik yang begitu menjadi kelemahannya.

Keona beranjak naik, mencari posisi ternyaman untuknya. Dan sekarang menemukan dada bidang Bready sebagai penumpu, ia tidak ingin tahu jika area tersebut turut mengalami cidera. Bready pun hanya diam membiarkan Keona bertindak semaunya. Tak memerlukan waktu lama untuk Keona memejamkan mata menuju alam mimpi. Dari yang terlihat, si Dewi Yunani begitu kelelahan, baru beberapa menit dengkuran halus terdengar.

"Selamat tidur Tuan Putri, kau harus bersamaku. Dan aku harus bersamamu sebelum kau menemukannya." Bready mengusap perlahan puncak kepala berambut cokelat di tubuhnya. Mengecup dan menghirup harum beberapa wangi bunga di sana. Menjadi ciri khas Keona yang tidak dapat terlupakan.

Ketukan terdengar, seorang wanita dengan blouse putih berpadu rok berbahan levis selutut dan di percantik jas putih yang menandakan profesinya. Ia masuk dengan senyuman khas menyapa.

Satu kata yang terpikir di dalam kepala Bready.

'Indah'.

"Saatnya pemeriksaan Mr. Bready," ucapnya.

"Bisa jadwalkan pemeriksaannya tiga jam lagi?" tanya Bready mengalihkan fokus wanita bermata abu yang sedang menatap Keona. "Aku kedatangan Putri tidur hari ini."

"Tidak masalah, hanya pengecekan sedikit dan itu tidak akan mengganggu Putri tidurmu." ia berjalan menuju cairan berselang yang terpasang di lengan Bready.

Memilih diam untuk menghilangkan rasa gugup, ternyata pasiennya lebih menawan saat membuka mata. Bulu mata lentik, menyimpan bola mata yang terlihat begitu menyeramkan sekaligus menawan.

"Anaira Stune."

Wanita itu sedikit terkejut namun dengan cepat dapat kembali menguasai diri. Bready menyentuh name tag miliknya, tidak masalah. Namun yang menjadi masalah besar adalah posisi benda persegi panjang tersebut tepat berada di dada bagian kiri. Membuat pipinya memanas dan ingin segera mempercepat pemeriksaan.

Bready merasakan gelagat dari wanita yang baru di ketahui namanya, dan pipi bersemu itu membuat Bready tersenyum bersamaan rasa ingin menyentuh merasakan bagaimana halus serta lembutnya. Cukup singkat untuk mengatakan Bready terpesona.

"Selesai."

Bready terkekeh, membuat Anaira semakin merunduk dalam dan penuh tanya.

'Apa yang lucu?' Ucap Anaira dalam hati.

"Kau gugup? Suaramu bergetar. Aku yakin kau sangat profesional dan memiliki sikap yang sangat tenang." Bready jujur, namun ternyata kejujurannya salah.

Anaira tetap merunduk dan segera melangkah, ia sama sekali tidak membalas ucapan Bready.

"Dokter Anaira?"

'Sial', umpat Anaira dalam hati. Kali ini ke profesionalnya sedang di uji. Dengan tenang dan tersenyum Anaira mengangkat kepala. "Ada yang bisa saya bantu, Mr. Daguen?"

Panggilan dari Anaira membuat Bready tidak suka. "Aku hanya ingin kau yang merawatku selama aku berada di sini."

Terdengar seperti perintah, bukan permintaan. Tentu saja Anaira menyesal telah menggantikan Marco untuk memeriksa Bready. Anaira mencoba tersenyum dan kembali merunduk.

Bready tersenyum, bahkan sangat lebar. Hingga dirinya ragu untuk memikirkan apakah ia pernah tersenyum selebar sekarang selama dua puluh sembilan tahun hidupnya?

'Apa aku harus mengklaim dirimu sebagai milikku setelah Keona Dee, Anaira Stune?' tanya Bready pada dirinya sendiri.

Jawabannya, 'ya'. Anaira telah masuk ke daftar seorang Bready Alan Daguen.

Sedangkan Anaira, wanita itu masih berdiri di balik dinding ruangan Bready. Mengatur degup jantung yang seketika naik tak terkira.

'Bagaimana mungkin pria tampan dan sempurna seperti Bready menjadi sangat brengsek bersamaan dengan seorang gadis di dalam dekapannya?' tanya Anaira dalam hati. "Sialan kau Bready!" umpatnya, tanpa sadar memukul bagian dada.

Jake mengernyit melihat primadona rumah sakit memiliki gelagat tidak biasa. "Apa yang terjadi?" tanya Jake setelah mendongak melihat ruangan Bready yang baru saja di masuki wanitanya.

Anaira terlonjak. "Tidak," aku akan segera memeriksa pasien selanjutnya.

Anaira berjalan menuju ruangan bernomor tiga, masih diikuti oleh Jake yang mengamati Anaira dari belakang. Saat akan masuk lengannya tersentak.

"Tidak perlu, aku akan memeriksanya." Jake menarik lengan Anaira, dan dahinya berkerut. "Aku akan memperingatkan mu, dia lebih berbahaya dari seseorang yang baru saja membuatmu linglung."

"Terima kasih Jake." Anaira memeluk pria tampan itu sejenak, ia tersenyum dan melangkah pergi.

Jake Jhonson pria tampan pemilik rumah sakit besar tempatnya bekerja. Pintar namun licik, baik namun culas, pemain wanita. Tetapi tidak dengan Anaira, karena mereka telah berikrar sebagai kakak dan seorang adik setelah insiden yang pernah terjadi di antara mereka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status