"Sudah sampai," ucap Han datar.
"Terimakasih. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" ucap Mia dengan tatapan matanya yang mengarah ke depan tanpa menoleh kearah Han.
"Hemm."
"Sepertinya adik bosmu sangat menyukaimu, tapi kenapa kamu terlihat sangat acuh padanya?"
Han menoleh ke arah Mia. "Darimana kamu tau dia menyukaiku?"
Mia pun menoleh ke arah Han yang menjawab pertanyaannya. "Aku selalu melihat ekspresi wajahnya yang akan langsung berubah masam ketika kamu bersamaku. Aku yakin dia sedang cemburu."
"Aku tidak tahu."
Zira menggelengkan kepalanya, dan air matanya mengalir semakin deras, ia kemudian menghamburkan tubuhnya ke Steve. "Terimakasih, aku sangat senang dengan ini semua," ucap Zira dalam pelukan Steve. Mia ikut meneteskan air mata bahagianya. Zira menatap Steve sambil bertanya. "Tapi bagaimana kamu tau jika ini adalah kering aku dan kedua orangtuaku?" Steve hanya tersenyum dan mengarahkannya matanya ke Mia. Zira pun menoleh ke arah mia, ia melepaskannya pelukanku pada Steve dan mendekati Mia. "Maafkan aku sempat marah padamu," ucap Zira. "Kamu memang pantas marah padaku Zira," ucap Mia. Mereka pun akhirnya saling berpelukan. "Sebaiknya kita segera masuk, kasian anak-anak yang sudah menunggumu," ucap Steve. Zira dan Mia pun mengangguk, mereka melangkah masuk kedalam ru
"Sial! apa yang sebenarnya terjadi padaku," gumam Steve sambil memijat pelipisnya. Perlahan tubuhnya terasa panas dan perasaan aneh di hatinya semakin menjadi, dengan langkah gontai ia menuju lift dan memencet tombol menuju sebuah kamar hotel.Steve keluar dari lift dengan perasaan yang semakin menjadi, hasratnya untuk menuntaskan keinginan hatinya tak bisa ditunda lagi, saat ini dia sangat membutuhkan seorang wanita untuk melayaninya.Ia berjalan di lorong kamar hotel dengan debaran jantung yang semakin tak menentu, nafasnya mulai tak beraturan menahan perasaan yang tidak jelas di hatinya.Seorang gadis yang tengah berjalan di lorong hotel melihat Steve yang terlihat sempoyongan, ia pun segera menghampirinya.
Steve membuka matanya, ia meregangkan tubuhnya yang masih tersisa rasa lelah karena aktivitasnya semalam, melihat sekeliling kamarnya yang berantakan dan pakaian yang berceceran di lantai."Heh, gadis itu sudah pergi rupanya, bahkan aku belum melihat jelas wajahnya!" batin Steve. Matanya seketika tertuju pada sebuah tanda merah di kasurnya.Sejenak Steve pun terdiam dalam pikiran yang bergejolak, "Hemmm, apa yang sebenarnya terjadi semalam? kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, bahkan aku tidak bisa mengingat jelas semua yang terjadi."Steve mengusap mukanya dan beranjak dari tempat tidurnya hendak ke kamar mandi."Uucch Shit! Apa ini?" pekiknya melihat benda yang membuat telapak kaki
FlashbackSteve seorang CEO dingin dan arogan itu datang dengan gayanya yang cool, wajah yang tampan dan tubuh yang kekar dengan memakai setelan jas hitam yang membuat aura kewibawaannya terpancar jelas hingga setiap wanita yang melihatnya akan tergila-gila.Di sampingnya, Han, sang asisten yang setia menemaninya pun tak kalah menarik, namun di balik pesonanya dia adalah tangan kanan yang tidak diragukan lagi kesetiaannya, kedisiplinan dan kekejamannya pun sudah dikenal di seluruh pelosok negeri."Oh Steve, siapa yang tidak tertarik dengan pria tampan yang sudah termasuk pria muda terkaya di Asia itu, bukankah itu pria sempurna idaman setiap wanita?" tanya seorang wanita pada temannya yang melihat Steve. melintas di depannya.
"Selamat datang Steve, sungguh sebuah kehormatan untukku, kamu bersedia hadir di acara paman yang kecil ini," ucap pria paruh baya menghampiri Steve. Steve menatap datar pria tersebut. "Jika aku tak mengingat paman adalah sahabat papah, mungkin aku tidak akan ada waktu dan tidak bisa menyempatkan untuk datang ke sini," "Paman mengerti hal itu Steve, kamu adalah anak muda yang sukses dan sibuk, mana mungkin akan sempat datang ke acara biasa seperti ini, pasti banyak hal yang lebih penting dari ini bukan?" jawab Hendarto. Steve pun hanya menyunggingkan senyumnya menanggapi ucapannya. "Heh! kalo saja bukan karena investasinya yang cukup besar, aku pun tidak akan sudi berbicara dengan anak ingusan yang sombong ini!" gerutu Hendarto dalam hati.
"Tunggu beberapa saat lagi, kamu akan jadi milikku selamanya Steve," ucap Casandra dalam hatinya. "Shit! kenapa kepalaku terasa pusing," batin Steve memegang pelipis kepalanya. "Tuan Steve apa anda baik-baik saja?" tanya seorang pengusaha padanya. "Anda terlihat pucat, mungkin anda kelelahan dan butuh istirahat," yang lainya menimpali. Steve memijat pelipis kepalanya tanpa merespon ucapan mereka. "Steve apa perlu aku mengantarmu ke kamar untuk beristirahat?" tawar Cassandra. "Benar Cassandra antarlah dia untuk beristirahat," imbuh Hendarto. "Tidak perlu! aku tau jalan menuju kam
Malam saat Casandra mencoba mengejar Steve. Cassandra menekan tombol lift berikutnya untuk menyusul Steve, namun saat pintu akan tertutup, tiba-tiba seorang pria menahan pintu liftnya. "Kenapa tidak menungguku Cassandra?" ucap pria tersebut sambil memencet nomor lantai yang berbeda dengan Cassandra. Bukan main kehadiran pria itu membuat Casandra sangat kaget, "L--leo? bagaimana kamu bisa ada di sini?" ucap Cassandra dengan bibirnya yang gemetar. Pria itu menyeringai, "Karena kamu juga ada di sini sayang," ucap Leo. Ia memegang dagu Cassandra hendak mencium bibirnya, namun Casandra langsung memalingkan wajahnya menghindari ciuman leo. Leo pun mengelus lengan mulu
Cassandra turun dari ranjang menghampiri meja tersebut, ia mengambil pisau dan menatap Leo yang tertidur pulas, entah apa yang ada dalam pikirannya namun dengan langkah perlahan ia mendekati ranjang dan tanpa aba-aba Casandra langsung naik di atas tubuh Leo. "Cassandra apa yang akan kamu lakukan?" ucap Leo kaget. Pria itu merasa terkejut saat mendapati Casandra sudah berada tepat di atas tubuhnya menggenggam sebuah pisau dengan raut wajah yang penuh amarah. "Mati kau bajingan! kamu merusak semua rencanaku," teriak Cassandra sambil menancapkan pisau di dada Leo. "Ahhk! Cassandra hentikan." "Aku membencimu, pria brengsek." Sumpah serapah keluar dari mulut Cassandra tanpa menghentikan