***
Ini pertama kalinya, Celine menemani Barra mengunjungi salah satu pabrik pengolahan limbah miliknya. Perusahaan Barra mendapat penghargaan bergengsi sebagai perusahaan yang dinilai telah berkontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan.
Jangan bayangkan pabrik pengolahan limbah milik Barra adalah perusahaan yang menerima sampah rumah tangga lalu memanfaatkannya menjadi potongan keset ramah lingkungan atau berbagai bentuk lain yang bernilai ekonomis. Tidak, bukan sama sekali.
Perlu dipahami bahwa sampah dan limbah adalah dua hal berbeda. Limbah adalah polutan berbahaya yang dihasilkan dari aktivitas pabrik dan dapat berbentuk cairan atau benda padat yang tidak bisa dibuang sembarangan karena mengandung bahan berbahaya. Sedangkan, sampah umumnya dihasilk
*** Barra masih kesal dengan apa yang terjadi antara dirinya dan Celine beberapa malam lalu. Bisa-bisanya Celine menyebut nama almarhum suaminya saat mereka sedang bermesraan di atas ranjang. Barra pikir mereka akhirnya akan saling menikmati. Barra sudah menelepon Elle, pengacara Celine yang mengurus semua dokumen surat adopsi Lola dan serah terima aset Alaric. ‘Bagaimana dirinya tidak kesal dengan sahabatnya sendiri, Alaric Kusuma? Pertama, ia mengambil cinta pertama milik Barra dan menikahinya. Kedua, bisa-bisanya Alaric selingkuh dengan perempuan lain hingga memiliki anak diluar nikah dan anak itu kini berada dalam asuhan Barra. Terakhir, Alaric menyusun sebuah wasiat yang mengamanatkan Celine harus menyerahkan setengah warisan pada Lola
*** Halo readers, berikut adalah ringkasan part 1 (Bab 1-40) untuk mempermudah kalian mereka-reka kisah Barra dan Celine. Sebetulnya mulai dari Part 2 juga tidak masalah, senyamannya kalian saja ya. Selamat membaca. Be kind and add this book to your library! Love and Vote! Terima kasih. Ringkasan Part 1: Celine dan Barra sudah berteman sejak lama dan sempat terlibat cinta remaja. Keduanya kemudian berpisah tanpa ada kelanjutan hubungan. Celine menikahi Alaric, sahabat Barra. Barra juga menikahi Aimee dan memiliki satu anak. Beberapa tahun kemudian, Celine kembali pulang ke kota kelahirannya setelah tinggal di luar negeri. Alaric meninggal dalam kecelakaan dan meninggalkan surat wasiat yang menyatakan hartanya dibagi dua untuk anak dalam kandungan Aimee dan anak Celin
*** “Good morning, hawt mama!” Barra berkata tegas dengan letup gairah tersorot dari maniknya. Barra merebahkan diri sambil bertumpu pada salah satu siku dan tangan lain menggerayangi paha polos Celine karena gaun tidurnya sudah tersibak ke atas. Satu hentakan, camisole sutra itu akan terurai begitu saja di atas lantai. Barra menelentangkan Celine di atas ranjang. Bibir mereka masih bertaut dengan ganas. Barra menjauhkan wajahnya sedikit dan ia melihat protes di mata Celine. Barra merapatkan pinggul dan menggerakkan lutut. Semakin menempelkan bukti kejantanannya pada Celine di pagi hari. Celine sempat melengkungkan punggungnya semakin ke atas. Celine bergetar akibat sentuhan Barra. Telapak hangat lelaki itu mempermainkan kulitnya.
***“Ayah, kenalkan ini Barra, suamiku.” Celine menyambut tangan Barra dari ambang pintu dan menariknya.Barra menyerahkan buket bunga yang sedang digenggamnya pada Celine. Barra lalu menyodorkan tangan dan mengenalkan diri.“Barra Hutama, Pak.”“Panggil aku Hugo saja, anak muda.” Hugo Artha menyambut tangan lelaki yang mendadak menjadi suami putrinya.Ini pertama kalinya Barra berhadapan langsung dengan ayah Celine yang tersohor. Seorang hakim terkenal karena putusan-putusannya selalu memihak masyarakat terpinggirkan yang melawan ketidakadilan melalui pengadilan. Barra memang mengenal nama Hugo Artha sebagai hakim yang adil dan jujur.“Ma
***“Saya memang bukan ayah kandungmu, Celine.” Hugo berkata dengan tenang lalu melanjutkan, “Tapi menurutmu apakah aku tidak perlu tahu soal pernikahanmu dengan lelaki bernama Barra Hutama ini?”“Bukan itu maksudku, Yah.” Celine menundukkan kepala dan tidak berani menatap wajah Hugo. Ayah tiri yang menikahi ibunya saat Celine berusia lima tahun dan membesarkan Celine seperti anaknya sendiri sejak ibunya meninggal. Bahkan Hugo mengadopsi Celine sejak kecil dan dia berhak untuk menggunakan nama keluarga Artha yang dikenal sebagai keluarga noble atau bersahaja.“Ini sudah tiga bulan lebih, Celine. Bahkan sejak kepulanganmu dari luar negeri kau hanya berkunjung sebentar lalu menghilang kembal
***Satu hal yang Barra ingat saat menyadari sebuah pisau tertancap pada perut sebelah kiri adalah siapa yang akan melindungi Lola dan Celine.Barra berdiri di ujung ranjang rumah sakit. Dia melihat sosok yang sangat mirip dengan dirinya sedang merebahkan diri, diperban sana sini, sejumlah mesin yang sedang berjuang bersama dirinya untuk memonitor detak jantung atau alat bantu pernapasan.Barra lalu menyadari bahwa dirinya dalam kondisi koma. Katanya hanya orang-orang terpilih yang bisa terpisah antara jiwa dan raga serta menyaksikan raganya teronggok tidak berdaya.Ruangan putih yang sedang ditempati Barra tentu saja khas ruang perawatan khusus rumah sakit. ICU. Sesaat kemudian Barra melihat sosok istrinya, Celine yang sudah mengenakan jubah khusus untu
*** Stay strong, be positive. We struggle all the time. That’s life. (Celine Artha, 2021) Jika Celine bisa memutar waktu maka dia akan memilih untuk tidak pernah mendatangi Barra dengan rencana pernikahan kontrak sesuai isi wasiat mendiang suaminya yang eksentrik itu. Barra mungkin masih sehat dan sedang bersenang-senang dengan sejumlah gadis muda yang usianya jauh dibawahnya. Lola tidak akan kehilangan ayah untuk kedua kali. Dan, Celine tidak perlu merasa patah hati setiap bangun di pagi hari. ‘Ayah ternyata benar, keputusannya terlalu gegabah dengan melibatkan Barra dan Lola dalam rencana mulianya. Belum setengah jalan rumah tangga mereka berlangsung, Barra sudah menjadi korban. Besok entah siapa lagi?’
*** Barra terbangun dan menyadari bahwa ia kini berada di ranjang rumah sakit. Samar terlihat punggung perempuan sedang membelakanginya. Dengan terusan biru muda berbahan linen, perempuan itu sedang menyiapkan baskom dan waslap. Barra segera mengenalinya. Perempuan itu adalah istrinya, Celine Artha. Sepersekian detik kemudian, mereka saling berpandangan. Celine menjatuhkan baskom kecil yang dipegangnya. Berjalan terhuyung menghampiri sisi ranjang Barra. Salah satu tangannya menekan tombol untuk memanggil suster. Sedangkan tangan lain meraih sisi lengan Barra yang membengkak akibat cairan infus selama beberapa pekan terakhir. “Barra,” sapa Celine pendek. Sepasang matanya menyiratkan pandangan takjub karena lelaki yang selama ini ditemaninya akhirnya s