“Siapa kalian?” Begitu pintu terbuka, Fay langsung melontarkan pertanyaan dengan tidak sabar. Matanya menelusuri seragam yang dikenakan kedua lelaki bertubuh sedang itu. “Maaf, kami petugas kebersihan yang dipesan nyonya Goldwin. Bukankah ini apartemen tuan Goldwin?” Si lelaki dengan name tag Roy di dada kirinya menjelaskan.Di sebelahnya, lelaki dengan tubuh lebih tinggi sedikit dari Fay menganggukkan kepala dengan sopan saat gadis itu melirik ke arahnya.“Kami petugas kebersihan baru.” Teman Roy menambahkan karena melihat tatapan curiga Fay.Ron? Fay tidak terlalu mendengarkan. Dia malah tertarik dengan name tag yang mirip dari kedua lelaki di depannya.“Apa kalian kembar?” Fay menunjuk tulisan nama di masing-masing orang. “Roy dan Ron.”Roy melirik teman di sebelahnya, baru tersadar dengan kemiripan nama mereka. Kemudian dia bergegas membantah. “Ah, tidak. Nona bercanda. Kami sama sekali tidak mirip.”Bagaimana mungkin gadis ini menyimpulkan dengan begitu saja dari nama mereka yan
Waktunya terlalu tepat bagi Roy untuk menyaksikan pemandangan mengerikan itu. Awalnya dia hanya menganggap lucu perkataan Mike Goldwin. “Aku khawatir mommy dan nona Treyvon saling bunuh dengan pisau dapur.”Anak itu seperti cenayang yang mampu melihat masa depan. Meski untuk lebih masuk akalnya, analisa anak itulah yang sangat tajam. “Nona Willmer!” Roy memburu ke arah Fay sebelum gadis itu terjatuh ke lantai. “Ron, sesuatu terjadi pada nona Willmer!” Roy memanggil temannya sekuat tenaga. Ron tiba di dapur secepat yang dia bisa. Di belakangnya anak-anak mengikuti dan menjadi histeris melihat pemandangan itu. Ron segera memblokir mereka.***Cade sedang dalam perjalanan pulang waktu nyonya Goldwin memberitahu tentang kejadian itu. “Sial!” Cade tidak tahan untuk tidak mengutuk. “Langdon, pergi ke rumah sakit.”Langdon hanya melihat sekilas ke kaca pengintai. Gunung es Tuan Goldwin terlihat mencair. Dia membelok di sebuah perempatan tanpa mengatakan apa pun. Sesuatu yang buruk pasti
Untunglah pada saat itu nyonya Goldwin dan yang lainnya telah kembali. Mike dan Mika bergegas mendekati ranjang. Fay buru-buru menarik selimutnya dan memasang senyum pada semua orang.“Ibu, kalian sudah kembali?” Dia mengabaikan Cade dan tidak berani meliriknya. Kegembiraannya melihat semua orang benar-benar nyata.Apa yang baru saja laki-laki ini katakan? Dia ingin mereka menjadi kekasih sesungguhnya? Apa dia sudah gila? “Mommy, apa kau baik-baik saja? Sudah tidak sakit lagi?” Mika mendesak ayahnya yang masih duduk di tepi ranjang. Dia kini menghalangi jarak keduanya.Fay menjadi lebih bersyukur. Dia menggeleng dengan cepat. “Tidak sakit lagi. Nona Treyvon terlalu lemah. Dia hanya mendorong pisaunya sedikit.” Itu sepenuhnya tidak benar. Pereda nyeri itu tidak sepenuhnya menahan rasa sakit. Tapi kegembiraan Fay membuat rasa sakit itu sedikit berkurang.Mika mengawasi baju pasien yang dikenakan Fay. Perbannya tidak terlihat dari luar. Tapi anak itu masih membayangkan pisau yang menanc
Luka Fay nyaris pulih dengan sempurna. Itu hanya berupa bagian yang mulai mengering. Tapi sudah dua hari Fay mulai kembali kuliah dan merasa lega karena terbebas dari perasaan bosan karena harus tinggal di Flyod sepanjang hari. Apa lagi perilaku menjengkelkan Cade tidak saja mengganggunya saat lelaki itu sedang berada di apartemen. Ketika dia sedang sendirian pun, Cade terus memasuki pikirannya dan membuatnya tertekan. Malam ini anak-anak memesan hidangan yang terdiri dari udang dan beberapa menu lainnya. Mereka menjadi terampil memilih menu dibandingkan Fay. Cade telah lama membiarkan anak-anak memesan yang mereka sukai. Fay sendiri sudah lama tidak ikut campur soal memilih hidangan ini. Untungnya dia tipe pemakan segala. Omnivora sejati.Fay sedang melamun waktu seseorang meletakkan seekor udang yang sudah dikupas ke piringnya. Dia menoleh dan melihat Cade yang sedang mengupas udang lain dengan cekatan. Fay meringis. Jika yang mengupaskan udang adalah orang lain dan bukan Cade, di
Cade baru saja berganti pakaian setelah mandi waktu pintu kamarnya digedor. Dia mengerutkan kening, mencoba memikirkan kemungkinan yang salah. Siapa lagi yang akan berani menggedor pintu kamarnya kalau bukan gadis itu?Begitu pintu dibuka, Fay menyerbu seperti badai. Dia mendorong Cade dengan keras lalu melempar kotak coklat di tangannya ke lantai kamar.“Aku sudah katakan, berhenti menggangguku. Ambil kembali coklatnya. Aku tidak butuh itu!” Fay meraung dalam kemarahan yang membingungkan.Dia suka cokelat. Sebenarnya dia menyukai makanan apa saja. Cokelat memang terlihat lebih manis sebagai hadiah. Mungkin karena itulah orang-orang menyukainya sebagai pemberian untuk orang-orang terkasih di hari Valentine. Fay sesekali mendapatkan juga dari beberapa orang bodoh yang mengira bisa mengambil hatinya. Fay tidak pernah menolak. Dia bahkan memakannya habis. Tapi tentu saja itu tidak berarti dia menganggap penting cokelat Valentine. Di matanya, cokelat itu hanya makanan. Tidak lebih.Tapi k
Fay tidak pergi makan malam. Dia mengunci diri di kamarnya dan tak menggubris ketukan di pintu serta permintaan maaf Mika. Apa yang harus dimaafkan? Mika mengatakan yang sebenarnya. Sementara Cade dan Mike, ya Tuhan! Tidak bisakah mereka bicara lebih jujur? Tapi memang sejak awal ini salah dirinya sendiri. Saat melihat kotak cokelat itu, pikirannya langsung tertuju pada Cade. Bagaimana bisa dia berpikir bahwa itu adalah Callie?Gadis itu, Fay ingin sekali memukulinya. Selama bertahun-tahun pertemanan mereka, mengapa Callie baru terpikir memberikan cokelat Valentine tahun ini. Waktunya sangat tepat dengan gangguan-gangguan yang diterimanya. Memikirkan Callie, membuat Fay bangun dari berbaringnya. Sejak Mika memberitahu si pemberi cokelat yang sesungguhnya, Fay merasa malu hingga nyaris gila. Di ranjang dia berguling-guling hingga kepalanya pusing.“Mommy, kau mau kemana?” Anak-anak membuntuti Fay saat melihat gadis itu mengenakan mantel dan ransel kecilnya.“Ke tempat Callie. Aku a
“Fay, ini Hazel. Hazel Qeshaun. Dia adalah sepupu jauh. Hari ini dia pulang dari luar negeri untuk merayakan ulang tahun ayah.” Callie yang melihat Fay seperti orang linglung, mengenalkan gadis itu padanya.“Bibi Hazel. Bibi Hazel cantik sekali.” Mika menyela, menyatakan kekagumannya.Mike yang duduk di sebelahnya juga tidak luput dari pesona gadis itu. Matanya seperti enggan lepas dari wajah cantik Hazel.“Terima kasih. Mika juga cantik. Kelak kalau kau tumbuh besar, kau tentu akan melebihi bibi.” Hazel balas memuji anak perempuan di sebelahnya.“Hallo—“ Fay balas menyapa dengan enggan. Sekilas dia melirik pada Cade Goldwin yang duduk di sofa lainnya dengan santai. Dia satu-satunya orang yang tampak tidak terpengaruh pada aura peri Hazel Qeshaun.Setelah saling bertanya kabar sebentar, Hazel pergi ke kamar yang telah disiapkan pelayan. Fay juga pamit ke kamarnya dan hampir mencari alasan untuk tidak menghadiri makan malam. Dia enggan bertemu orang-orang.Saat makan malam, Fay yang bi
Ulang tahun tuan Goldwin Senior hanyalah berupa makan malam keluarga. Tamu yang diundang adalah beberapa orang kerabat yang cukup dekat. Keluarga Maxwell yang merupakan kerabat Laura dan seorang paman yang tinggal di kota tetangga yang merupakan satu-satunya Goldwin tua yang tersisa. Ada juga beberapa sahabat lama tuan Goldwin. Total semuanya jika dijumlahkan tidak lebih dari dua puluh orang. Itu hanya akan membutuhkan dua meja makan besar. Hazel Qeshaun telah lama tinggal di luar negeri. Dia hanya kerabat jauh dari pihak Laura. Keluarga mereka tidak terlalu dekat. Tapi Hazel memiliki bisnis pakaian dengan desainer utama dia sendiri. Dia sering terhubung dengan keluarga Goldwin. Lagi pula Laura adalah pelanggan tetap gaun rancangan Hazel yang mengambil merek HQ.Fay tidak ingin terlibat dengan para tamu yang datang dan hanya keluar kamar saat makan. Dia membenamkan diri dalam game di ponselnya dan mengabaikan panggilan Callie untuk bertemu orang-orang.Dalam dua hari ini dia hanya be