Share

Bab 6. PEREMPUAN BAYARAN

“Kamu dapatkan gadis itu dari mana? Apa kamu membayarnya agar bersedia memenuhi apa yang diinginkan oleh ayahmu?” 

Suara sumbang itu terdengar begitu menyakitkan di telinga, Marissa. Bisa-bisanya saat ia baru melangkahkan kaki di kediaman keluarga suaminya, Marissa mendapatkan penyambutan yang tidak pernah ia duga.

“Apa dia ibumu? Dia menganggapku sebagai wanita murahan yang kamu bayar agar ….”

“Diam dulu! Jangan banyak tingkah di sini! Aku sudah menyelesaikan masalahmu, sekarang kamu harus memenuhi janji padaku.” 

Deniz menyela kalimat yang diucapkan oleh, Marissa. Seketika itu juga Marissa terdiam. Ia melirik tajam ke arah suaminya, lalu ia pun bermonolog dengan dirinya sendiri. “Sial! Dia pikir aku wanita penghibur?”

Gadis itu memalingkan muka, ketika wanita berpenampilan paripurna itu memandangnya tanpa berkedip. Marissa mendengus dengan kasar, rasanya ia ingin maju ke depan dan menjambak rambut wanita tersebut tanpa ampun.

“Aku datang ke sini tidak untuk bertemu denganmu. Di mana ayahku?” ujar Deniz yang kini memasang wajah cukup serius.

Malam mulai menyapa ketika mereka berdua sampai di kediaman, Ghazy. Semburat jingga di langit menandakan jika tugas matahari akan digantikan dengan bulan. Perputaran waktu hari ini terasa cukup lama bagi, Marissa. Terlalu banyak kejadian yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Bahkan rencana untuk menikah 2 bulan kemudian, bisa-bisanya Tuhan mempercepat dengan mengabulkan pintanya hari ini juga.

“Ayahmu? Dia sudah menunggu di ruangan kerja.” Jawab nyonya Ghazy, atau lebih tepatnya ibu sambung dari Deniz.

Tanpa menunggu lebih lama, Deniz langsung melangkahkan kakinya menuju ruangan yang berada di sudut rumah super megah ini. 

“Tunggu! Kamu tidak aku izinkan untuk masuk ke dalam. Tunggulah di situ! Jangan membuat onar sedikitpun! Mengerti, Nona?” Marissa pun menghentikan langkahnya saat ia hendak ikut mendampingi Deniz untuk bertemu dengan seseorang di dalam sana.

Deniz menoleh pada, Marissa. Ia mengangguk kecil ketika gadis itu menatapnya tanda tidak mengerti. “Tidak apa-apa. Tunggu aku di sini! Aku akan kembali secepatnya,” 

“Tapi ….” Marissa yang merasakan ketidaknyamanan terlihat sedikit membantah, ia tidak mau ditinggalkan oleh Deniz sedetikpun. 

“Sudah. Tidak apa-apa,” Deniz menepuk pelan punggung tangan, Marissa. Pria itu tidak akan membiarkan ibu sambungnya menyakiti Marissa meski secuil. 

Marissa menoleh kembali ke arah, nyonya Ghazy. Wanita berlipstik maroon itu nampak mengedikkan bahunya, lalu membalas tatapan Marissa dengan bibir dimanyunkan. 

‘Kenapa aku seperti terjebak dalam Deja Vu? Bukankah dia ….’ (Marissa bertanya-tanya dalam hatinya sendiri).

Ia memilih untuk duduk di sebuah kursi yang berdekatan dengan jendela besar. Sebuah jendela berukuran raksasa dengan kayu mahoni di tiap sisinya itu mengarah pada sebuah taman di samping rumah. Marissa menghela napas dengan cukup dalam, ada perasaan lega saat ia membuang rasa kesalnya. Tapi entah, rasa dongkol di dadanya itu kembali datang tanpa diundang.

“Dia memilihmu? Atau kamu yang menawarkan diri, Nona?” tiba-tiba saja nyonya Ghazy sudah berdiri di dekatnya. 

Tangan wanita itu disilangkan di depan dada, sehingga terlihat begitu angkuh. Marissa menoleh ke sumber suara, ia melihat nyonya Ghazy menatapnya tak suka. 

“Apa maksud Anda, Nyonya?” Marissa berdiri dari tempat duduknya, bola matanya menatap lekat pada wanita yang mengenakan dress bermotif polkadot tersebut.

“Masih kurang jelaskah apa yang aku katakan padamu? Atau kamu berpura-pura bodoh di hadapanku?” ujar nyonya Ghazy memancing emosi Marissa yang tertahan sedari awal.

“Anda berpikir jika saya adalah seorang pelac*r?” Marissa menebak isi kepala wanita itu.

Nyonya Ghazy terlihat begitu senang saat Marissa mengatakan sesuatu yang sedari tadi ingin didengarnya. Wanita berusia 50 tahun, tapi tetap terlihat cantik itupun tertawa kecil. 

“Aku tidak mengatakan hal memalukan itu. Kamu sendiri yang sudah mengakuinya bukan?” nyonya Ghazy memperoloknya secara terang-terangan. 

“Siapapun pasti tidak akan menolak pesona, Deniz. Seorang pewaris keluarga Ghazy yang kaya raya meski hartanya dimakan oleh 7 turunan sekalipun.” 

Perlahan Marissa menunjukkan perasaan terkejut saat wanita itu menjelaskan posisi Deniz saat ini. Ia tidak menyangka jika Deniz yang dulu disangka miskin karena masuk sekolah ternama lewat jalur beasiswa, ternyata adalah seorang miliarder.

“Kenapa bengong begitu? Memangnya kamu tidak tahu siapa dia? Heh, Nona! Kamu dipungut Deniz dari mana? Dari selokan? Masa kamu tidak tahu dengan siapa kamu pergi sekarang?” nyonya Ghazy terus saja memojokkan Marissa hingga gadis itu hilang kesabarannya.

“Nih orang, kalau nggak dikasih pelajaran makin ngelunjak.” Gumam Marissa dengan mengepalkan tangannya. Emosi yang ditahan sedari tadi tidak bisa dibendung lagi. 

“Apa? Kamu tidak terima dengan apa yang aku katakan?” tantang nyonya Ghazy yang terus mendesak sisi lain dari, Marissa.

Napasnya yang tertahan membuat dada Marissa terlihat naik turun tidak beraturan. Habis sudah kesabaran gadis itu, ia tidak memperdulikan pesan Deniz yang menginginkan dirinya menjadi gadis manis untuk sementara waktu.

PLAK ….!

Tamparan itu dilayangkan pada, nyonya Ghazy. Wanita paruh baya itu melebarkan kelopak matanya sambil memegang sebelah pipi yang terasa panas. Marissa berdiri dengan menaikkan posisi dagunya untuk membalas tantangan dari, nyonya Ghazy.

“K-Kau! Beraninya kamu, dasar perempuan murahan!” nyonya Ghazy mengarahkan jari telunjuknya pada Marissa setelah ia berhasil berdiri tegak kembali. 

Wajah nyonya Ghazy hampir terpelanting ke samping saat tamparan Marissa mendarat tepat pada pipinya. Tatapan nyalang itu terlihat sangat menakutkan, namun tidak menyurutkan Marissa untuk tetap membela harga dirinya.

“Anda yang memulainya, bukan saya. Saya hanya tidak suka mulut pedas Anda itu berbicara tidak sopan pada saya.” Jawab Marissa tanpa takut sedikitpun.

“Oh, ya? Kalau kamu tidak merasa, kenapa harus tersinggung? Memang benar kan, jika kamu itu perempuan murahan.” Nyonya Ghazy terus saja menyahut, ia tidak mau mengalah sama sekali.

“Sial! Mulutnya benar-benar mau disumpal dengan sepatu,” gerutu Marissa yang sudah mulai geram.

“Hei! Apa-apaan kamu, hah! Dasar gadis gila! Berani-beraninya kamu sama saya.” Wanita itu tidak menyangka, jika Marissa telah melepas salah satu flat shoes yang ia kenakan. 

Marissa maju tanpa ragu, ia menjejalkan sepatu miliknya ke dalam mulut nyonya Ghazy. Gadis itu terus saja memasukkan ujung sepatunya tanpa jeda, sehingga nyonya Ghazy terlihat kewalahan dan kehabisan udara yang bersih.

“T-Tolong! T-Tolong ….!” teriak nyonya Ghazy yang terdengar seperti lolongan anjing.

Semakin nyonya Ghazy memberontak, semakin membuat keberanian Marissa tertantang untuk memberi efek jera pada wanita itu. Ia sudah tidak tahan dengan semua ocehan wanita yang nyatanya sekarang menjadi ibu mertuanya tersebut. Bahkan Marissa kini tengah menjambak rambut wanita itu, sehingga merusak sanggul yang sempat disombongkan padanya. Pergulatan itu kini berpindah ke bawah lantai, dengan posisi nyonya Ghazy yang tertindih oleh tubuh Marissa. Tamparan, jambakan serta cakaran tak luput dilayangkan Marissa secara bertubi-tubi. 

“Aaa, tolong ….!” kini hanya kalimat permintaan tolong yang bisa keluar dari mulut, nyonya Ghazy.

“Berteriaklah yang kencang! Hanya segini kemampuanmu? Dasar wanita tua bangka!” Marissa tidak melepaskan jambakan pada rambut wanita itu. Ia tidak peduli, meski dari sudut bibir nyonya Ghazy sudah meneteskan cairan kental berwarna merah.

“Tunggu! Hentikan! Apa-apaan ini, Marissa?” 

Saat tangan kanan Marissa meraih sepatunya dan hendak memukulkan pada wajah, nyonya Ghazy. Tiba-tiba terdengar suara Deniz dari arah belakang tubuhnya. 

‘Mati aku,’ (ujar Marissa dalam hati).

Posisinya yang tidak berubah, ia genggam erat sepatunya di tangan kanan yang masih terangkat. Marissa menengok ke arah belakang, gadis berpenampilan acak-acakan itu melihat ada dua sosok lelaki di sana dengan rentang usia yang berbeda.

“D-Deniz, ….” kata Marissa dengan bibir yang meringis, setelah ia menelan salivanya yang begitu alot.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status