Bab56Arya nampak menghela napas."Kenapa, keberatan?" tanya Elea lagi.Arya menatap Elea."Apakah kamu tidak tulus denganku?" tanya Arya balik, tanpa menjawab pertanyaan Elea."Apaan sih! Belikan atau tidak? Ingat ya, Mas. Aku ini istri kamu. Aku berhak atas rumah ini. Apalagi aku istri sah, Delima tidak ada kekuatan apapun."Arya kecewa mendengar ucapan Elea, seakan menunjukkan, bahwa Elea hanya ingin hartanya saja."Delima menemani aku dari 0. Jika tidak ada dia, belum tentu aku bisa seperti sekarang ini."Arya berkata pelan."Jika kamu membahas tentang hak. Maka, Delima adalah orang yang paling berhak atas semua yang aku miliki. Karena apa? Karena dia adalah orang yang berjasa dalam hidupku."Elea terdiam, mendengar ucapan Arya."Lebih baik kita selesai saja! Sepertinya kamu hanya ingin hartaku saja. Elea, kuceraikan kamu!!" teriak Arya keras, membuat Elea syok.Dada wanita itu berdebar kuat, mendengar ucapan Arya."Mas ...." Elea terkejut hingga langsung duduk dari tempatnya yang
Bab57"Terimakasih, sayang," lirih Delima, ketika Arya meletakkan dirinya di atas kasur mereka.Arya tersenyum. "Cepat sembuh!" ucap Arya, sembari mengusap lembut rambut Delima."Mau kemana?" tanya Delima, ketika melihat Arya ingin berbalik badan."Aku mau ke ruang kerja! Sudah 2 hari aku tidak masuk kantor." "Kan ada Andre yang handle.""Aku cuma mau cek sebentar, kamu rebahan saja dulu, kalau butuh apa- apa, kan bisa panggil Bi Ijah.""Aku cuma butuh kamu, Ayah." Delima menatap Arya dengan sorot mata memohon."Aku sudah 3 hari full bersama kamu. Kamu tidak lupa kan? Kalau aku juga punya istri lain. Dia juga pasti butuh aku.""Ayah! Aku sedang sakit, aku lebih butuh kamu, tolong mengerti," tegas Delima.Arya menghela napas, kemudian duduk di sisi ranjang dan menatap Delima."Kamu mau aku bagaimana? Apakah kamu tidak sanggup hidup begini? Jika tidak, aku juga nggak akan paksa kamu.""Maksud kamu?" Dada Delima mendadak semakin sesak, mendengar ucapan Arya."Apakah kamu mau bercerai?"
Bab58Delima menutup mata. Arya menurunkan tangannya dan mengepalkan tinju. "Andai saja kamu laki- laki, sudah sedari tadi kamu kutampar," geram Arya penuh emosi."Jika kamu tidak suka dengan apa yang Elea bawakan, tidak perlu kamu menyakitinya seperti itu."Delima membuka mata, tatapannya sendu."Aku sakit hati padanya, Ayah. Bagaimana mungkin aku bisa terima sikap sok baiknya itu. Nyatanya dengan menikahi suamiku saja, itu jelas niat Elea, dia ingin menyakitiku secara batin.""Lalu kamu merasa berhak, menyakiti fisiknya? Bukan hanya fisiknya, kamu yang dari awal menyakiti batinnya. Kamu rusak rumah tangganya, dan kamu usir dia begitu saja. Kamu tidak mau di sakiti, tapi kamu pandai menyakiti."Delima terhenyak mendengar ucapan Arya yang sangat menyakitkan baginya."Tapi aku tidak pernah menyakiti kamu, Ayah. Selama ini, aku selalu berusaha menjadi istri yang baik dan penurut.""Jika kamu menurut apa kataku! Tidak mungkin Elea dan Andre sampai bercerai.""Setiap Ibu yang tidak bisa
Bab59Arya keluar dari kamar Elea dengan perasaan kacau. Masih berdiri di depan pintu kamar Elea yang tertutup, terdengar bunyi kunci.Rupanya Elea telah mengunci pintu kamarnya, seakan tidak mengizinkan siapapun untuk masuk.Arya berjalan menuju pintu utama, usai meraih gantungan kunci mobil di ruang keluarga.Melihat kepergian Arya, Delia bergegas menaiki anak tangga dan menemui Delima di dalam kamarnya.Dengan cepat, Delia membuka daun pintu. Delima terkejut, sedari tadi wanita itu duduk di lantai dengan perasaan kacau.Terlihat ada darah di lantai, bercampur dengan pecahan mangkok kaca, dengan bubur ayam."Astaga, Ibu ...."Delia mendekati Delima yang menatap Delia sedih."Del, wanita itu benar- benar sukses merusak rumah tanggaku! Ayah lebih membela dia," lirih Delima."Ibu gegabah banget sih! Ngapain nyiram dia pake bubur ayam panas. Kan sudah Delia kasih tau, main cantik atuh!" seru Delia, sembari berniat membantu Delima berdiri."Saya mau diam di sini saja! Biar Ayah kamu tau,
Bab60"Ya sudah, ayo kita sarapan," kata Arya, meraih tangan Delima.Wanita itu tersenyum, kala suaminya menggenggam tangannya."Biar sakit hati Elea melihatnya," gumam Delima dalam hati. "Aku tidak akan mengalah, apalagi diam begitu saja." Batin wanita itu terus meracau, hingga langkah membawa mereka ke ruang makan. Elea yang membantu Bi Ijah menyusun sarapan, pun sedikit terkejut melihat Arya dan Delima yang memasuki ruang makan."El, rajin banget deh!" sapa Delima tanpa dosa, padahal malam tadi baru menyiramkan bubur panas pada Elea.Elea tidak menyahut, dan seakan tidak perduli dengan kicauan Delima."Sayang ayo duduk!" ajak Delima pada Arya yang sesaat membeku.Arya semakin bingung dalam mengambil sikap."Pagi, El." Kini Andre pun menyapa, membuat hati Delia panas.Elea hanya tersenyum."Awas minggir! Ini tempat dudukku," seru Delia, menarik kursi yang tadinya mau Elea duduki.Elea ingin sekali marah, mendapati sikap Delia yang sangat tidak sopan.Kursi di ruang makan hanya ada
Bab61Andre keluar dari kamar Delima, ketika Arya masuk."Masih sakit?" tanya Arya. Delima menggeleng lemah."Aku sudah harus berangkat kerja! Aku terlalu banyak lalai.""Maaf. Yasudah, Ayah berangkat saja, semangat." Delima berkata sembari tersenyum.Arya meraih tas kantornya dan pergi begitu saja. Perasaannya semakin kacau, dan kondisi rumah tangga barunya pun tidak harmonis sama sekali.Arya pergi, dan Andre pun pergi juga menuju kantor, mereka mengenakan mobil masing- masing.Delia pun bergegas masuk ke kamar Delima dan tersenyum."Keren sekali aktingnya, Bu. Lihat kan tadi, patah hati itu si Elea," imbuh Delia dengan senang.Delima pun tertawa. "Haha, mampus dia! Macam- macam sama kita. Memang dia pikir enak, jadi istri kedua," papar Delima."Delia juga sudah gosipin Elea ke semua tetangga kompleks ini. Biar dia malu dan semakin di kecam. Delia juga baru tau, kalau Elea itu kuliah. Dan Ibu taukan, di kampus Elea, banyak kejutan menanti wanita itu," terang Delia panjang lebar."Ha
Bab62Arya benar- benar tidak bisa konsentrasi, pikirannya terus saja melayang ke Elea.Hingga seseorang nomor tanpa nama, mengirimkan sebuah foto kepada Arya.Lelaki itu terkejut, ketika melihat tiga foto yang nomor tanpa nama itu kirim.Terlihat foto Elea keluar dari mobil seseorang, kemudian berfoto berdiri saling tatap di taman, hingga foto lelaki itu melambaikan tangan pada Elea.Arya terbakar perasaan cemburu, dan menghubungi ponsel Elea. Namun wanita itu enggan menjawab panggilan Arya, dan membiarkan ponsel itu terus berdering.Hal itu, tentu saja semakin menyulut emosi Arya dan mengobarkan perasaan curiga.Dengan perasaan diliputi amarah, Arya keluar dari kantor, berniat mendatangi Elea di taman, mungkin saja Elea masih bersama lelaki itu pikir Arya.Jika iya, maka Arya tidak akan segan- segan, untuk memberi perhitungan dengan lelaki di foto tersebut, karena berani mengganggu istrinya.Dengan kecepatan tinggi, Arya mengendari mobil, menuju taman kota.Benar saja, sosok Elea ma
Bab63"Ibu ...." Delia berteriak, kemudian wanita itu berlari dari kamarnya, menaiki tangga dan langsung membuka kamar Delima."Apa sih? Nggak sopan," gerutu Delima, terkejut karena Delia langsung masuk tanpa mengetuk."Ih Ibu, ini ada berita baik tau!" jawab Delia. "Nih Ibu lihat," kata Delia sembari menyodorkan ponselnya."Apa ini? Si Elea ya?" tanya Delima memastikan."Ah bener, ini Elea. Di bully rupanya dia," kekeh Delima, merasa senang melihat Elea di permalukan."Siapa dulu dong! Elea mau macam- macam sama kita? Sikat ...." Delia nampak puas dan bahagia.Rencana yang Delia susun sedemikian rupa, berjalan dengan begitu sempurna."Nggak bakal punya muka lagi tuh pelakor sialan. Sudah miskin, mandul, pelakor pula," cicit Delia, di sambut gelak tawa Delima."Kamu memang hebat! Nggak salah Ibu pilih kamu sebagai menantu," puji Delima."Semoga kamu cepat hamil, ya. Biar bagaimana pun juga, Ibu sudah kepingin punya cucu. Jika tidak, ini harta Ayah, bakal jatuh ke tangan Elea nantinya.