Share

11. Kecurigaan Alisha

Alisha POV

Aku terlahir kaya, karena ayahku adalah seorang pebisnis handal, sehingga aku tak merasakan yang namanya hidup susah. Ketika aku genap berusia dua puluh tahun aku dijodohkan dengan anak dari teman sekolah ayahku. Awalnya aku menolak karena aku ingin menikah dengan laki-laki yang minimal punya level yang sama denganku. Tetapi saat aku melihat pria yang dijodohkan denganku adalah sosok yang sangat tampan, akhirnya malah aku yang meminta untuk segera mempercepat pernikahannya.

Bahkan ketika aku tahu dia telah berstatus duda tanpa anak, aku tetap menerimanya, hitung-hitung untuk memperbaiki keturunan. Aku sangat mencintainya, bahkan aku tak ingin ada wanita manapun yang dekat dengannya, bahkan itu karyawan. Menurut ibu mertuaku, jika mantan isterinya hanyalah seorang petani miskin yang tinggal di pedalaman, jadi aku tidak begitu mengkhawatirkannya. Lagian menurut cerita mertua jika pernikahan sebelumnya suamiku hanyalah sebuah kecelakaan, katanya wanita itu hamil di luar nikah namun anaknya dinyatakan meninggal saat lahir. Aku sih tak begitu perduli, karena sekarang suamiku berada di dalam kekuasaanku.

"Selamat sore bu, aku melihat bos meminta seorang pelayan cleaning service yang cantik untuk datang ke ruangannya," lapor seorang mata-mata di perusahaan suamiku.

"Cari tahu siapa dia." 

"Dia cleaning service di lantai satu."

Sesaat aku terdiam, aku ingat saat aku datang ke perusahaan kulihat seorang wanita cantik sedang memegang alat pembersih lantai, awalnya aku tidak memperdulikannya. Namun karena kulihat dia memiliki kecantikan yang membuat kaum hawa akan tergoda, membuatku khawatir. Lalu sebelum pulang aku menyempatkan waktu masuk ke ruangan khusu cleaning service di lantai satu.

Saat aku berdiri di depan pintu ruangan, kulihat para cleaning service itu sedang mengobrol dan terkejut saat melihatku sudah berdiri di hadapan mereka.

"Kalian yang bertugas membersihkan lantai satu ?" walau aku sudah tahu tapi aku tetap menanyakannya. 

"Iya nyonya," jawab mereka serempak.

"Setiap saat kalian harus membersihkan lantai yang akan dilewati bos. Ingat, jangan sampai lantainya kotor."

"Baik nyonya," jawab mereka serentak.

"Hei kau!" Aku menunjuk ke arah wanita cantik yang kulihat tadi.

"I..iya nyonya, " dia sedikit gelagapan.  

"Tugasmu cukup di dalam ruangan yang ada di lantai satu. Jangan sesekali berpapasan dengan bosmu. "

Pernyataanku sedikit aneh tapi aku tak perduli. Aku tak ingin suamiku melihat wanita cantik itu. 

"Baik nyonya" ujarnya dengan patuh.

Lalu ketika seorang cleaning service melaporkan padaku tentang wanita itu, aku jadi mengingatnya. Lalu pagi-pagi sekali aku segera datang ke perusahaan. Aku sudah merencanakan sesuatu untuk memberi pelajaran pada gadis itu. Jika perlu aku ingin suamiku memecatnya. Tetapi yang kudapati sungguh diluar dugaan, Azhar tak memberitahuku jika dia sudah mengganti petugas kebersihan di ruangannya dengan gadis itu. Tentu saja aku marah. Maka aku mulai menjalankan rencanaku.

Saat gadis itu masuk, aku tak melihat perubahan apapun di wajah Azhar, mungkin karena dia terlalu serius membicarakan proyeknya dengan Erwin. Namun yang membuatku semakin curiga, Erwin terlihat membelanya. Dan yang lebih membuatku naik pitam, Azhar juga ikut membelanya. 

Bahkan ketika aku ingin gadis itu dipecat, Azhar malah mengusirku keluar. Aku jadi bertanya-tanya, siapa wanita itu ? Menurut bagian personalia, wanita itu punya anak tapi tak punya suami. Aku jadi menduga-duga, jangan-jangan wanita itu janda pelakor. Bukankah sekarang ini lagi ramai-ramainya janda perebut suami orang. 

Sore ini kulihat Azhar pulang ke rumah diantar sopir. Ada sedikit kerutan diwajahnya, sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu. Aku ingin menanyainya soal kejadian tadi pagi, tapi kulihat dia langsung masuk ke dalam kamar tanpa menegurku sama sekali.

"Apakah aku perlu menyiapkan air panas untukmu ?" 

Kulihat Azhar seakan punya beban sampai tidak mendengar suaraku.

"Sayang....." aku lalu menghampirinya dan membantu membukakan kemejanya, namun dia menolak.

"Jangan ganggu aku, aku butuh istirahat." 

Tentu saja aku heran, tidak biasanya suamiku seperti ini. Apakah karena kejadian tadi pagi ?

Sebisa mungkin aku menahan emosiku. Aku bergegas ke kamar mandi menyiapkan air hangat untuknya di bathtub.

"Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu, mandilah biar tubuhmu segar."

Azhar tak menoleh sedikitpun padaku, kulihat dia mengambil handuk di lemari dan berjalan ke kamar mandi. Selang beberapa saat kemudian dia keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit tubuhnya. 

Aku menelan ludahku dengan susah payah, biasanya jika sudah seperti itu aku akan mendekatinya dan melakukan semua kewajibanku sebagai seorang isteri, tetapi melihat wajah cemberutnya membuatku tak berani mendekatinya.

Kubuka lemari, lalu kukeluarkan kaus dan celana pendek yang biasa dia kenakan di dalam rumah, tapi dia tak memakainya dan malah mengambil sendiri kaus dengan corak yang berbeda.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status