Diana mematut-matut tubuhnya di depan cermin. Sore ini waktunya mereka ke pantai untuk melinat sunset. Namun ia merasa bimbang karena tidak ada baju yang cocok untuk dikenakan.Tadi ia sempat melihat Miranda memakai bikini seksi yang dipadu padankan dengan outer panjang, penampilan gadis itu terlihat sempurna, dan sebagai anak gadis jelas Diana ingin berpenampilan layaknya wanita lain juga.Apalagi di pantai Bali ini hampir semua wanita memakai pakaian seksi. Diana takut dibully oleh Miranda kalau pakaian yang ia kenakan paling kuno dan kampungan sendiri."Aku harus pakai baju yang mana? Kalau pakai celana kira-kira pantas tidak ya?" Gadis itu bermonolog. Dia menatap kaca sembari menggigit bibir bawahnya, bingung.Diana sibuk memilah-milah bajunya, bahkan sampai pintu kamarnya diketuk, gadis itu masih belum menemukan pakaian yang pas untuk dikenakan.Tok ... Tok. Gadis itu pun berlari ke luar. Masih menggunakan pakaian yang sama saat mereka berangkat tadi. "Eh Mas Raka?""Jadi ke pa
Sementara itu, Raka menjadi pihak yang paling tidak tenang. Dia terus kepikiran Diana, dan tentunya khawatir dengan kondisi gadis itu juga. Ia ingin sekali menyusul gadis itu tapi Raka tidak berani alias takut diusir seperti tadi."Kenapa woi! Kamu gak jadi liat sunset sama Diana? Abian saja sudah otw, bukannya romantis-romantisan malah mendekam di pinggir kolam. Kesambet?" ledek Doni. Lelaki itu setengah ngakak melihat penampilan Raka yang terlihat kusut."Anaknya ngambek gara-gara dihina sama Miranda dan Abian, Don. Dua manusia itu emang keterlaluan!" Raka mendengkus sembari melipat tangan di depan dada. Kini ia hanya mampu menunggu Diana kembali sambil memandang kolam yang tampak tenang."Lah, kenapa lagi?" Doni ikutan duduk di kursi sebelah."Entahlah! Kayaknya Miranda ada masalah pribadi sama Diana. Makanya dia benci banget sama Diana. Tadi Miranda menghina penampilan Diana habis-habisan sampai gadis itu nangis. Abian bukannya nasehatin pacarnya malah ikutan menghina juga! Aku ja
Abian terduduk di atas pasir sembari memijit pelipisnya. Dia menatap kepergian Miranda yang semakin jauh, tapi entah kenapa kakinya terasa berat untuk mengejar gadis itu.Pikirannya terlalu melanglang buana pada Diana yang tadi sempat menunjukkan wajah kecewa saat Abian mengejek bajunya. Apa gadis itu benar-benar serius menanggapi ucapan Abian? Padahal Abian hanya mengejek baju Diana yang jelek, bukan orangnya. Lagi pula baju itu Abian yang belikan, jadi sekalipun Abian mengejek, itu sama halnya Abian mengejek pilihannya sendiri."Apa aku harus cari Diana? Bagaimana jika dia sedang bersama Raka," gumam pria itu galau.Kegundaan menyelimuti hati Abian. Ia menatap ke arah Miranda di mana tubuh sintal wanita itu makin tidak terlihat dari jarak pandangnya.Abian terus menatap ke arah pacarnya hingga Miranda hilang dari pandangan lelaki itu. Kini Abian menunduk dengan kaki ditekuk. Dua tangannya bertumpu pada lutut. Matahari di jauh sana mulai tenggelam seolah menambah kesepian di hati A
"Buat apa aku bohong? Diana memang udah punya suami! Tapi setau aku suaminya nggak bertanggung jawab. Maka dari itu Diana pergi ke kota buat mengadu nasib," jelas Raka apa adanya."Diana nikah sama siapa, Rak?" Miranda mulai menatap serius. Bahkan air mata yang tadi mengalir deras tiba-tiba saja berhenti tanpa sebab."Kalau kata Diana sih dia dijodohkan. Tapi aku sendiri juga belum pernah lihat langsung seperti apa muka suaminya.""Jangan-jangan ...." Miranda menatap Raka semakin serius."Jangan-jangan apa!! Abian?" Raka malah terkekeh. "Abian masih single Mir! Kalau nggak percaya liat aja KTP-nya. Lagian mana mungkin sih Abian kenal sama Diana. Kalau tidak dipaksa kakeknya mungkin Abian juga nggak mau nampung Diana di rumahnya," ujar Raka. Tahu persis kalau Abian pernah curhat kerisihannya dengan kehadiran Diana.Sayang Miranda masih belum percaya. Duduk perempuan itu terlihat gusar bukan main. "Serius bukan Abian orangnya? Jujur kehadiran Diana yang tiba-tiba cukup aneh di mata aku
"Kenapa ngomongnya nggak diterusin?" Abian menaik turunkan alisnya. Sementara punggungnya sudah menyandar di pohon dengan lagak santai dan selengean ala pria badboy."Kalau yang pakai baju ini Mbak Miranda pasti Mas Bian bakalan bilang bagus!" Diana mengulang kalimatnya lebih jelas dengan nada ketus."Terus?" Abian semakin meninggikan alis. Menunggu jawaban Diana berikutnya dengan senyuman gemas."Beda cerita kalau aku yang pakai, Mas Abian langsung bilang baju yang aku pakai jelek! Padahal baju ini Mas Abian sendiri yang pilihin!"Bibirnya mencebik. Gadis itu hendak berbalik dan menjauh, tapi tangan Abian dengan sigap menarik pinggang Diana hingga tubuh mereka saling bertabrakan satu sama lain.Tak mau membuang kesempatan, Abian bahkan langsung melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu."Apa begini bentukan seorang Diana kalau lagi cemburu?""Apaan si Mas!" Diana berusaha menggeliat. Tak mau jika ada orang yang melihat mereka meski kondisi pantai sudah mulai gelap.Ditatap sepert
Satu kecupan jatuh di bibir Diana yang ranum. Gadis itu sampai melipat bibirnya karena malu. Bisa-bisanya Abian mencium dirinya di saat keadaan Miranda sedang ngambek begitu!! Dimana akal sehat seorang Abian Putra Mahendra yang biasanya bucin parah pada pacarnya?Diana seperti tidak mengenali Abian. Dipikir-pikir pria itu banyak berubah semenjak dekat dengan dirinya.Abian lalu menatap Diana. Tersenyum puas saat mendapati rona merah pada pipi gadis itu. Dia menaikkan satu tangan lalu menyentuh pipi gembil Diana. Sementara tangan satunya lagi masih setia berada di pinggang seakan takut gadis itu kabur dari jangkauan."Dari sikap kamu yang kayak gini aku udah bisa baca Diana! Kamu pasti langsung negatif thingking karena aku bilang bajumu jelek! Seolah-olah aku lagi ngehina kamu yang jelek. Padahal tidak ada niatanku menghinamu sama sekali. Aku ulangi sekali lagi ya, yang jelek itu baju pilihanku, bukan kamu!" tegas Abian.Respon Diana hanya diam. Hal itu membuat Abian langsung menebak ka
“Pa … Pak Doni?” Diana mencicit ketakutan. Kalimat yang Doni lontarkan berhasil membuat Diana mati kutu sekaligus merasa menjadi gadis paling hina sedunia. Seumur-umur baru kali ini Diana dihina sedemikian rupa oleh seorang pria. Apalagi pria yang merupakan bosnya itu menatap Diana seperti perebut laki orang.“Kenapa? Kaget ya lihat aku? Santai saja Diana. Aku sudah lihat adegan live kalian berdua sejak tadi. Sangat romantis dan sangat mencengangkan!” ucap Doni sinis. Meski tak mendengar bagaimana percakapan mereka, tapi dari kejauhan Doni melihat jelas hingga ia berpikir Abian dan Diana terlibat skandal.Dia melipat tangan di depan dada. Kepalanya semakin menggeleng heran saat melihat tingkah Diana yang menunduk malu dengan muka yang teramat polos.“Memang benar apa kata pepatah yang mengatakan jangan mudah percaya dengan tampang seseorang! Sekarang saya bisa membuktikan sendiri. Gadis yang tampangnya polos seperti kamu ternyata berhati iblis dan bengis!”“Pak!” Diana tersentak. Se
Kali ini Abian berusaha bersikap tegas pada Miranda. Dia tetap bertanggung jawab pada gadis itu, tapi Abian tak mencegah Miranda untuk pergi jika itu memang sudah menjadi kemauan gadis itu sejak awal.Sehingga yang dilakukan Abian kali ini adalah mengantar Miranda ke Bandara. Gadis itu sangat jengkel dengan sikap Abian yang cuek. Bisa-bisanya Abian masih bisa bersikap tenang seperti ini sementara hubungan mereka diambang kekandasan?"Bian!" Suara Miranda memecah keheningan. Mobil Abian terus berjalan menuju bandara di mana pria itu yang menyetir sendiri."Ada apa?" tanya Abian santai.Miranda makin tercengang dengan respon kekasihnya. Sungguh tak biasanya Abian begini. Kepala gadis itu menoleh, mencoba menerawang apa yang ada di pikiran Abian saat ini."Kamu beneran udang gak sayang lagi sama aku?" "Bukannya yang harus tanya kayak gitu aku ya? Kan kamu duluan yang mutusin aku!" Abian memutar balikkan omongan. Hal yang membuat Miranda makin geram dan emosi terhadap dinginnya sikap s