Nenek Karmila melihat Vina memasuki penginapan tempat Evan tinggal. Dia bergegas menghampiri Vina.
“Evan tidak ada di sini,” ujar Nenek Karmila berbohong. Dia tidak ingin melihat Vina dan Evan bertemu.
Vina tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepala. “Sebenarnya apa hubungan Nenek dengan Evan? Apa karena Evan menyukai Melani, jadi Nenek sedang berusaha menyatukan mereka? Percuma saja, Nek. Sampai kapan pun mereka tidak akan bisa bersatu. Melani tidak pernah menyukai Evan. Sampai kapan pun perasaan Melani tidak akan berubah.” Dia berkata panjang lebar.
“Apa? Jadi selama ini Evan menyukai Melani?” Nenek Karmila tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh wanita muda di depannya. “Itu tidak mungkin,” lanjutnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Kalau tidak percaya, Nenek tanyakan sendiri sama Evan. Atau Nenek bisa bertanya pada Melani. Sejak Melani belum menikah sampai sekarang, Evan ma
Deon tersenyum puas. Dia berhasil menyingkirkan dua pengganggu dari penginapan itu. Sekarang, dia bisa tinggal dengan tenang di penginapan itu.“Aldo! Setelah misiku di sini selesai, kita harus menyulap penginapan ini menjadi mansion,” ucap Deon seraya berjalan mengelilingi penginapan yang lumayan luas.“Lalu bagaimana dengan orang-orang yang menginap di sini, Tuan?” Aldo bertanya ragu-ragu. “Penginapan ini termasuk yang paling murah di kota ini. Jika kita menutup penginapan ini, saya khawatir mereka tidak bisa menemukan penginapan murah lagi,” ujarnya berpendapat.“Tentu saja bisa. Kita bisa bangun lagi penginapan murah di sekitar sini. Tapi tidak di sini. Aku menyukai tempat ini sebagai mansion pribadi untuk tempat tinggalku dan istriku. Orangtuaku akan menetap di Indonesia, mereka akan menempati rumah yang lama. Sedangkan, aku dan istriku tidak mungkin tinggal bersama orangtuaku. Istriku pasti senang jika aku membangu
“Aku mau kamu menyelidiki kasus yang menimpa Brian Atmajaya. Apa dia benar-benar bersalah hingga harus dihukum penjara? Selidiki apa pun yang berhubungan dengan keluarga istriku.” Deon memberikan perintah kepada Aldo.Sementara di debuah gedung perusahaan yang besar dan megah, terlihat Melani dan Nenek Karmila sedang berjalan dengan anggun dan elegan. Semua staff karyawan memberi hormat pada Nenek Karmila.Seorang wanita yang tidak kalah anggun menghadap Nenek Karmila dan memberi hormat. Dia adalah asisten pribadi sekaligus sekretaris Nenek Karmila. Usianya tidak jauh dari Melani. Mungkin tiga atau lima tahun lebih tua dari usia Melani.“Perkenalkan, Sarah. Dia Melani, cucuku. Melani, dia Sarah, sekretaris sekaligus asisten pribadiku.” Nenek Karmila memperkenalkan Sarah dan Melani. Sarah segera mengangguk hormat saat mengetahui bahwa Melani adalah cucu Nenek Karmila.“Sarah, aku ingin Melani bisa menggantikanku sebagai direktur di perusahaan ini. Kamu harus menjelaskan semua tentang
“Aku tidak ingin kita berpisah,” ujar Deon tegas. “Dalam hidupku, tidak ada kata perpisahan,” lanjutnya. “Jangan mengatakan tentang perpisahan. Aku tidak ingin kita berpisah.” Deon kembali menegaskan. “Lalu, pertemukan aku dengan orangtuamu,” ujar Melani menuntut. “Jika kamu memang tidak ingin kita berpisah, kamu harus secepatnya mempertemukan aku dengan orangtuamu. Kenapa kamu menundanya? Bukankah kamu memang sengaja menundanya karena kamu tidak pernah serius dengan pernikahan kita?” Melani menatap lantang Deon, seakan sedang membutuhkan pembuktian. Deon membuka mulut. Dia ingin menjelaskan semuanya, bahwa dia sudah pernah membawa orangtuanya ke rumah Nenek Karmila. Namun, tba-tiba Deon menutup mulut kembali. Dia mengurungkan untuk bercerita pada Melani. Dia harus mencaritahu terlebih dahulu tentang permusuhan yang terjadi di antara keluarga mereka. “Kenapa? Kamu tidak bisa menjawab? Itu artinya aku benar. Kamu memang tidak serius padaku. Mungkin, itulah sebab Nenek Karmila tidak
“Papa janji akan menjemput Mama dan Nafisa secepatnya, ‘kan?” Nafisa memelas. “Jangan sampai Papa Johan yang menjemput kami lebih dulu,” ujarnya dengan melengkungkan bibir ke bawah.“Papa Johan?” Deon mengerutkan keningnya. “Kenapa Papa Johan menjemput kalian? Itu tidak mungkin terjadi.” Dia tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Dia pikir, Nafisa hanya bercanda.“Papa Johan menginap di sini kemarin malam,” ujar Nafisa polos.“Apa? Papa Johan menginap di sini? Kamu, Mama, dan Papa Johan tidur di kamar ini bertiga?” Deon melebarkan mata. Tiba-tiba terasa panas di dadanya.Nafisa menggelengkan kepala. “Hanya Nafisa dan Papa Johan. Mama tidur di kamar Nenek.” Nafisa menjelaskan. Dia sama sekali tidak menyadari jika papa sambungnya itu mulai cemburu.“Kenapa nenekmu dan mamamu mengizinkan Papa Johan menginap di sini?” Deon meminta penjelasan. Dia masih belum bisa menerima kenyataan jika mantan suami Melani bisa tinggal d rumah ini dan bertemu Melani, sementara dia tidak bisa. Bagaim
“Siapa kalian?” Brian Atmajaya bicara dengan terbata-bata. Dia terus menatap dua orang laki-laki di depannya. Laki-laki yang berusia jauh lebih muda darinya. “Apakah kalian datang ke sini untuk membahas pekerjaan? Pasti orang perusahaan yang menyuruh kalian menemuiku. Pulanglah! Aku tidak ingin membahas pekerjaan selama di sini,” ujarnya seraya memalingkan muka. “Kami tidak ingin membahas pekerjaan, Pak. Kami ke sini karena ingin membantu Anda keluar dari tempat ini,” ujar Deon meyakinkan. Dia tidak mengungkapkan identitas dia yang sebenarnya kepada laki-laki yang mengenakan baju tahanan. “Sungguh?” Brian melebarkan mata tidak percaya. Dia tertawa keras. “Bagaimana kamu bisa membebaskan aku dari sini? Sementara keluargaku yang kaya saja tidak bisa melakukannya?” Dia turus tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. “Aku tahu, Anda masih harus menjalani masa tahanan selama tiga tahun. Aku mau membantu Anda untuk mengurangi masa tahanan Anda. Bukankah lebih baik jika Anda lebih cepat
“Ayah tenang saja. Aku akan mengusahakan Ayah agar segera keluar dari penjara ini,” ujar Deon pasti. “Ayah tidak akan mengingkari janji, ‘kan? Ayah akan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol?” Dia bertanya memastikan. Brian hendak mengangguk pasti, tapi Nenek Karmila memelototinya. “Itu tidak akan terjadi. Apa kamu pikir aku tidak tahu, mengapa kamu meminta kami menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaan kami?” Nenek Karmila menghentikan kalimatnya sejenak. “Itu karena perusahaan kalian sedang merencanakan untuk membangun bidang usaha yang sama. Kalian ingin menyingkirkan pesaing berat yang akan mengganggu penjualan perusahaan kalian,” lanjutnya. Deon hendak membela diri, tetapi tiba-tiba dua orang sipir datang menghampiri mereka. “Waktu jenguk sudah habis. Sekarang, sebaiknya kalian pulang. Kami akan mengantar narapidana kembali ke tahanan.” Mereka menangkap kedua tangan Brian dan membawanya masuk ke sel tahanan. Sementara itu
Maaf semuanya, dua bab terakhir yang berjudul Direktur Baru dan Ayah Mertua terbalik karena kesalahan teknis saat posting. Seharusnya baca bab Ayah Mertua lebih dulu baru kemudian baca bab Direktur Baru. Sekali lagi mohon maaf ya. Akan segera diperbaiki.Oh ya, kalian juga bisa membaca karya aku lainnya di Good Novel yang berjudul "Dicerai Setelah Malam Pertama" (Nama pena Norasetyana), hanya 40 bab yaFollow juga sosmed-ku juga yaF* Norasetya (Mommykhaa)I* NuurahmaaSelamat malam. Selamat berakhir pekan. Semoga cerita-ceritaku ini bisa menghibur bagi kalian. Semoga kita semua dilancarkan rejekinya dan diberi kesehatan, aamiin.Menjadi Janda Tajir Melintir akan segera tamat di bab 130-an. Selamat membaca. Ikuti terus ceritaku ya.
“Bagaimana Anda akan mengeluarkan Brian Atmajaya dari penjara?” Aldo bertanya pada Deon. “Apa itu tidak menyalahi aturan hukum yang berlaku?” lanjutnya.“Itu bukan hal yang sulit.” Deon tersenyum miring. “Kamu tahu, hukum di negara kita bisa dibeli dengan uang dan kekuasaan. Sebenarnya aku tidak ingin membeli hukum, tapi jika itu demi kebaikan, kenapa tidak? Lagi pula aku bukan membela orang yang salah. Bukankah Brian Atmajaya tidak bersalah? Dia hanya dijebak,” ujarnya panjang lebar.“Lalu, apakah menurut Anda Brian Atmajaya akan menepati janjinya? Apa dia berani mengambil tindakan menutup Jay Bar dan menghentikan produksi minuman beralkohol di perusahaannya, sementara tindakan itu mendapatkan pertentangan dari banyak pihak?” Aldo bertanya penasaran. Dia khawatir Brian Atmajaya akan mengingkari janjinya.“Jangan khawatir, Aldo. Aku tidak peduli dengan langkah apa yang akan diambil ayah mertuaku s