Dua pria kekar berwajah kaku yang mengenakan setelan serba hitam berdiri di samping sebuah gerbang raksasa dengan gagah. Gerbang itu memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan beberapa ornamen emas yang menempel di sekitarnya, memberikan kesan kemewahan dan keindahan.
Dari balik gerbang raksasa, terdapat sebuah mansion putih yang di halamannya terparkir banyak sekali mobil sport mewah. Banyak orang yang berlalu lalang di sekitarnya, hanya berakhir dengan meninggalkan ekspresi kagum dan iri. Bagaimana tidak? Mereka yang ada di dalamnya adalah salah satu keluarga paling kaya di Kota Cernel, Keluarga Besar Asfort.Pada waktu ini, gerimis tiba-tiba datang, sehingga membuat salah satu pria kekar itu melakukan langkah panjang untuk mengambil payung di ruangan kecil yang ada di sisi ujung gerbang. Namun, langkahnya harus terhenti ketika melihat seorang pria dengan sepeda ronsoknya mengarah menuju gerbang.Pria kekar itu kemudian diam di tempatnya sembari menyimpan kedua tangannya di punggung. Dia menunggu pria itu tiba di depannya, walaupun gerimis perlahan semakin deras; membasahi kemeja hitamnya yang mahal. Bahkan, pria kekar lainnya juga memilih melakukan hal yang sama saat melihat pria bersepeda itu."Selamat sore, Pak. Apakah Nyonya Meneer ada di dalam?" tanya pria bersepeda itu setelah tiba di depan pria kekar pertama. Di wajahnya, terlihat beberapa titik memar dan penampilannya sangat kacau. Jika orang lain melihat dan menilainya, mereka pasti mengatakan bahwa pekerjaannya adalah pengemis atau berandalan."Akan saya tanyakan terlebih dahulu, Tuan Lein." Pria kekar itu kemudian masuk ke dalam ruangan putih yang ada di sisi ujung gerbang. Setelah beberapa saat, dia kembali sembari berkata, "Maaf, Tuan Lein, Nyonya Meneer tidak ingin menemui Anda."Mendengar itu, Lein tidak bisa menutupi wajah kecewanya. Walaupun dia sudah bisa menebak hasil ini, tapi itu tetap menyakitkan saat mengetahui itu memang yang terjadi."Tidak bisakah Nyonya Meneer memberikan waktunya sebentar? Ibuku sedang sakit keras. Bahkan aku tak yakin apakah dia mampu bertahan hari ini. Tolong katakan pada Nyonya Meneer aku butuh bantuannya," kata Lein dengan wajah memelas. Dia tidak memiliki harapan lain selain meminta bantuan kepada keluarga dari ayahnya ini.Melihat Lein, ada rasa iba muncul di hati pria kekar itu, sehingga dia mengambil langkah panjang menuju ruangan putih tersebut, tapi sekali lagi kembali dengan jawaban yang sama.Keluarga Sialan ini memang tidak punya hati!"Apa yang dikatakan Nyonya Meneer sehingga bahkan tidak mau bertemu dengan saya?"Lein tentu saja tidak mau menyerah. Hidup ibunya berada di ujung tanduk. Bahkan jika Nyonya Meneer memintanya untuk mencium kakinya, Lein akan melakukannya dengan senang hati jika itu demi ibunya."Maaf, Tuan Lein, saya tidak bisa..." Suara pria kekar itu tiba-tiba berhenti ketika gerbang raksasa perlahan terbuka. Sesaat setelahnya, sebuah mobil sport mewah bermerek lamborghini aventador edisi terbatas keluar dari baliknya. Itu merupakan salah satu mobil sport paling mahal di dunia yang memiliki harga mencapai 4 juta dollar.Melihatnya, pria kekar itu buru-buru meninggalkan Lein dan segera menuju ke arah mobil tersebut, lalu membungkuk dengan sangat sopan dan hormat.Sementara itu, Lein hanya diam di tempatnya sembari memasang ekspresi kesal. Dia mengetahui dengan pasti siapa yang ada dibalik mobil itu. Orang itu bernama Fillen Asfort, saudara laki-laki termuda dari ayahnya. Namun, walaupun Fillen adalah pamannya, hubungan mereka sebenarnya sangat buruk.Pada titik ini, Fillen melihat kehadiran Lein yang bersama sepeda ronsoknya. Dengan ekspresi merendahkan, dia membuka kaca mobilnya sembari berkata, "Apa yang membuat anak haram sepertimu berkunjung ke kediaman kami?"Ketika kaca dibuka, Lein bisa melihat wanita muda yang cantik duduk di sebelah Fillen. Dia adalah istri dari pria yang ada di sampingnya, yang juga berasal dari Keluarga super kaya di kota Cernel. Ekspresinya acuh tak acuh, seolah tidak menganggap keberadaan Lein di sana."Apa urusanmu dengan itu? Aku masih bagian dari Keluarga Asfort. Apa salahnya berkunjung ke kediaman keluargaku sendiri?"Mendengar itu, wajah Fillen segera berubah merah seolah bisa meledak kapan saja. "Bagian dari Keluarga Asfort?! Jangan bermimpi! Sejak ayahmu menikahi wanita jalang itu, dia secara otomatis bukan lagi bagian dari keluarga kami!""Wanita jalang katamu?!" Lein meraung marah. Dia tidak memiliki masalah apa pun ketika pribadinya dihina. Namun, berbeda ceritanya jika itu menyangkut ibunya.Pada titik ini, Lein mengangkat tangan kanannya dan siap untuk memukul wajah Fillen. Namun, kedua pria kekar yang ada di dekat gerbang raksasa segera datang menahan dirinya, memberikan pitingan yang kuat sehingga membuat Lein tidak bisa bergerak maupun bernapas."Anak haram ini ingin memukulku?! Penjaga, usir dia dari sini dan pastikan untuk tidak menerima kedatangannya lagi di masa depan!" kata Fillen sembari menatap wajah Lein dengan jijik. Sifatnya sangat mirip dengan ibunya yang kotor!Sementara itu, walaupun mereka merasa iba terhadap Lein, tapi mempertahankan pekerjaan mereka adalah yang utama. Mereka kemudian menarik Lein menjauh dari Fillen, lalu melemparnya ke sisi jalan yang kosong. "Maafkan kami, Tuan Lein, tapi Anda harus pergi dan jangan pernah kembali."Mendengar itu, Lein segera menoleh ke arah Fillen sembari berkata, "Keluarga Sialan! Suatu hari nanti, aku akan menghancurkan keluarga kalian! Jika hari ini ibuku meninggal, aku akan melimpahkan seluruh kesalahan itu kepada kalian!" Lein meraung marah sekali lagi. Wajahnya merah gelap dan terlihat penuh dengan kebencian."Hahaha, menghancurkan keluarga Asfort? Kau mungkin tidak akan mampu menyaingi 1% dari total kekayaan keluarga ini bahkan setelah seumur hidup bekerja. Jangan pernah bermimpi meraih langit jika kau hanya seekor katak." Fillen tertawa lagi setelahnya. Selama hidupnya, dia tidak pernah mendengar lelucon yang lebih konyol dari itu.Pada titik ini, Lein masih memasang ekspresi yang penuh dengan kebencian. Namun, perkataan Fillen benar! Dia hanya seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebagai cleaning servis di sebuah perusahaan kecil yang memiliki gaji hanya 15 dollar perjam. Bagaimana mungkin dia bisa menghancurkan Keluarga Asfort yang memiliki total kekayaan mencapai miliaran dollar? Itu tentu saja mustahil.Lein jatuh dalam pikirannya saat memikirkan betapa konyolnya perkataannya itu. Bahkan jika dia diberikan hidup yang kedua, itu masih mustahil untuk mencapai titik di mana dia bisa menyaingi Keluarga Asfort. Namun, sesaat setelahnya, sebuah hologram biru berbentuk persegi tiba-tiba memenuhi penglihatannya, diikuti oleh sebuah kalimat yang tertulis di tengah,[Tuan Rumah ditemukan, sistem diaktifkan]"Hah?! Apa ini?"[Selamat! Anda adalah manusia paling beruntung di antara miliaran manusia yang ada di dunia ini! Jadilah penguasa sebenarnya di dunia yang sangat kecil ini!][3...2...1...] [Sistem disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan Tuan Rumah. Analisa dimulai!][4...3...2...1...Analisa selesai!][Sistem dimulai!][Pemberitahuan! Setiap hari akan ada misi mudah, menengah, dan sulit, yang muncul di sistem; diperbarui setiap pukul 12 malam. Tuan Rumah dapat memilih untuk menyelesaikannya atau tidak. Setiap penyelesaian misi, Tuan Rumah akan mendapatkan uang dalam jumlah yang besar dan poin. Uang dan poin digunakan untuk meningkatkan status Tuan Rumah yang berisi berikut:{STATUS}Nama: Lein AsfortUmur: 21 tahunRas: ManusiaKekuatan: 16 (+) Kelincahan: 15 (+) Daya Hidup: 13 (+) Kecerdasan: 17 (+) Daya Ingat: 12 (+) Wibawa: 4 (+) Pesona: 5 (+) Point: 0Saldo: 0Catatan:Statistik bisa ditingkatkan menggunakan saldo, dengan menghabiskan 1 milliar dollar untuk satu kenaikan.Keterampilan
Sebuah logo spatula berbentuk lingkaran yang di bawahnya tertulis 'Ms. Holde's Asian Restaurant' sudah terlihat oleh Lein. Itu hanya berjarak beberapa puluh meter lagi darinya. Tiba di depan pintu restoran, Lein menunjukkan ekspresi gugup. Ini adalah pertama kalinya dia datang pada suatu tempat untuk membicarakan bisnis. Bahkan, kegugupan itu bercampur antara kebohongan dari sistem dan gagalnya dia dalam mencapai kesepakatan.Lein kemudian merapikan pakaiannya yang basah dan menghela napas. Setelah akhirnya mendapatkan ketenangannya, dia mendorong pintu terbuka dan melihat penampakan restoran untuk pertama kalinya. Itu memiliki 14 meja kayu yang masing-masingnya terdiri dari 6 kursi. Tampilannya sangat sederhana dengan beberapa lukisan bambu di dinding yang memberikan kesan ketenangan dan kenyamanan.Di sana, tidak ada pelanggan yang hadir sehingga Lein secara alami menjadi pusat perhatian. Kemudian, seorang wanita berusia antara 23-25 tahun datang menghampirinya sembari memberi hor
"Ini nyata?!" Lein buru-buru membuka rekeningnya untuk melihat itu secara langsung. Dan benar, bahkan setelah menyegarkan itu berulang-ulang, uang tersebut masih ada di sana."Pindahkan 300 juta dollar lagi ke rekeningku," kata Lein sekali lagi ke arah sistem untuk memastikan itu. Nilai tersebut sebenarnya dia pikirkan secara acak.[3...2...1 Transaksi selesai!]Detik berikutnya, suara notifikasi lain muncul dari ponselnya.[Akun Anda yang diakhiri dengan XXXX15 telah menerima transfer dana sebesar 300 juta dollar.]"Sialan! Ini sungguh nyata!"Menyadari bahwa dia telah menjadi seorang milyarder, Lein tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menari sebagai ucapan selamat kepada dirinya sendiri. Betapa beruntungnya diriku?!Namun, beberapa orang yang lewat di sekitar melihatnya dengan cara yang aneh."Dia sepertinya sudah gila!"Lein mendengar itu, tapi mengabaikan itu sepenuhnya. Dia kemudian buru-buru mengayuh sepedanya menuju Rumah Sakit Efarina Etaham; tempat di mana ibunya dirawat.
Seorang pria paruh baya duduk di atas kursi santai dengan ekspresi muram. Dia memegangi kepalanya di satu tangan seolah merasa bahwa sesuatu yang ada di dalamnya berisi penuh dengan masalah. Bagaimana tidak? Dokumen yang sedang dia pegang di sisi lain tangannya berisi tentang traffic rendah dari rumah sakit yang sedang dia kelola. Setiap harinya, jumlah pengunjung di rumah sakitnya berkurang secara signifikan, sehingga pada titik 30% dari tahun sebelumnya. Ini tentu saja membuatnya frustrasi, mengingat banyaknya rumah sakit top lainnya yang bersaing di Kota Cernel yang makmur. Apakah ini akhir dari karirnya dan waktunya untuk menikmati hari tua? Entahlah!Untuk menenangkan pikirannya, dia menuangkan segelas teh hangat ke cangkir kecilnya dan menyesapnya sedikit. Menerima itu, dia merasa sedikit rileks seolah beban hidupnya ditarik sedikit dari tubuhnya. Namun, hanya beberapa detik setelahnya, sebuah ketukan keras terdengar dari pintu yang membuatnya kaget, bahkan hampir pingsan karen
"Saya sangat senang dengan pelayanan di rumah sakit ini. Sebagai ucapan terima kasih, apakah kalian membutuhkan suntikan dana? Saya mau berinvestasi di sini." Lein belajar sedikit dengan Luna tentang masalah ini. Investasi sangat penting untuk masa depan yang lebih baik. Seseorang akan sulit mengalami kebangkrutan jika mereka memiliki banyak ladang yang bisa dipanen setiap saat. Lagipula, Lein tidak bisa menebak kapan sistem akan menghilang. Untuk itu, dia akan memanfaatkan itu sebaik mungkin selagi itu masih ada."Hohoho, Anda sangat lihai dan pintar, Tuan. Lein. Kita bisa membahas itu setelah ibu Anda dipindahkan ke ruangan VVVIP, sehingga Anda memiliki ketenangan yang jauh lebih baik tentang kondisi ibu Anda. Saya yang akan memastikan semuanya aman," balas Bill dengan senyum cerah. Dia benar-benar tidak berharap bahwa ikan besar ini menarik umpannya terlalu cepat.Menit selanjutnya, Lein berpisah dengan mereka semua dan keluar dari rumah sakit. Menurut keterangan para dokter, ibun
Lein saat ini telah berdiri di depan pintu Restoran Keluarga Linden. Namun, berbeda dengan sebelumnya, dia merasa jauh lebih percaya diri sehingga dia mendorong pintu hingga terbuka dengan gerakan yang lebih santai dan kasual, seolah sering melakukannya.Melihatnya masuk, beberapa pelayan mengalihkan pandangan mereka kepadanya, tapi segera berpindah ke arah yang lain saat menyadari penampilannya yang kumuh. Dia pasti datang bukan untuk makan. Apakah itu melamar pekerjaan, atau mengemis? Mereka lebih memilih mengabaikannya sehingga tidak menerima pekerjaan tambahan yang tidak penting.Namun, apa yang mereka lihat selanjutnya di luar dugaan. Lein duduk di salah satu meja sembari melihat daftar makanan yang tersedia dengan ekspresi acuh tak acuh.Pada titik ini, mereka semua penasaran dengan responnya begitu melihat harga yang tertulis di sana."Setelah melihat harga yang sebenarnya, dia pasti pergi dengan wajah merah karena malu, hahaha.""Benar, aku berpikiran sama denganmu. Saat dia p
Seorang pria gemuk dengan setelan kemeja hitam dan dasi kupu-kupu sedang duduk di atas kursi santai sembari merokok. Sesekali dia bersiul, untuk menunjukkan bahwa dia dalam kondisi mood yang baik. Bagaimana tidak? Tamu yang datang selama seminggu terakhir meningkat cukup signifikan. Menghitung untung bersih dari itu, dia dipastikan menerima bonus sebesar 100 ribu dollar. "Aku akan membeli mobil baru dengan uang itu."Pada waktu ini, dia mengambil rokok baru setelah rokok sebelumnya habis. Namun, sebelum dia dapat menyalakan itu, sebuah ketukan pintu menghentikan tindakannya."Silakan masuk."Pintu didorong terbuka dan seorang pelayan perempuan masuk dengan wajah pucat."Ada apa denganmu, Shopia? Kenapa kau tampak pucat? Apakah kau sakit?" Dia dalam mood yang baik. Bahkan jika gadis ini meminta cuti selama tiga hari walaupun baru masuk kemarin, dia dengan senang hati mengizinkannya."Ti-tidak, Tuan Robert. Seorang tamu memesan hal ini barusan." Dengan langkah sempoyongan, Shopia me
Robert mengucek-ngucek matanya setelah melihat tampilan di komputer. Apakah ini nyata?! Dia kemudian mengecek lagi melalui data yang terkait di komputer, dan menerima kepastian bahwa itu adalah benar! 2 juta dollar baru saja diterima! Pandangan Robert kemudian berpindah ke arah Lein yang menatapnya dengan ekspresi acuh tak acuh. Pada titik ini, Robert merasa kehilangan seluruh tulangnya; terhuyung dan hampir terjatuh."Siapa sebenarnya orang yang telah kusinggung ini?!"Robert merasa bahwa karirnya telah berakhir di sini. Namun, itu masih kemungkinan yang terbaik. Ada kemungkinan lainnya bahwa dia akan terbunuh setelah ini! Menyadari kesalahannya, Robert hanya punya satu pilihan. Dia segera berlari ke arah Lein, berlutut, lalu berkata dengan mata berair, "Maafkan saya, Tuan! Maafkan saya yang kasar ini! Tolong tunjukkan belas kasihan Anda kepada saya." Robert menangis di bawah kaki Lein. Pada titik ini, Lein bingung harus menunjukkan reaksi apa. Orang ini tiba-tiba berlutut di kaki