Detik yang terus bergerak membentang jarak, jam pun terlewatkan tanpa disadari.Aku mencoba melewati hari-hariku dengan senyuman yang terus menghiasi bibirku meskipun hati ini sedang menjerit kesedihan.Sudah sebulan setelah Mas Alfi keluar dari rumah kami setelah perdebatan antara aku, Mutia dan juga dirinya.Mas Alfi juga tidak pernah memberikan nafkah untukku dan juga anak-anak. Karena kehilangan arah, Aku memutuskan untuk menggadaikan BPKB mobil Mas Alfi yang sudah berpindah nama ke atas namaku di pegadaian terdekat. Aku tidak mungkin kembali berutang kepada tetanggaku atau keluargaku mengingat begitu banyak hutang ku saat ini yang sudah berserakan. Setelah melunasi sebagian hutangku, Aku menggunakan uang sisa dari hasil Pegadaian BPKB mobil Mas Arfi sebagai modal untuk aku membuka usaha kecil-kecilan. Aku harus terus menunjangan hidupku dan juga anak-anakku dalam mengisi lambung negara.Aku membeli sebuah gerobak dorong untukku berjualan nasi uduk dengan lauk ayam geprek. M
Bab 19. Alvi POV Alfi POV Putri adalah wanita yang sudah menemaniku kurang lebih selama 15 tahun. Jujur aku begitu mencintai Putri. Aku jatuh cinta kepada istriku pada pandangan pertama belasan tahun yang silam.Putri yang memiliki tubuh semampai dengan body bak gitar Spanyol ditambah surai hitam legam yang ikal bergelombang menjadikan dia ciptaan Tuhan yang sempurna. Bola mata hitam pekat dan bulu mata yang lentik membuat ia terlihat begitu cantik meskipun tanpa polesan make up.Namun, aku hanyalah manusia biasa yang tidak pernah mengenal yang namanya puas dan cukup.Putri wanita yang sabar dan juga tegar. Yang merupakan sosok wanita idaman karena selalu berperilaku lembut. Putri juga merupakan wanita yang penurut dan tidak banyak menuntut. Aku begitu beruntung karena menjadi laki-laki yang bisa menaklukkan hatinya.Putri selalu mengutamakan aku dan juga anak-anakku ketimbang dirinya sendiri. Karena terlalu sibuk mengurusi aku dan anak-anakku hingga membuat Ia lupa mengurusi dirin
Aku nggak ada ngelakuin apa-apa. Memangnya dia ngadu apa sama kamu?” tanya Putri masih dengan santainya. Aku tidak melihat ada sedikit pun kegetaran pada diri istri sahku itu. Aku sudah begitu murka dan penuh emosi, tapi Putri begitu santai seolah tidak terjadi apapun. Kelakuan Putri yang seolah tak bersalah dan tidak terjadi apapun itu semakin membuat aku berang. “kamu akan menyesal karena sudah mengusik Mutia,” tegasku kemudian langsung berlalu meninggalkan istri sahku itu dengan emosi yang membuncah di dalam diri. Tujuan ku saat ini hanya satu, yaitu menemui Mutia sang pujaan Hati yang sudah membawa separuh nafasku. Aku melajukan mobilku dengan kecepatan penuh berharap segera sampai di kediaman Mutia. Aku memarkirkan mobil dengan asal karena terburu-buru menyusul Mutia yang langsung memasuki rumahnya ketika melihat kedatanganku. “sayang buka pintunya. Aku minta maaf atas kelalaianku tadi. Aku mohon kamu jangan kayak gini dong. Aku nggak bisa bernafas dengan teratur Jika kamu
Bab 21Lama aku terpaku ketika Putri membuka pintu rumah kami saat aku pulang untuk menjenguk anakku yang sedang sakitPenampilan Putri hari ini benar-benar berbeda dan membuat aku terhipnotis olehnya. Sungguh bidadari surgaku ini masih sangatlah cantik.Seketika aku melupakan niatku untuk meminta izin menikah lagi dan ancaman yang disarankan oleh Mutia.Untuk saat ini hanya ada satu yang terbersih di benakku yaitu membawa sang istri ke tempat peraduan kami untuk menuju nirwanaPutri yang selama ini hanya berkutat di dapur dan sumur hanya dengan menggunakan daster, kini sudah menjelma menjadi sosok bidadari yang begitu anggun dengan polesan make up tipis. Putri juga mengganti model rambutnya entah kapan wanitaku itu ke salon.Ada sedikit yang mengganjal dari pikiranku, sudah sekian lama aku tidak memberikan Putri uang, tapi dari mana ia bisa mendapatkan duit untuk perawatan ke salon? Namun, bodo amat dengan hal itu yang jelas aku senang melihat istriku cantik seperti saat ini. K
“Baru Hari ini aku menghidangkan air mineral di pagi hari untuk kamu, tapi kamunya udah semarah itu, lalu bagaimana dengan aku dan anak-anak yang terkadang hanya makan nasi dengan garam ditambah dengan dorongan dari air mineral agar nasi itu mudah mengalir di tenggorokan? Pernahkah kamu membayangkan bagaimana pedihnya hari-hari kami tanpa sepeserpun nafkah yang kau berikan untuk kami? Apa kau pernah membayangkan bagaimana menderitanya hidup aku Dan anak-anak? Apa kamu tahu bagaimana keadaan mental mereka karena memiliki orang tua yang tidak bertanggung jawab?” Putri menyeka kristal bening yang mulai membasahi pipinya.Setiap rangkaian kata yang keluar dari bibir Putri begitu menyayat hati. Sungguh memilukan. Aku benar-benar menyesal atas semua keegoisanku yang mengabaikan anak dan istriku.“ Mereka hanya bisa menatap nasi putih bercampur garam dengan lintangan air mata karena apa? Karena papanya nggak bertanggung jawab. Namun, aku bersyukur karena aku mampu mendidik anakku untuk tid
Tatapan Putri begitu tajam menatap Mutia seolah ia sedang berada mengintimidasi Mutia habis-habisan.Mutia hanya tertunduk lemah. Entah apa yang dipikirkan oleh wanitaku itu. “Aku tidak mau menikah dengan pria miskin.” Aku mendengar Mutia bergumam lirih.Meskipun aku tahu Mutia wanita yang materialistis, tapi aku tidak menyangka jika wanitaku itu bisa berkata demikian. Apa jangan-jangan selama ini Mutia hanya mencintai uangku saja tanpa pernah melihat ke arahku? Begitulah pemikiranku.Sebisa mungkin aku menahan amarah yang sudah menjalar di sanubari menghadapi dua wanita yang aku cintai.“Kamu pasti tidak akan mampu bukan?” lagi, Putri bertanya penuh intimidasi.“Kamu benar Put. Aku tidak munafik seperti kamu. Hidup itu butuh uang karena tidak akan kenyang hanya makan cinta,” jawab Mutia mantap.Mendengar jawaban dari Mutia membuat emosiku semakin melonjak. Namun, aku mengerti dengan posisinya yang selama ini hidup serba kekurangan. Aku tahu Mutia juga ingin merasakan hidup enak. La
Bab 24 kawin lagi.Kini aku dan Mutia sedang berada di rumah orang tuanya yang berada jauh di perdesaan. Aku dan Mutia sudah sepakat untuk meminta izin menikah pada orang tuanya sekaligus angkat nikah waktu itu juga, mengingat posisi orang tuanya yang sangat jauh dari kota tempat kami tinggal.Kedatanganku dan Mutia disambut antusias oleh kedua orang tuanya.“Kamu yakin mau jadi istri yang kedua?” Tanya ayahnya Mutia ketika Aku meminta izin kepada orang tuanya setelah makan malam. Kami tiba di rumah orang tua Mutia tepat ketika adzan maghrib.“Yakin, yah. Aku dan Mas Alfi, kami saling mencintai,” jawab Mutia mantap.“lalu bagaimana dengan istri pertamanya Nak Alfi?” Ayah Mutia kembali melontarkan pertanyaan.“Dia akan menjadi urusan saya Pak,” jawabku. Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan orang tua Mutia karena aku tidak ingin sia-sia datang ke pelosok yang begitu jauh ini.“ Lagian Alfi ini laki-laki, jadi tidak butuh izin dari istrinya untuk menikah lagi,” Ibunya M
Dari lirikan mata aku melihat Mutia mengikuti arah langkah kakiku yang melewatinya. Setelah Aku memastikan keadaan di dapur hingga ke belakang rumah sampai ke pintu samping pun tak luput dari pantauanku, aku tidak menemukan siapapun di sana atau tanda-tanda kehadiran orang lain di sana. Aku membuang nafas kasar Mungkin ini hanya firasat ku saja. Aku mencoba menepih semua pikiran buruk yang menghantuiku, mengingat aku ini bukanlah lelaki setia, sehingga tidak menutup kemungkinan istri keduaku juga melakukan hal yang sama.Untuk Putri, aku bisa mempercayainya karena sejauh ini Ia tidak pernah mengkhianatiku. Walau sekejam apapun perlakuanku kepadanya, tapi istri cantikku itu tidak pernah berpaling dariku sedikitpun.Putri memang tidak bisa hidup tanpa aku, oleh karena itu aku berani semena mena kepadanya.“kamu cari apa Mas?” tegur Mutia yang mengikutiku dari belakang sampai ke pintu samping.Mendengar suara lembut istriku membuat aku mengalihkan atensi ke arahnya.“Enggak ada. Ma