Pagi ini Kayshilla sudah berkutat di dapur pondok dengan Naya, wanita yang menjadi temannya selama enam tahun ini. Keduanya tengah fokus mempersiapkan sarapan, sehingga tidak sadar saat ada orang yang masuk ke dalam dapur."Mbak Naya, tolong buatkan aku smoothies alpukat.""Mau pakai es, Gus?"Aaraf menggeleng, "nggak usah. Nanti kalau sudah tolong taruh di meja makan saja, saya ambil sendiri." "Baik, Gus."Aaraf melenggang pergi setelah mengatakan demikian, sekuat mungkin pria itu menahan ujung netranya agar tidak melirik Ayrani. Begitu juga Ayrani yang memilih fokus memotong daging, ia tidak ingin menyakiti hatinya dengan melihat kepada Aaraf.Selama tiga bulan ini Ayrani menghindari Aaraf jika ia sedang di ndalem, walaupun selama itu juga hatinya tersiksa. "Tumben, ya, Mbk, Gusnya minta smoothies.""Mungkin lagi pengen, Mbak Naya."Naya menggelengkan kepala, "jangan-jangan buat Ning Kay. Katanya Ning Kay lagi sakit, kemarin sampai di panggilin Dokter.""Sakit apa?" tanya Kayshill
Devano langsung berpamitan setelahnya, pria yang sempat tertarik dengan Kayshilla itu langsung mengubur dalam-dalam perasaannya. Rasa suka yang hadir saat pertama kali Devano melihat mahasiswinya tersebut, sekarang harus ia buang jauh. Menurutnya Kayshilla sangat anggun, sehingga ia jatuh cinta pada pandangan pertama.Namun, sebelum ia sempat mengungkapkan perasaannya, semua itu terpaksa dipendam. Devano tidak mungkin menjadi perusak rumah tangga orang lain, meksipun ia begitu menginginkan Kayshilla — mahasiswi yang sudah merenggut seluruh perhatiannya.Mobil mewah yang dikendarai Devano sudah melaju pergi melewati gerbang pondok pesantren, Aaraf hanya bisa tersenyum saat melihatnya. Pria itu kembali masuk dan mendapati istrinya baru saja keluar kamar.'Untung Devano sudah pulang,' batin Aaraf."Mas?""Kamu butuh sesuatu? Kenapa keluar sendiri? Kenapa nggak panggil aku?" Aaraf langsung mendekat, tetapi ia diam saja saat tiba di hadapan Kayshilla. Tidak ada pelukan, atau hanya sekadar
"Makanannya enak?" celetuk Aaraf.Kayshilla mengangkat kepala dan lantas mengangguk pelan, wanita itu sedari tadi fokus dengan makanannya dan tidak membuka suara. Tanpa ia sadar di sudut bibirnya ada sebutir nasi, sedangkan Aaraf yang melihat hal itu langsung mengulurkan tangan guna mengambil sebutir nasi tersebut."Ada nasi."Kayshilla tersentak kaget, ia langsung meraba sudut bibirnya dengan perasaan tidak karuan. Antara malu dan juga senang. "Maaf, Mas. Saya nggak tahu.""Nggak papa. Berarti kamu suka 'kan sama makanan di sini?""Suka, Mas." Wanita itu menganggukkan kepala. "Saya jadi inget Umik, beliau sering masakin saya seperti ini.""Kalau kamu suka, kita bisa sering-sering ke sini. Tapi juga harus lebih sering olah raga biar nggak kena kolesterol karena kebanyakan makan seafood." Pria itu terkekeh pelan.Sementara Kayshilla hanya tersenyum tipis. Ini adalah pertama kalinya Aaraf bersikap manis, jadi ia masih bingung harus bagaimana. Wanita itu tentu saja senang, tetapi takut
Hujan mengguyur bumi pesantren malam ini, suasana pesantren semakin syahdu dengan suara mengaji dan rintik-rintik hujan sebagai iramanya. Seorang wanita cantik baru saja selesai berdandan, ia ingin menyenangkan suaminya setelah perdebatan siang tadi.Cukup lama menunggu, tetapi Aaraf tidak kunjung masuk kamar. Kayshilla sudah mengganti lilin aromaterapi yang habis lantaran terlalu lama dinyalakan. Ia jadi ragu saat menyalakan lilin kedua, apakah lilin ini akan habis sia-sia tanpa Aaraf sempat menghirup baunya? Seperti perjuangannya selama ini yang selalu sia-sia?"Sudah jam setengah sebelas, seharusnya rutinan di masjid sudah selesai. Tapi kenapa Mas Aaraf nggak masuk-masuk?" gumamnya resah.Kayshilla merasakan matanya semakin berat, ia beberapa kali menguap. Wanita itu menghela napas kasar saat menatap seprai yang baru saja ia ganti, siapa tahu malam ini suaminya mau tidur di ranjang mengingat kemarin hubungan keduanya sudah mulai akrab. Ternyata semuanya salah, ia terlalu berharap p
Kayshilla berjalan riang sembari menenteng tasnya, ia menuju ke gerbang untuk menunggu Aaraf yang akan menjemputnya."Mbak! Mbak ....""Hey! Mbak baju hitam ...!"Kayshilla sontak menghentikan langkah saat mendengar suara bariton tersebut. Ia menelisik penampilannya dan orang-orang di sekitar, hanya ia yang mengenakan abaya hitam."Huh ... kamu dipanggil kok malah jalan terus, sih? Nggak nengok, nggak berhenti, nggak apa!" Pria muda itu memegangi lutut dengan napas tersengal.Sedangkan Kayshilla hanya menatap bingung. "Ada apa, ya, Kak?" tanyanya.Pria itu menegakkan tubuh, bulir keringat masih jatuh di wajahnya. Ia terlihat sangat kelelahan mengejar Kayshilla."Aku di suruh Dosen kasih buku ini ke kamu." Ia menyodorkan dua buah buku paket kepada Kayshilla.Wanita cantik itu langsung meraihnya dengan menganggukkan kepala. "Maaf, Kak, aku tadi nggak tahu. Aku pikir Kakak panggil siapa.""Nggak papa. Oh, iya." Pria itu mengulurkan tangan seakan mengajak Kayshilla berkenalan. "Perkenalka
"Ada apa, Kay?"Kayshilla tidak bergeming, tangannya terus memasukkan baju ke dalam koper. "Kayshilla!" sentak Aaraf saat istrinya tidak kunjung menjawab."Saya kangen sama Umik. Setidaknya kalau di Jember tidak ada yang menyakiti saya, Mas."Pria itu menggelengkan kepala. "Kamu boleh pulang, tapi jangan mendadak seperti ini. Apa alasan yang akan kamu berikan pada Abah dan Umik nanti?""Ada banyak alasan, Mas. Yang tidak ada itu alasan saya tetap bertahan dalam rumah tangga ini," sahut Kayshilla dengan suara yang sangat lirih.Aaraf terdiam. Ia sadar sikap buruknya selama ini, tetapi dirinya tidak menyangka Kayshilla akan berpikiran pergi.Apa yang akan ia katakan kepada Abah dan Umik? Yang ada malah hanya menambah masalahnya dengan Abah.Kayshilla menantu kesayangan, kalau Abah dan Umik tahu Aaraf memperlakukannya dengan tidak baik, dua paruh baya itu pasti akan sangat kecewa padanya."Jangan pergi, Kay. Aku mohon."Wanita cantik itu langsung bangkit dan menatap tajam ke dalam manik
"Bantu aku belajar mencintai kamu dan melupakan masa lalu, Kay."Kayshilla menggelengkan kepala dengan perlahan. "Saya nggak yakin bisa melakukannya, Mas. Lebih baik kamu belajar sendiri, agar kamu juga tahu apa itu artinya perjuangan."Kayshilla langsung meraih ponsel dan berlalu keluar kamar meninggalkan Aaraf dalam kebimbangan. Semalam ia pergi mencari ketenangan, tetapi pagi ini bisa-bisanya Aaraf mengusik ketenangan batinnya.Sedangkan Aaraf, pria itu masih terpaku bahkan saat Kayshilla sudah menutup pintu.Perjuangan seperti apa maksudnya?Apa perjuangan melupakan Ayrani sebagai cinta pertamanya?Atau perjuangan menerima perjodohan ini dan mencintai sang istri?'Perjuangan seperti apa yang kamu maksudkan, Kay? Sedangkan selama ini aku sudah mati-matian menekan egoku,' batin Aaraf.Aaraf langsung mengambil ponsel guna menghubungi Danang, tidak seberapa lama kemudian akhirnya panggilan telepon tersebut tersambung."Halo, Gus," sapa Danang di seberang telepon."Batalkan meeting pag
Mobil mewah itu melaju membelah jalanan raya yang tampak lenggang, dua puluh menit kemudian mobil tersebut berbelok ke sebuah hotel mewah yang terletak di tengah kota. Aaraf turun lebih dulu, kemudian ia berjalan mengitari mobil menuju pintu Azriya dan membukakannya."Kita ngapain ke sini, Mas?""Sudah, kamu nanti juga akan tahu." Wanita cantik dengan balutan gamis berwarna hijau muda itu menurut saja saat suaminya menggandeng tangannya untuk masuk. Aaraf menuju resepsionis untuk mengambil kartu akses, selanjutnya ia menuju lift dan sampailah pada kamar di lantai paling atas."Mas, kamu sewa lantai paling atas?" Kayshilla menyapukan pandangan ke sekitar saat ia baru saja keluar dari lift."Iya. Dari sini pemandangannya lebih bagus, apalagi kalau malam hari.""Tapi pasti mahal banget."Aaraf terkekeh pelan, ia menempelkan kartu akses ke pintu dan lantas membukanya. "Ayo masuk, Kay."Kayshilla menurut. Ia semakin terkejut saat mendapati ranjang yang dihias dengan kelopak mawar, juga ka