Share

21 B

"Ibu hamil makin cantik aja ya? Makin glowing," puji Ningsih. Mereka beneran datang ke rumah ini sesuai cerita menantuku.

"Namanya juga gak pernah panas-panasan lagi. Kulit terawat, hati pun bahagia karena ada babang Akmal yang mencintai. Eaak," timpal Laura, memancing tawa yang lainnya.

"Iya, ya. Kayaknya enak nih menikah dengan lelaki dari kampung. Syukur-syukur kalau sebaik bang Akmal dan punya mertua secerdas Bu Khadijah. Ya nggak, Gaes?" seru Sindi.

"Udah deh. Jangan sok mau jadi orang kampung. Kalian enggak bakalan kuat. Saat aku ikut Ibu ke kampung, banyak yang masih tradisional loh. Pas malas masak, ya mogok makan. Gak ada gofood ataupun warung nasi yang buka setiap hari. Masih banyak juga yang pakai tungku kayu bakar untuk masak. Kalian sanggup?" seru menantuku.

Ketiga gadis itu berpandangan, lalu menggeleng cepat.

"Memang bener begitu, Bu?" tanya Laura penasaran.

"Kampung-kampung di Negeri ini kan beda-beda. Ada yang masih tradisional, terbelakang, terpencil dan terlua
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status