Share

22 A

"Ibu juga jangan terlalu suka mengonsumsi yang manis-manis ya! Kalau Ibu sakit, bukan hanya ibu yang kesakitan, tapi juga Akmal dan Santi. Bukan karena keberatan mengurus Ibu, melainkan rasa tak tega bila Ibu merasakan sakit. Ibu gak mau kan merasakan sakit kayak Pak Sapri? Akmal gak tega melihatnya, Bu. Jadi, tetaplah sehat selamanya, Bu" tutur Akmal, lantas menyuapkan kolak ubi itu ke mulutku dan Santi bergantian. Kolak yang rasanya sekedar ada rasa manis.

"Ibu! Makanan yang terlalu asin juga tidak baik untuk kesehatan. Jagan ditambahin garam lagi dong," celetuk Santi yang membuatku bingung.

"Emangnya ibu lagi nyemil garam?" protesku. Aku tidak menambahkan apa pun, bahkan yang kukunyah ini suapan dari anakku, Akmal.

"Lah ini apa? Ini air garam kenapa meleleh ikut masuk ke mulut? Nantinya jadi keasinan, Bu," kekeh menantuku sambil mengusap pipi yang basah. Air mata keluar begitu saja saat Akmal menunjukkan perhatiannya. Aku memang sangat mudah terbawa perasaan.

Aku tersenyum simpul d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status